Skip to main content

Posts

Showing posts from January, 2012

Pelangkah (Perahu Kematian)

Deskripsi : Model bentuk dari perahu kematian dari seorang Sembiring (Karo). Ciplakan dari sebuah perahu yang terdapat pada museum Batak sang Raja. Setiap tujuh atau delapan tahun keluarga Sembiring melaksanakan pesta kematian. Tulang tulang dari seseorang, yang meninggal dunia sejak dari pesta yang terahir, di gali dan di letakkan di dalam pot. Kemudian dihanyutkan ke sungai Lau biang . Hal di bawah ini berasal dari Achim Sibeth, The Batak, London Thames and Hudson, 1991 p. 70-73. Kekaisaran kematian tersebut biasanya terdapat tidak jauh dari tempat pemakaman atau pegunungan. Beberapa dari Karo meyakini bahwa kekaisaran kematian (alam kematian) hanya dapat di capai melalui air. Kepercayaan lama ini memungkinkan sebuah hal bahwa mereka yang memiliki posisi penting di Karo di letakkan di peti yang berbentuk sebuah kapal perahu dengan bagian kepalanya berbentuk seekor burung rangkong. Peti Kayu bertulis seperti itu dinamakan pelangkah. Pelangkah terletak di sisi samping ru

P.A.J. (Pieter Adriaan Jacobus) Moojen Melukis Karo, 1916

Karo Sangkar burung dan Geriten Rumah Sibayak Pa Mbelgah

Perempuan Karo dan Kedua Anaknya dalam "Indonesia Early Postcards"

Kartu Pos bergambar Perempuan Karo dan Kedua Anaknya diperkirakan difoto tahun 1890-1899. Dimuat di halaman 29 dalam buku  Indonesia 500 Early Postcards yang disusun oleh Haks, L., S. Wachlin diterbitkan di Singapore tahun 2004. Foto ini dibuat oleh C.J. Kleingrothe J.B. Obernetter. Sumber : Tropenmuseum Uniknya buku Indonesia 500 Early Postcards ini bersampul foto perempuan Karo. Perempuan Karo ini memakai pakaian khas perempuan Karo lengkap dengan tudung dan padung-padung tempo dulu. Di atas tudung perempuan Karo itu diletakkan “Sumpit Nakan”. Di antara foto-foto semasa kolonial Belanda berkuasa di Indonesia yang dirangkum dalam buku ini, keanggunan perempuan Karo tempo dulu adalah menjadi daya tarik tersendiri begitu juga kearifan lokal budayanya. Foto perempuan ini dianggap pilihan terbaik dari antara 500 gambar kartu pos seluruh Indonesia yang dikeluarkan pada zaman kolonial. Di dalamnya juga terdapat rumah Sibayak Lingga di Kabanjahe. Istana Raja Kar

Foto Berwarna Karo Diperkirakan tahun 1932-1940

Foto berwarna ini diperkirakan antara tahun 1932-1940 di Brastagi. Sumber : Tropenmuseum Rumah adat dan tempat penyimpanan padi

Perahu Kematian (Pelangkah) Sibayak Soerbakti

Perahu Kematian (pelangkah) Sibayak Soerbakti di desa Soerbakti. Bahagian depan kapal berbentuk burung enggang atau rangkong. Di bahagian depan terdapat patung pria dan di belakang terdapat patung wanita. Diperkirakan antara tahun 1914-1918. Doodskist van een Sibayak in Soerbakti. Photo oleh : T (Tassilo) Adam Tulang-tulang Sibayak Soerbakti Tengkorak Kepala Sibayak Soerbakti Patung Pria di depan Kapal Kematian

Kehidupan di dalam Rumah Adat Karo (1914-1919)

Beschrijving: Deze foto is met een aantal andere foto's op karton geplakt, en zo geëxposeerd op de "Tentoonstelling der Bataksche Etnografische Verzameling en der Fotografien van Batakland en Volk van den heer Tassilo Adam". De tentoonstelling, die werd georganiseerd door de Delische Kunstkring, was van 14 tot en met 20 februari 1919 te bezichtigen in de Witte Sociëteit in Medan. Titel: Karo Batak house interior / Interieur van een Karo Batak huis  

