Skip to main content

Musik Karo - Gendang Tiga Sendalanen (bagian 5)

7.2 Gendang telu sendalanen
Secara harfiah Gendang telu sendalanen memiliki pengertian tiga alat musik yang sejalan atau dimainkan secara bersama-sama (sama seperti pengertian Gendang Lima Sendalanen). Ketiga alat musik tersebut adalah (1) Kulcapi/balobat, (2) ketengketeng, dan (3) mangkok. Dalam ensambel  ini ada dua istrumen yang bisa digunakan sebagai pembawa melodi yaitu  Kulcapi  atau  balobat.  Pemakaian  Kulcapi atau balobat  sebagai pembawa melodi dilakukan secara terpisah dalam upacara yang berbeda.  Sedangkan  Keteng-keteng dan  mangkok merupakan alat musik pengiring yang menghasilkan pola-pola ritem yang bersifat konstan dan repetitif.

Jika  Kulcapi digunakan sebagai pembawa melodi, dan  keteng-keteng  serta mangkok sebagai alat musik pengiringnya, maka istilah  Gendang telu sendalanen sering disebut  Gendang Lima Sendalanen Plus Kulcapi,  dan jika balobat sebagai pembawa melodi, maka istilahnya  tersebut  menjadi  gendang balobat.  Masing-masing alat musik dimainkan oleh seorang pemain.

  Gambar  Gendang Telu
(Sumber: Dok. Irwansyah Harahap)

Gendang Balobat
(Sumber: Dok. Irwansyah Harahap)


7.2.1 Kulcapi
Kulcapi adalah alat musik petik berbentuk  lute yang terdiri dari dua buah senar  (two-strenged fretted-necked lute). Dahulu kala senarnya terbuat dari akar pohon aren (enau) namun sekarang telah diganti senar metal. Langkup Kulcapi (bagian depan resonator  Kulcapi) tidak terdapat lobang resonator, justru lobang resonator (disebut babah) terdapat pada bagian belakang Kulcapi.

Dalam memainkan Kulcapi, lobang resonator (babah) tersebut juga berfungsi untuk mengubah warna bunyi (efek bunyi) dengan cara  tonggum, yakni suatu teknik permainan  Kulcapi dengan cara mendekapkan seluruh/sebagian babah Kulcapi ke badan pemain Kulcapi secara berulang dalam waktu tertentu. Efek bunyi Kulcapi  yang dihasilkan melalui tehnik tonggum ini hampir menyerupai efek bunyi echo pada alat musik elektronik pada umumnya.

7.2.2 Balobat
Balobat merupakan alat musik tiup yang tebuat dari bambu (block flute). Instrumen ini mirip dengan alat musik recorder pada alat musik barat. Balobat memiliki enam buah lobang nada. Dilihat dari perannya dalam  gendang telu sedalanen, balobat memiliki peran yang sedikit atau kurang berperan penting, karena pada sebagian besar penampilan  Gendang telu sendalanen  biasanya menggunakan Kulcapi pembawa melodi.

7.2.3 Keteng-keteng
Keteng-keteng merupakan alat musik yang terbuat dari bambu. Bunyi ketengketeng dihasilkan dari dua buah “senar”  yang diambil dari kulit bambu itu sendiri (bamboo idiochord). Pada ruas bambu tersebut dibuat satu lobang resonator dan tepat di atasnya ditempatkan sebilah potongan bambu dengan cara melekatkan bilahan itu ke salah satu senar  keteng-keteng. Bilahan bambu itu disebut  gung, karena peran musikal dan warna bunyinya menyerupai  gung dalam  Gendang Lima Sendalanen.

Bunyi musik yang dihasilkan keteng-keteng merupakan gabungan dari alat-alat musik pengiring Gendang Lima Sendalanen (kecuali sarune) karena pola permainan keteng-keteng  menghasilkan bunyi po la ritem:  gendang singanaki, gendang singindungi, penganak dan gung yang dimainkan oleh hanya seorang pemain ketengketeng.

Menurut Sempa Sitepu (1982: 192) kemungkinan terciptanya alat musik ini (keteng-keteng) ialah untuk menanggulangi kesulitan memanggil gendang (Gendang Lima Sendalanen)  dan untuk acara yang tidak begitu besar seperti  ndilo tendi (memanggil roh) atau erpangir ku lau,  alat tersebut dapat menggantikannya. Balobat digunakan sebagai pembawa melodi menggantikan  sarune  dalam  Gendang Lima Sendalanen.

7.2.4 Mangkok
Mangkok yang dimaksud dalam hal ini adalah semacam cawan (chinese glass-bowl) yang pada dasarnya bukan merupakan alat musik, namun dalam gendang telu sedalanen,  mangkok tersebut digunakan sebagai instrumen pembawa ritmis.

