Skip to main content

Prof. Dr. W.A.P. Schüffner Melakukan Penelitian ke Karo


Dr. Schuffner melakukan penelitian kesehatan di Taneh Karo sekitar tahun 1920an. Beliau adalah  direktur Laboratorium Pathologi yang berlokasi di Tandjong Morawa. Laboratorium ini didirikan pada tahun 1907, dimana Dr. Schuffner menjadi direkturnya.

Ia dibantu oleh Dr. Maurer, dokter dari Deli Maatschappij  dan Dr A. Kuenen dokter dari Senembah Maatschappij. Dr. Schuffner memulai penelitiannya dengan mencari tahu apa hubungan kesehatan yang buruk dengan keadaan wilayah setempat.

Laboratorium ini dibiayai oleh Deli Maatschappij, Senembah Maatschappij dan Medan Tabak dengan kompensasi bersedia melayani perusahaan donatur dalam hal memberi petunjuk teknis bidang kesehatan. Penelitian mengenai penyakit-penyakit tropis tetap diteruskan dengan harapan bahwa di masa depan semakin banyak ilmuwan muda yang ambil bagian dalam kegiatan penelitian mereka. dan pada laboratorium ini mereka dapat mempersiapakan diri untuk menjadi dokter yang menangani penyakit-penyakit tropis.
Melalui publikasi di Geneeskundig Tijdschrift voor Nederlandsch Indie (Jurnal Medis Hindia Belanda), penelitiannya menarik perhatian para akademisi di bidang kesehatan tropis. 

Dibawah pimpinan Dr. Schuffner, Laboratorium Tandjong Morawa  berhasil menemukan  penyebab penyakit anemia, beriberi, dan malaria serta bagaimana cara mengatasinya.  Hasil penelitiannya diterapkan bukan saja dalam lingkungan perkebunan tetapi juga didunia kedokteran.

Kondisi kesehatan para buruh terus diperhatikan dan pelayanan kesehatan di rumah sakit juga terus ditingkatkan. Tahun 1897-1901, jumlah kematian kuli menurun dari 60,2 menjadi 45,1 per 1000 orang.  Dr. CW Janssen juga mengatakan dalam bukunya,  bahwa keberhasilan Senembah Maatschappij dalam mengatasi penyakit perkebunan yang mewabah adalah karena pertolongan Dr. Schuffner dengan penelitiannya.
Musim panas dan musim hujan yang berkepanjangan silih berganti tak menentu ditambah buruknya makanan menyebabkan munculnya penyakit beri-beri, kolera dan disentri. 

Berikut foto-foto selama perjalanan penelitian medis maupun sosial saat ke Taneh Karo oleh Dr. Schuffner :




 










 

Dr. Schüffner di Bwerastagi
1923
Prof. Dr. W.A.P. Schüffner

 Bahan bacaan :
 Senembah maatschappij tropical diseases

Sumber foto :
Collectie tropenmuseum


Comments

Popular posts from this blog

Nasehat-Nasehat dan Ungkapan-Ungkapan

Nasehat-Nasehat Orang tua Karo, termasuk orang tua yang suka memberikan nasehat-nasehat kepada anggota keluarganya. Dalam nasehat yang diberikan selalu ditekankan, agar menyayangi orang tua, kakak/abang atau adik, harus berlaku adil. Menghormati kalimbubu, anakberu, senina sembuyak, serta tetap menjaga keutuhan keluarga.   Beberapa nasehat-nasehat orang-orang tua Karo lama, yang diungkapkan melalui ungkapan-ungkapan antara lain: Ula belasken kata la tuhu, kata tengteng banci turiken . Artinya jangan ucapkan kata benar, tetapi lebih baik mengucapkan kata yang tepat/pas. Ula kekurangen kalak enca sipandangi, kekurangenta lebe pepayo , artinya jangan selalu melihat kekurangan orang lain, tetapi lebih baik melihat kekurangan  kita (diri) sendiri atau  Madin me kita nggeluh, bagi surat ukat, rendi enta, gelah ula rubat ,  artinya lebih baik kita hidup seperti prinsip  surat ukat (surat sendok), saling memberi dan memintalah agar jangan sampai berkelahi. Beliden untungna si apul-apulen

Musik Karo - Gendang Tiga Sendalanen (bagian 5)

7.2 Gendang telu sendalanen Secara harfiah Gendang telu sendalanen memiliki pengertian tiga alat musik yang sejalan atau dimainkan secara bersama-sama (sama seperti pengertian Gendang Lima Sendalanen). Ketiga alat musik tersebut adalah (1)  Kulcapi/balobat , (2)  ketengketeng,  dan (3)  mangkok.  Dalam ensambel  ini ada dua istrumen yang bisa digunakan sebagai pembawa melodi yaitu   Kulcapi  atau  balobat.   Pemakaian  Kulcapi atau balobat  sebagai pembawa melodi dilakukan secara terpisah dalam upacara yang berbeda.  Sedangkan  Keteng-keteng dan  mangkok merupakan alat musik pengiring yang menghasilkan pola-pola ritem yang bersifat konstan dan repetitif. Jika  Kulcapi digunakan sebagai pembawa melodi, dan  keteng-keteng  serta mangkok sebagai alat musik pengiringnya, maka istilah  Gendang telu sendalanen sering disebut   Gendang Lima Sendalanen Plus Kulcapi ,  dan jika balobat sebagai pembawa melodi, maka istilahnya  tersebut  menjadi  gendang balobat.  Masing-masing alat mu

Kumpulan Teks dan Terjemahan Lagu-lagu Karya Djaga Depari (bagian 2)

8. Mari Kena Mari turang geget ate mari kena Sikel kal aku o turang kita ngerana Aloi, aloi kal aku Kena kal nge pinta-pintangku Mari turang iah mari kena Mari turang iah mari kena Tebing kal kapen o turang ingandu ena Nipe karina i jena ringan i jena Tadingken kal ingandu ena Mari ras kal kita jenda Mari turang iah mari kena Mari turang iah mari kena Tertima-tima kal kami kerina gundari Kalimbubu, anak beru ras seninanta merari Mulih kal gelah kena keleng ate Ras kal kita jenda morah ate Ula lebe meja dage Mari turang iah mari kena Mari turang iah mari kena (sumber : Henry Guntur Tarigan, Piso Surit tahun 1990 halaman : 132) Mari Kena (Marilah mari) Mari adinda sayang marilah mari Ingin daku kita berbicara Dengar, dengarkanlah daku Dikaulah yang sangat kurindukan Mari, marilah sayang Mari, marilah sayang Sangat terjal jalan ke rumahmu sayang Ada banyak ular pula di situ Tinggalkanlah rumahmu itu Mari kita bersama di si