Lukisan Rumah Karo tahun 1915

Titel: Een Karo Batakse familiewoning Soort object: Pastel Formaat: Met lijst: 37,3 x 45,5 x 1,8cm (14 11/16 x 17 15/16 x 11/16in.) Trefwoorden: Sumatera Utara / Sumatera / Indonesië Identificatie: 3204-83 Vervaardiger: P.A.J. (Pieter Adriaan Jacobus) Moojen Vervaardigingsdatum: 1915  

Perempuan Karo dan Perhiasannya

Fotografer : C.J. Kleingrothe J.B. Obernetter Tahun Pembuatan :1890-1920 Sumber :  Tropenmuseum Amsterdam Perempuan tua Karo, dengan Padung-padunng.  Beschrijving: Op deze foto is een Karo Batak vrouw op leeftijd te zien met oorijzers ("padung-padung"). Titel: Portrait of an old Karo Batak woman wearring earrings / Portret van een Karo Batak vrouw op leeftijd, met oorijzers Tahun pembuatan : Vervaardigingsdatum: 1910-1925 Sumber jasa : Tropenmuseum Amsterdam

Tukang Pandai Besi Pembuat Padung

Perhiasan dan Padung milik perempuan Karo di atas kain ragi barat Description           Nederlands: Negatief. De uitgestalde sieraden liggen op een zijde "ragi barat" doek met metaaldraad, waarschijnlijk uit Aceh ( Niessen 1993:39, fig. 29). Sieraden, Karolanden. Date        1914/1921 Source   Tropenmuseum Author   T. (Tassilo) Adam (Fotograaf/photographer). Anting-anting bernama padung ini dikenakan oleh perempuan karo. Anting-anting ini beratnya bisa mencapai 1,5 kg. Para perempuan Karo memakai hiasan ini pada tiap telinga. Untuk mengurangi beban berat pada telinga,  anting juga ditempelkan pada tudungi..... (Sibeth 1991: 190). Oorsieraad, gedragen door jonge meisjes. Deze oorhangers kunnen een gewicht hebben tot 1500 gram. Vroeger werden de ringen direct aan het oor van de draagster gesmeed met als gevolg dat de ringen niet meer verwijderd konden worden. De vrouwen droegen aan ieder oor een sieraad. Om de last van het gewicht te

Pelangkah (Perahu Kematian) Orang Karo

Perahu Kematian (Pelangkah) Karo Karo Batak death ship / Karo Batak dodenschip Tahun : 1920-1940 Sumber foto :  Tropenmuseum Amsterdam Perahu Kematian (pelangkah) Karo Karo Batak death ship / Karo Batak dodenschip   Titel : Model of a death ship at the Indies Institute's museum / Model van een dodenschip in het Indisch Instituut  Tahun :  1945-1950  Sumber :  Tropenmuseum Amsterdam Gabriella bru Ginting  saat di Tropen Museum, Belanda. Terjemahan olehnya atas keterangan " Perahu Kematian" Perahu kematian Pada awalnya keluarga Karo, meletakkan abu jasadnya di atas sebuah perahu kematian yang mana mereka hanya percaya bahwa alam lain hanya dapat di capai melalui jalur air. Mereka membiarkan perahu perahu seperti ini mengambang di atas permukaan air dan sekaligus melemparinya dengan batu batu agar perahu tersebut bisa tenggelam. Patung patung kecil melambangkan "tendi tendi" dari mereka mereka yang s

