Skip to main content

Kekaguman Pelukis J. Gabriëlse Pada Perempuan Karo (1924)



Orang Karo pemain catur

Pelukis J. Gabriëlse pernah singgah ke Pantai Timur Sumatera. Ia mendapat dukungan oleh sebuah penerbitan terkenal di Belanda untuk perjalanannya kali ini. Ia mengelilingi Deli, Toba dan hingga ke dataran Tinggi Karo.

Dia  kagum pada kemurahan hati orang-orang pribumi yang membantunya. Termasuk juga sambutan dari administrator Senembah, sebuah perusahaan tembakau. Salah satu gudang tembakaunya diserahkan sebagai studio di mana ada langit-langit yang indah. Ia bekerja  di panasnya alam tropis.


Suatu hari, ia kedatangan seorang Karo bersenjatakan tongkat dan pisau . Ia adalah adalah pematung.  Ia menunjukkan kemampuannya. Dan Gabriëlse melukisnya.

Gabriëlse juga melukis pekerja Cina  yang datang ke Pantai Timur Sumatera. Ia juga melukis pemusik orang Keling. Hasil lukisannya sempurna, kadang yang melihatnya terkejut dan mengucap, “Apa! Tuan telah mengambil sesuatu dari jiwanya, bisa menjadi begitu hidup! Ini bukan hal yang mati, itu adalah sesuatu yang hidup! "
 

Orang Karo pemahat kayu
Suatu ketika ia mendapat kesempatan menuju dataran tinggi Karo. Ia mengagumi keindahannya. Ia juga merasa para wanita dataran tinggi Karo luar biasa. Menurutnya  sangat independen dan sadar diri. Mereka cenderung menjadi demikian karena mereka adalah elemen kerja. Mereka mengolah perladangan dan melakukan pekerjaan terberat sementara pria merokok pipa, atau memainkan catur, permainan favoritnya. Mungkin pembagian kerja muncul di saat orang itu pergi berburu saja. Sekarang, wanita dihormati sebagai "pekerja" untuk keluarga. 

Tinggal di Pantai Timur Sumatera berlangsung dari Mei  hingga Desember. Kemudian ia melanjutkan perjalanannnya ke Jawa.

Sumber  :  majalah  Op de hoogte jrg 21, 1924

Penerbit  : Portielje
Tahun publikasi     : 1924
Tanggal publikasi   : 01 Juli 1924 (perkiraan)
Jumlah halaman      : 26 halaman

Comments

Popular posts from this blog

Nasehat-Nasehat dan Ungkapan-Ungkapan

Nasehat-Nasehat Orang tua Karo, termasuk orang tua yang suka memberikan nasehat-nasehat kepada anggota keluarganya. Dalam nasehat yang diberikan selalu ditekankan, agar menyayangi orang tua, kakak/abang atau adik, harus berlaku adil. Menghormati kalimbubu, anakberu, senina sembuyak, serta tetap menjaga keutuhan keluarga.   Beberapa nasehat-nasehat orang-orang tua Karo lama, yang diungkapkan melalui ungkapan-ungkapan antara lain: Ula belasken kata la tuhu, kata tengteng banci turiken . Artinya jangan ucapkan kata benar, tetapi lebih baik mengucapkan kata yang tepat/pas. Ula kekurangen kalak enca sipandangi, kekurangenta lebe pepayo , artinya jangan selalu melihat kekurangan orang lain, tetapi lebih baik melihat kekurangan  kita (diri) sendiri atau  Madin me kita nggeluh, bagi surat ukat, rendi enta, gelah ula rubat ,  artinya lebih baik kita hidup seperti prinsip  surat ukat (surat sendok), saling memberi dan memintalah agar jangan sampai berkelahi. Beliden untungna si apul-apulen

Musik Karo - Gendang Tiga Sendalanen (bagian 5)

7.2 Gendang telu sendalanen Secara harfiah Gendang telu sendalanen memiliki pengertian tiga alat musik yang sejalan atau dimainkan secara bersama-sama (sama seperti pengertian Gendang Lima Sendalanen). Ketiga alat musik tersebut adalah (1)  Kulcapi/balobat , (2)  ketengketeng,  dan (3)  mangkok.  Dalam ensambel  ini ada dua istrumen yang bisa digunakan sebagai pembawa melodi yaitu   Kulcapi  atau  balobat.   Pemakaian  Kulcapi atau balobat  sebagai pembawa melodi dilakukan secara terpisah dalam upacara yang berbeda.  Sedangkan  Keteng-keteng dan  mangkok merupakan alat musik pengiring yang menghasilkan pola-pola ritem yang bersifat konstan dan repetitif. Jika  Kulcapi digunakan sebagai pembawa melodi, dan  keteng-keteng  serta mangkok sebagai alat musik pengiringnya, maka istilah  Gendang telu sendalanen sering disebut   Gendang Lima Sendalanen Plus Kulcapi ,  dan jika balobat sebagai pembawa melodi, maka istilahnya  tersebut  menjadi  gendang balobat.  Masing-masing alat mu

Kumpulan Teks dan Terjemahan Lagu-lagu Karya Djaga Depari (bagian 2)

8. Mari Kena Mari turang geget ate mari kena Sikel kal aku o turang kita ngerana Aloi, aloi kal aku Kena kal nge pinta-pintangku Mari turang iah mari kena Mari turang iah mari kena Tebing kal kapen o turang ingandu ena Nipe karina i jena ringan i jena Tadingken kal ingandu ena Mari ras kal kita jenda Mari turang iah mari kena Mari turang iah mari kena Tertima-tima kal kami kerina gundari Kalimbubu, anak beru ras seninanta merari Mulih kal gelah kena keleng ate Ras kal kita jenda morah ate Ula lebe meja dage Mari turang iah mari kena Mari turang iah mari kena (sumber : Henry Guntur Tarigan, Piso Surit tahun 1990 halaman : 132) Mari Kena (Marilah mari) Mari adinda sayang marilah mari Ingin daku kita berbicara Dengar, dengarkanlah daku Dikaulah yang sangat kurindukan Mari, marilah sayang Mari, marilah sayang Sangat terjal jalan ke rumahmu sayang Ada banyak ular pula di situ Tinggalkanlah rumahmu itu Mari kita bersama di si