Skip to main content

Posts

Showing posts from October, 2014

Pasar Berastagi, Taneh Karo, Sumatra 1927

Jadwal Tayang Film "3 Nafas Likas" di Bioskop-bioskop

Film 3 Nafas Likas merupakan kisah yang berlatar beberapa periode waktu, mulai dari era 1930'an hingga ke tahun 2000. Juga melalui beberapa kejadian penting di Indonesia, mulai dari perang kemerdekaan, pergolakan revolusi di era 1960'an, hingga masa kejayaan perekonomian Indonesia. Cerita dalam film ini berlatar di tiga lokasi; tujuh kota di Taneh Karo dan tempat lainnya di Sumatera Utara, Jakarta, hingga ke Ottawa, Kanada. Bercerita tentang seorang perempuan istimewa bernama Likas beru Tarigan  (Atiqah Hasiholan), yang menjalani kehidupan luar biasa. Likas kemudian berhasil meraih berbagai pencapaian dan keberhasilan, karena ia memegang teguh tiga janji yang pernah diucapkannya kepada tiga orang terpenting dalam hidupnya. Janji-janji itulah yang selalu berada di setiap tarikan nafasnya. Nafas yang memberikan ruh dan semangat dalam setiap tindakan, serta keputusannya. Keputusan yang lahir atas janjinya untuk terus berjuang dan berlandaskan kerinduannya aka

Kisah Djamin Gintings : Darah Pahlawan

Darah Pahlawan oleh Selamat Ginting (Republika.co.id , Monday, 16 June 2014, 17:00 WIB Letnan Jenderal Jamin Gintings layak dijadikan pahlawan nasional. Keputusannya menyerang sejumlah pos militer Belanda pada agresi militer kedua, mengangkat marwah Republik di mata internasional. Streteginya menyerang Belanda di Tanah Karo, membuat Belanda tidak bisa masuk ke wilayah Aceh. Juni 1949. Seorang lelaki berkulit sawo matang dengan postur tinggi sekitar 175 cm, menatap jauh dari atas pegunungan di Tanah Karo. Mengenakan seragam militer berwarna krem, pakaian itu terlihat agak kebesaran dari ukuran tubuhnya yang ramping. Di kerah bajunya, tersemat pangkat mayor tentara. Lelaki serdadu berusia 28 tahun itu adalah Mayor Jamin Ginting Suka. Ia kemudian lebih senang menyingkat namanya dengan ejaan : Jamin Gintings. Dia adalah Komandan Resimen IV atau dikenal juga dengan sebutan Resimen Rimba Raya (R3) yang merupakan bagian dari Divisi X Tentara Republik Indonesia (TRI). S

Kisah Djamin Gintings : Gerakan Senyap Melawan Panglima

Gerakan Senyap Melawan Panglima oleh Selamat Ginting (Republika.co.id , Monday, 16 June 2014, 17:00 WIB Malam perayaan Natal 1956 yang dilaksanakan pada 26 Desember, seperti malam perpisahan. Penuh gejolak batin, antara loyal kepada pimpinan dan loyal kepada bangsa dan negara. Itulah perasaan yang dialami Letnan Kolonel Jamin Gintings , Kepala Staf Tentara dan Teritorium (TT)- I Bukit Barisan. Ia menghadiri undangan resepsi pesta di rumah atasannya, Panglima TT-I Bukit Barisan, Kolonel Maludin Simbolon. Hadir pula Letnan Kolonel Sugih Arto, Komandan Komando Militer Kota Besar (KMKB) Medan dan sejumlah pejabat sipil dan militer lainnya. Dalam situasi yang serba salah, Jamin Gintings yang sedang menikmati hidangan, pada sekitar pukul 20.00, tiba-tiba di datangi Mayor Lahiraja Munthe dan meminta pembicaraan tidak didengar siapapun. "Lapor, malam ini akan dilakukan penangkapan terhadap Kolonel Maludin Simbolon. Bapak diminta Jakarta untuk secepatnya mengambi

Kisah Djamin Gintings : Lolos dari Maut G-30-S

Lolos dari Maut G-30-S oleh Selamat Ginting (Republika.co.id , Monday, 16 June 2014, 16:29 WIB Tanpa ada penjelasan, tiba-tiba Menteri/Panglima Angkatan Darat (Menpangad) Letnan Jenderal Ahmad Yani memerintahkan Asisten II (Operasi dan Latihan) Menpangad Mayor Jenderal Jamin Gintings untuk mendampingi Soebandrio. Soebandrio bukan orang sembarangan karena memiliki segudang jabatan penting pada pemerintahan Presiden Sukarno. Saat itu, ia disebut sebagai orang kedua di pemerintahan setelah Bung Karno. Dia menjabat sebagai wakil perdana menteri (waperdam) I merangkap sebagai menteri luar negeri dan menteri hubungan ekonomi luar negeri, bahkan sebagai kepala Badan Pusat Intelijen (BPI). Kalau di era sekarang disebut Kepala Badan Intelijen Negara (BIN). Karena kedudukannya yang sangat penting, sebagai sipil, Soebandrio diberikan pangkat militer tituler, yakni marsekal madya. Mengapa? Karena, lelaki yang pernah menjadi anggota Partai Sosialis Indonesia (PSI) itu adalah angg

Kisah Djamin Gintings : Kolonel Beda Nasib

Kolonel Beda Nasib oleh Selamat Ginting (Republika.co.id , Monday, 16 June 2014, 16:29 WIB) Kolonel Jamin Gintings bersama Kolonel Soeharto bukan hanya lahir pada tahun yang sama, 1921. Mereka juga dipercaya menjadi panglima tentara dan teritorium (TT) pada waktu yang hampir bersamaan. Jamin menjadi Panglima TT-I Bukit Barisan di Medan pada Desember 1956. Sedangkan, Soeharto menjadi Panglima TT –IV Diponegoro di Semarang pada Januari 1957. "Keduanya sering bertemu dalam rapat para panglima yang dipimpin Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal AH Nasution di Markas Besar Angkatan Darat (MBAD) pada kurun waktu 1957-1959," ungkap Likas Tarigan, istri dari Jamin Gintings. Likas kini berusia 90 tahun dan merayakan hari jadinya di kawasan Jalan Sudirman, Jakarta, Sabtu (14/6/2014). Setelah itu, kedua kolonel ditarik ke Jakarta untuk melanjutkan Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat, disingkat SSKAD. Jamin kemudian melanjutkan sekolah lagi di Staff Col

Rumah Budaya Siwaluh Jabu (2014)

Rumah Budaya Siwaluh Jabu Oleh Theodorus Muyanandrio Wicaksono (Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya) Secara harfiah, Siwaluh Jabu dapat diartikan sebagai sebuah rumah adat Karo yang didiami delapan kepala keluarga. Pada karya ini, konsep rumah adat Karo dimunculkan dalam bentuk bangunan modern dengan kekuatan pada rupa fisiknya yang memiliki konsep eksoskeleton (rangka luar yang menyelimuti bagian tubuh) pada bangunan galeri, yang dihubungkan dengan bangunan operasional menggunakan jembatan kaca. Proses desain ini diawali dengan mengambil siluet bangunan Siwaluh Jabu yang memiliki ciri khas pada bentuk atapnya yang bertingkat dua. Untuk memperbaharui citra bangunan rumah adat ini, atap bagian atas dipangkas, menyisakan bentuk atap pelana yang digunakan sebagai bentuk fisik bangunan rumah budaya modern. Bentuk ini juga menghadirkan citra deleng (gunung) yang agung dan megah.