Sudut Pandang dari Sebuah Kenyataan

Tahun 1966, Dewan Gereja Indonesia (DGI) melakukan kampanye besar-besaran di Kabanjahe untuk memanggil orang-orang Karo berlindung di bawah gereja untuk terhindar dari tuduhan  atheist/ komunis . Tahun 1967, berdiri  Balai Pustaka Adat Merga Si Lima  yang menyerukan bahwa (aliran kepercayaan) Pemena bukan atheist/ komunis dan bahkan setara dengan agama-agama dunia lainnya. Saat itu Dr. Euwe (Belanda) baru saja memenangkan kejuaraan catur dunia, mengingatkan orang-orang Karo akan pertandingan antara Dr. Euwe dengan Narsar (Pa Kantur) Purba yang berlangsung alot dan remis di Amsterdam beberapa tahun sebelumnya.  Narsar Purb a adalah tokoh spiritual gerakan Perodak-odak dengan  Pa Raja Bale Ginting (Murba)  sebagai pemimpinnya. Secara berame-rame orang-orang Karo meninggalkan gereja dan kembali ke Pemena. Pada sinode 1969, Anggapen Ginting Suka terpilih menjadi ketua moderamen Gereja batak Karo Indoensia (GBKP). Dia mengilhami strategi baru; dari anti tradisi lama menjadi teman tra

Si Narsar Melawan Saffier, 1917

Si Narsar adalah pecatur terkenal Si Narsar was een bekende schaker.. Portret van de Karo Batak schaker Si Narsar Date : 1914-1919 Source : Tropenmuseum Author : T. (Tassilo) Adam (Fotograaf/photographer) Pada Januari 1917,  Juara Catur dari Karo bernama Si Narsar Karokaro  mengalahkan pemain Belanda bernama Saffier. Inilah partai terkuno yang pernah dimainkan dan tercatat notasinya. Saffier - Narsar Jakarta, Januari 1917 Pembelaan Perancis Varian Winawer [C15] 1.e4 e6 2.d4 d5 3.Nc3 Bb4 4.exd5 Bxc3+ 5.bxc3 exd5 6.Nf3 Ne7 7.Bd3 Bf5 8.0–0 0–0 9.Rb1 b6 10.Re1 Bxd3 11.Qxd3 Ng6 12.Ba3 Re8 13.Rxe8+ Qxe8 14.Re1 Qd7 15.Qf5 c5 16.Qh5 Na6 17.Bc1 Nc7 18.Ng5 h6 19.Nf3 Re8 20.Rxe8+ Qxe8 21.h3 Qe4 22.Be3 Ne6 23.dxc5 bxc5 24.g3 d4 25.cxd4 cxd4 26.Bd2 Qxc2 27.Qd5 Qa4 28.Kg2 a6 29.Qb7 Qb5 30.Qa8+ Kh7 31.h4 Qa4 32.Qe4 Qb5 33.a4 Qh5 34.Qa8 Qf5 35.Qxa6 Qe4 0–1 Sumber : Komputercatur.com klik

Sekilas Tentang Pecatur Si Toemboek

Majalah Perkumpulan Catur Hindia Belanda No 10-11 Tahun 1930 dengan nomer spesial 'Euwe Nummer' yang berisi reportase tentang kedatangan Dr. Euwe ke Hindia Belanda. Machgielis ‘Max’ Euwe lahir di Watergrafsmeer, The Netherlands pada tahun 1901. Menjadi juara dunia pada tahun 1935 and 1937. Pernah menjadi president of FIDE (Fédération Internationale des Echecs) dari tahun 1970 sampai 1978. Pada tour ini Dr. Euwe mengadakan pertandingan ke beberapa kota di Hindia Belanda, di Medan Dr. Euwe sempat ditahan remis oleh seorang pecatur lokal yang bernama Si Toemboek. Sumber : Purwokertoantik.com Dari sumber  Nederlandse Schaakbond : Si Toemboek, de Batakker Hans Böhm schrijft in zijn hoedanigheid van ambassadeur van het Amsterdamse schoolschaakproject de Schaakkaravaan regelmatig een weblog over het project. Deze keer blogt hij over Si Toemboek de Batakker.  Schaken met niets Op een van zijn vele buitenlandse reizen ontmoette onze enige

