Skip to main content

Posts

Showing posts from January, 2017

Moh. Yamin Memilih ke Berastagi

Koran Het nieuwsblad voor Sumatra pada tanggal 27 Febuari dan 28 Febuari 1951 menuliskan tentang perginya Moh. Yamin dan keluarga ke Berastagi. Yamin ingin menenangkan pikirannya dan berusaha memikirkan beberapa persoalan negeri ini sambil beristirahat. Pilihannya adalah kota Berastagi yang dingin dan jauh dari hiruk pikuk dinamika politik di Jakarta. Berikut tulisannnya :    Moh.Yamin Mengambil Cuti Istirahat di Berastagi  Anggota Parlemen non partai Mr. Moh. Yamin beserta istri dan anak-anaknya pergi ke Berastag i untuk beberapa waktu mengasingkan diri. Saat diwawancarai di Bandara Padang , ia mengatakan ingin mempelajari beberapa masalah yang sulit dalam suasana damai. Ia mencontohkan antara lain: catatan miliar   (de milliardennota), masalah tanah di Sumatera Timur, isu-isu yang relevan dengan Belanda-Indonesia Union (sehubungan dengan kemungkinan revisi), penyelesaian bahan untuk sidang   parlemen mendatang, penyelesaian beberapa buku yang sedang dike

3.000 Orang Eropah Hadir Saat Peresmian Bandara Berastagi.

 Brastagi. Eropa di daerah tropis.! Dengan latar belakang Sibajak. Bandara Berastagi diresmikan pada hari Minggu tanggal 16 September 1934. Pada   artikel sebelumnya telah digambarkan bagaimana kemeriahannya. Ada 20 pesawat terbang yang ikut serta dalam pembukaan bandara ini. Dan ada 3.000 orang Eropah hadir saat itu. Dan ikut pula hadir masyarakat Karo dan masyarakat Sumatera Pantai Timur lainnya. Koran De Sumatra Post pada tanggal 17-09-1934 menuliskan :  Bandara Brastagi.   2400 Tiket Terjual Kita   menemukan informasi total 2.400 tiket masuk dijual untuk pembukaan bandara di Berastagi, sehingga total sekitar 3.000 orang Eropa telah hadir di pembukaan. Dan Hotel Frisia (Berastagi)   ikut juga berpartisipasi pada acara ini.   Dua prasmanan tersedia di Bandara Berastagi   bagi pengunjung   yang haus dan lapar sambil menyaksikan pertunjukan udara. Tidak diragukan lagi banyak   pengunjung yang menyukai sajian ini. Beberapa hari sebelumnya

Meriahnya Pembukaan Bandara Brastagi (16 September 1934)

Peresemian Bandara Berastagi Sepanjang jalan Medan-Berastagi banyak  polisi ditempatkan,   untuk menjaga lalu lintas yang ada. Sementara jalan   dari Soerbakti ke Berastagi ditutup untuk semua lalu lintas, sementara sisi jalan di Berastagi yang mengarah ke   Bandara Berastagi pada hari   Minggu akan terbuka sebelum jam 8 pagi untuk semua kendaraan, kecuali untuk sado. Setelah jam   8 jalur ini akan ditutup, baik untuk truk, bus,   kenderaan ber kuda   hingga pengendara sepeda. Hanya mobil-mobil   undangan yang   diberikan kesempatan lewat dengan   menunjukkan kartu masuk. Mobil dan bus   yang tidak lagi diperbolehkan setelah jam 8 dapat mencari parkir dekat   dengan Pasar Berastagi. Di sekitar   lapangan terbang itu sendiri adalah dua area parkir, satu untuk mobil tamu undangan dan satu untuk mobil-mobil lain. Setelah akhir demonstrasi akan ada makan siang berlangsung di Berastagi Hotel. Untuk kelancaran, maka diatur lalu lintas agar secepat mungkin   undangan b

Drs. Moh. Hatta di Berastagi (1950)

  Kemarin sore ,   Wakil Presiden Drs. Moh. Hatta beserta rombongan dan beberapa anggota pemerintah daerah dari Medan   tiba di B e rastagi. Di perbatasan Kabupaten Karo, W akil P residen   disambut oleh B upati Tanah Karo ,   K etua D ewan sementara Karo, Kolonel Djomat Purba, K apten Ulung Sitepu dan panitia penerimaan berjumlah 7 0 o rang . Setelah tiba di B e rastagi ,   rombongan W akil P residen menuju Bungalow BPM, dimana Drs. Moh. Hatta ditunggu oleh banyak orang. Dalam laporan Mimbar U mum , Wakil Presiden   dimohon   untuk menyelidiki nasib mereka yang hilang dalam masa revolusi. Drs. Hatta berjanji akan segera membalas permintaan ini. Koran : Het nieuwsblad voor Sumatra   22-11-1950

Merlep Ginting Melawan Prins (1956)

Historische Kranten, Erfgoed Leiden en Omstreken Leidsch Dagblad | 16 maart 1956 | pagina 11   (11/16) Lodewijk Prins adalah pemain catur Belanda terbaik selama lebih dari seperempat abad (1939-1965). Master catur Belanda ini mengunjungi Indonesia pada tahun 1956. Sebuah organisasi nir-laba Stichting Culturele Samenwerking (Yayasan Kerjsama Kebudayaan) menjadi penyandang biaya. Resumenya meliputi tempat terhormat di Leeuwarden (1940), Amsterdam (1940), Beverwijk (1948), dan Madrid (1951). Tahun 1952 ia lolos ke turnamen antarzonal. Pada masa senja karirnya ia masih cukup bagus untuk menjadi Juara Nasional Belanda 1965. FIDE menganugerahinya gelar GM kehormatan tahun 1982. Prins menghabiskan waktu dua setengah bulan mengelilingi Jawa, Sumatera, dan Kalimantan. Ia bermain di kota-kota di Jawa seperti Jakarta, Bogor, Bandung, and Semarang. Di Sumatera ia bermain di Medan dan Pematang Siantar. Selain bermain dalam simultan ia juga terlibat dalam dwilomba satu l