Selain sebagai alat musik, mangkok juga merupakan perlengkapan penting dari guru sibaso (dukun) dalam sistem kepercayaan tradisional Karo.  Mangkok tersebut digunakan sebagai tempat air suci atau air bunga atau juga beras dalam ritual tertentu. Ketika mangkok digunakan atau dipakai sebagai alat musik dalam Gendang telu sendalanen biasanya diisi air putih biasa, tujuannya agar bunyi yang dihasilkan mangkok tersebut menjadi lebih nyaring.

7.2.5 Peran masing-masing instrumen gendang telu sedalanen.
Secara struktur musikal, Gendang telu sendalanen mengacu kepada struktur musikal  Gendang Lima Sendalanen, dimana peran musikalnya dibagi dalam dua bagian penting, yakni satu alat musik sebagai pembawa melodi, yang lainnya sebagai istrumen musik pengiring. Dalam gendang telu sedalanen, Kulcapi (dalam Gendang Lima Sendalanen Plus Kulcapi) atau  balobat (dalam  gendang balobat) berperan sebagai alat musik pembawa melodi. Keteng-keteng dan mangkok memiliki peranan sebagai musik pengiring. Namun  keteng-keteng sebagai alat musik pengiring memiliki peran yang unik, yakni menghasilkan bunyi imitasi (tiruan) dari bunyi empat alat musik pengiring yang terdapat pada Gendang Lima Sendalanen.

Dalam pola permainan alat musik  keteng-keteng  terdapat  sora (“bunyi”)  penganak, gung, cak-cak  (pola ritem)  singanaki dan singindungi. Pola pukulan mangkok merupakan pukulan konstan berulang-ulang mengikuti pola permainan  penganak atau  gung dalam Gendang Lima Sendalanen.

7.2.6 Posisi pemain Gendang Telu Sedalanen
Para pemain  Gendang telu sendalanen  bermain musik dalam posisi duduk. Alat musik  Kulcapi dimainkan dengan posisi tangan kanan memangku ujung alat musik sekaligus jari tangan kanan memegang kuis-kuis, yaitu alat petik yang terbuat dari kayu atau kadang-kadang dari tanduk binatang. Sementara tangan kiri memegang kerahong (neck) Kulcapi sekaligus jari-jari tangan kiri berperan menekan senar  Kulcapi dalam memainkan melodi.  Keteng-keteng dimainkan dengan meletakkan alat musik tersebut di lantai di depan pemain, mangkok juga ditempatkan dalam posisi serupa. 

Bersambung ke bagian 6.

Comments

Popular posts from this blog

Nasehat-Nasehat dan Ungkapan-Ungkapan

Nasehat-Nasehat Orang tua Karo, termasuk orang tua yang suka memberikan nasehat-nasehat kepada anggota keluarganya. Dalam nasehat yang diberikan selalu ditekankan, agar menyayangi orang tua, kakak/abang atau adik, harus berlaku adil. Menghormati kalimbubu, anakberu, senina sembuyak, serta tetap menjaga keutuhan keluarga.   Beberapa nasehat-nasehat orang-orang tua Karo lama, yang diungkapkan melalui ungkapan-ungkapan antara lain: Ula belasken kata la tuhu, kata tengteng banci turiken . Artinya jangan ucapkan kata benar, tetapi lebih baik mengucapkan kata yang tepat/pas. Ula kekurangen kalak enca sipandangi, kekurangenta lebe pepayo , artinya jangan selalu melihat kekurangan orang lain, tetapi lebih baik melihat kekurangan  kita (diri) sendiri atau  Madin me kita nggeluh, bagi surat ukat, rendi enta, gelah ula rubat ,  artinya lebih baik kita hidup seperti prinsip  surat ukat (surat sendok), saling memberi dan memintalah agar jangan sampai berkelahi. Beliden untungna si apul-apulen

Kumpulan Teks dan Terjemahan Lagu-lagu Karya Djaga Depari (bagian 2)

8. Mari Kena Mari turang geget ate mari kena Sikel kal aku o turang kita ngerana Aloi, aloi kal aku Kena kal nge pinta-pintangku Mari turang iah mari kena Mari turang iah mari kena Tebing kal kapen o turang ingandu ena Nipe karina i jena ringan i jena Tadingken kal ingandu ena Mari ras kal kita jenda Mari turang iah mari kena Mari turang iah mari kena Tertima-tima kal kami kerina gundari Kalimbubu, anak beru ras seninanta merari Mulih kal gelah kena keleng ate Ras kal kita jenda morah ate Ula lebe meja dage Mari turang iah mari kena Mari turang iah mari kena (sumber : Henry Guntur Tarigan, Piso Surit tahun 1990 halaman : 132) Mari Kena (Marilah mari) Mari adinda sayang marilah mari Ingin daku kita berbicara Dengar, dengarkanlah daku Dikaulah yang sangat kurindukan Mari, marilah sayang Mari, marilah sayang Sangat terjal jalan ke rumahmu sayang Ada banyak ular pula di situ Tinggalkanlah rumahmu itu Mari kita bersama di si