Batak Chess Players

The Straits Times, 6 November 1933, Page 13 Batak Chess Players Article also available on microfilm reel  NL1481  [Lee Kong Chian Reference Library - On shelf] Batak Chess Players (From Our Own Correspondent). Medan, Nov. 1. The Deli Courant states that the Batak chess players, SI Toemboek, Si Ngoekoem and Si Narsar, intend to make a trip to Singapore and Java. Natives in the Batak territories (the districts near Brastagi and Prapat) are strong chess players, the custom being for the men to Play chess, while the women d j the hard work. On a former occasion, Si Toembroek and Si Ngoekoem met the famous Dr. Enwe and proved their skill. source : National Library Singapore

Si Narsar Karokaro, Master Catur Dunia Jaman Hindia Belanda (bagian 2)

Menurut profil surat kabar (yang memuat foto dirinya terlihat masih muda) pada 31 Januari 1914 edisi “Berita Hari Ini Untuk Hindia Belanda,” Si Narsar dikatakan berusia sekitar tiga puluh tahun, memiliki tiga istri, dan tinggal di Berastagi, sebuah daerah pegunungan di barat laut Danau Toba. Saat itu, ketika Perang Dunia I pecah di Eropa, Si Narsar melakukan pameran di Sumatera dan pertandingan melawan pemain top Belanda atas wilayah tersebut, kegiatan ini ia lanjutkan hingga dua tahun ke depan. Tapi mengingat konflik di seluruh dunia, harapan penggemar Belanda agar Si Narsar dapat tur ke Eropa semakin tak terwujud. sebelumnya : bagian 1 Setelah pasca perang Dunia I, berita tentang Si Narsar meredup. Pada awal tahun 1923, Meyer menemui Si Narsar di Berastagi. Ia melaporkan Si Narsar jarang sekali bertanding catur selama beberapa tahun. Disebabkan beras semakin mahal dan tidak ada waktu untuk bermain catur. Tenaganya dihabiskan untuk bekerja mendapatkan kebutuhan rumah tangga.

Si Narsar Karokaro, Master Catur Dunia Jaman Hindia Belanda

Kostic Melawan Pemain Catur Karo, Medan 1925 ( Tulisan ini bersumber dari tulisan  Olimpiu G. Urcan berjudul :  "An Unusual Clash. Kostić vs. Bataks, Medan 1925" yang dimuat di  ChessCafe.com. ) Sudah lama beredar kabar tentang pemain catur Karo yang mampu menarik perhatian dunia, para master catur terkemuka. Dan awal Oktober 1925 terdapat 3 permainan yang tak terlupakan. Akhir abad ke sembilan belas dan awal kedua puluh, di Hindia Belanda, diberitakan sebuah pulau bernama Sumatera begitu mengagumkan, memiliki karunia luar biasa yang melahirkan pemain catur. Di masa itu, dalam versi regional catur mendominasi Asia Tenggara, dan akhirnya beberapa orang Karo terbukti sama-sama mahir di versi Eropa. Segera setelah klub catur didirikan Belanda di beberapa kota besar di Sumatera dan Jawa pada 1800-an, orang Karo menantang pemain terkuat Belanda dan sering melahirkan skor menakjubkan. Pada awal 1900-an, berbagai jurnal catur Eropa mulai melaporkan pemain catur pribumi ser

Perjanjian Penguasa Karo dengan Belanda

Perjanjian dengan penguasa pribumi di Kepulauan Hindia Timur. Pantai Timur Sumatra. Laporan : Saya di bawah ini ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... .... menyatakan : Pertama, wilayah ... ... ... ... .... merupakan bagian dari Hindia Belanda, dan dengan demikian berada di bawah dominasi Belanda, yang karena itu saya selalu setia kepada Yang Mulia Ratu Belanda dan Gubernur Jendral Hoogstderzelver sebagai wakil, dari yang tangannya aku berkuasa atas ... ... ... .. diterima. Kedua, bahwa Aku di dalam politik tidak ada bersentuhan dengan kekuatan asing, musuh-musuh Belanda juga musuh saya, teman-teman dari Belanda juga teman-teman saya. Ketiga, saya akan menghormati dan memelihara semua hal yang berkaitan dengan ... ... ... .. oleh rekaman dari Ratu Belanda atau Gubernur Jenderal Hindia Belanda atau perwakilan mereka akan diadopsi atau dibuat berlaku, dan bahwa saya, secara umum, semua perintah akan berhasil saya oleh atau atas nama Gubernur Jenderal atau wakil

J.K Wijngaarden, Pembaptis Pertama

J.K Wijngaarden dan keluarga (Buluh Awar, 1892) Pada 18 April 1890, Nederlands Zendelingenootschap (NZG), mengutus Pdt. H.C. Kruyt dari Tomohon, Minahasa, ke Tanah Karo. Kruyt tinggal di Buluh Awar yang menjadi pos penginjilan yang pertama di Tanah Karo. Tahun berikutnya dia menjemput empat orang Guru Injil yaitu B. Wenas, J. Pinontoan, R. Tampenawas, dan H. Pesik. Keempat orang inilah yang menjadi rekan Kruyt melakukan penginjilan di Karo. Sebelumnya, keempat orang ini juga bekerja di daerah Minahasa, Sulawesi Utara. Pada tahun 1892, Pdt. H.C. Kruyt pulang ke negerinya tanpa berhasil membaptis seorang pun dari suku Karo. Ia kemudian digantikan Pdt. J.K. Wijngaarden, yang sebelumnya telah bekerja di Pulau Sawu dekat Pulau Timor. Pendeta inilah yang melakukan pembaptisan pertama pada suku Karo pada tanggal 20 Agustus 1893. Pada saat itu ada enam orang yang dibabtis, yaitu: Sampe, Ngurupi, Pengarapen, Nuah, Tala, dan Tabar. Pada tanggal 21 September 1894  Pdt. J.K. W

Juhar

dari  FB : Darul Kamal Lingga Gayo

Gua Umang di Kuta Gerat (Kec. Tigabinanga)

Gua Umang di Kuta Gerat (Kec. Tigabinanga) terlihat dari kejauhan.  Titik hitam di akar pepohonan adalah pintu gua umang.  Foto oleh : Juara R. Ginting Pintu Gua Umang di Bintang Meriah (Kecamatan Kutabuluh, Kabupaten Karo).  Perhatikan ukiran orang (sedang menari?) di bagian kiri pintu gua. Foto " oleh Juara R. Ginting

Gua Umang di Desa Tanjung

Ukiran gambar manusia berdiri (menari?) di sebelah kiri mulut gua (di dekat orang yang berdiri).  Foto ini dibuat oleh E. E. McKinnon di tahun 1977 Pintu Gua Umang di Desa Tanjung, menuju ke Desa Bintang Meriah, (Kec. Kutabuluh, Kabupaten Karo). Foto ini dibuat oleh Arkeolog Skotlandia E. E. McKinnon di tahun 1977 Pintu Gua Umang di Desa Tanjung. F oto ini dibuat oleh Juara R. Ginting tahun 1990 Pintu Gua Umang di Desa Tanjung. F oto ini dibuat oleh Juara R. Ginting tahun 1990

Gua Umang Batu Kemang di Sembahe

Gua umang Desa Sembahe (Kec. Sibolangit, Kab. Deliserdang) dibuat dengan memahat seluruh dinding tebing sehingga menyerupai prisma. Pintu masuk berbentuk persegi dan berhiaskan pelipit, menghadap ke Selatan. Di bagian dalam dipahatkan di masing-masing sudutnya pelipit menyerupai tiang rumah. Di bagian dalam dinding Timur terdapat ceruk berbentuk segi empat panjang. Pada salah satu dinding luar terdapat pahatan yang menggambarkan seorang sedang berdiri.  (Sumber: Tabloid Sora Sirulo) Foto : Ruangan dalam gua umang Batu Kemang (Sembahe). Foto oleh Juara R. Ginting