Skip to main content

Seni Drama dan Musik Karo - Gendang Lima Sendalanen (bagian 4)

6.  Seni Drama
Dari beberapa referensi yang penulis peroleh, seni drama tergolong langka pada masyarakat Karo. Kalaupun ada biasanya berhubungan dengan tarian seperti Tari  Mondong-Ondong yang berhubungan dengan  drama Perlanja Sira (Pemikul Garam),  Tari Tungkat dan  Tari Guru serta  Gundala-gundala  (drama tari topeng Karo).

7. Seni Musik
Berekspresi melalui kesenian merupakan salah satu aktivitas manusia yang sangat umum dalam  kehidupan bermasyarakat, dengan demikian kesenian merupakan suatu kebutuhan yang penting dalam  sebuah  masyarakat untuk mengekspresikan dirinya sebagai manusia yang memiliki perasaan indah, senang, gembira maupun  sedih. Salah satu media pengekspresian kesenian tersebut adalah melalui musik. Musik tersebut dapat berupa musik instrumentalia, musik vocal, atau gabungan antara keduanya.

Orang Karo menyebut musik dengan istilah Gendang. Dan dalam masyarakat Karo gendang itu sendiri mempunyai beberapa pengertian, diantaranya :

1. Gendang,  sebagai pengertian  untuk menunjukkan jenis musik tertentu (Gendang Karo, Gendang Melayu),
2. Gendang,  sebagai nama sebuah  instrumen musik (Gendang singindungi, Gendang singanaki),
3. Gendang, untuk menunjukkan jenis lagu atau komposisi  tertentu (Gendang simalungun rayat, Gendang peselukken),
4. Gendang, untuk menunjukkan ensembel musik tertentu (Gendang Lima Sendalanen, Gendang telu sendalanen),
5. Gendang untuk mengartikan sebuah upacara tertentu (Gendang cawir metua, Gendang guro-guro aron).

Selain itu masyarakat Karo  juga  memiliki beberapa jenis musik yang biasanya digunakan dalam kesenian tradisionalnya. Ada alat musik yang dimainkan secara bersama-sama (ensambel), ada pula yang dimainkan tunggal (solo). Selain alat musik, terdapat pula beberapa genre musik vocal (nyanyian), baik yang dinyanyikan secara solo, maupun diiringi alat musik.

Jenis-jenis alat musik serta genre musik yang terdapat dalam musik tradisional Karo sebagai berikut :

7.1 Gendang Lima Sendalanen
Gendang Lima Sendalanen merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menyatakan suatu ensambel musik tradisional Karo yang terdiri dari 5 (lima)  buah alat musik, yaitu: (1)  sarune, (2)  gendang singanaki, (3)  gendang singindungi, (4) penganak, dan (5) gung.


Istilah gendang pada Gendang Lima Sendalanen ini berarti “alat musik”,  lima berarti “lima buah”, dan  sendalanen berarti “sejalan”. Dengan demikian Gendang Lima Sendalanen mengandung pengertian “lima buah alat musik yang dimainkan sejalan atau secara bersama-sama”. Kadang-kadang Gendang Lima Sendalanen  disebut dengan istilah Gendang Sarune. Adanya dua istilah atau penyebutan satu ensambel musik tradisional Karo yang sama  ini-Gendang Lima Sendalanen dan Gendang Sarune-terjadi karena perbedaan latar belakang dari orang-orang yang menggunakannya.

Di kalangan musisi tradisional Karo istilah  Gendang Sarune lebih sering dinggunakan, sementara itu di berbagai tulisan tentang kebudayaan musik Karo lebih banyak menggunakan istilah  Gendang Lima Sendalanen. Untuk konsistensi penulisan,  dalam  tulisan ini digunakan istilah   Gendang Lima Sendalanen. Ini tidak berarti istilah Gendang Lima Sendalanen lebih mewakili dari pada Gendang Sarune karena memang kedua istilah tesebut selalu digunakan dalam masyarakat Karo.

Perlu diketahui juga bahwa, masing-masing alat musik  dalam ensambel Gendang Lima Sendalanen tersebut  dimainkan oleh seorang pemain, kecuali alat musik penganak dan gung yang dapat dimainkan oleh seorang pemain.                                                     

Di bawah ini dijabarkan penjelasan tentang masing-masing instrumen yang terdapat dalam Gendang Lima Sendalanen, yaitu :

7.1.1 Sarune
Sarune merupakan alat musik tiup yang memiliki lidah ganda (double reed), dan tabung alat musik ini berbentuk konis (conical) mirip dengan alat musik  obo (oboe). Instrumen ini terdiri dari lima bagian alat yang dapat dipisah-pisahkan serta terbuat dari bahan yang berbeda pula yaitu: (a)  anak-anak sarune, (b) tongkeh, (c) ampang-ampang, (d) batang sarune, dan (e) gundal.

Anak-anak sarune berfungsi sebagai lidah (reeds), terbuat dari dua helai kecil daun kelapa yang telah dikeringkan.  Biasanya ketika hendak  memainkan  sarune, anak-anak sarune tersebut  harus dibasahi terlebih dahulu dengan air liur agar menjadi lunak sehingga mudah bergetar jika ditiup.

Ampang-ampang yaitu sebuah lempengan berbentuk bundar yang terbuat dari kulit binatang Baning (trenggiling) diletakkan di tengah tongkeh (terbuat dari timah). Ampang-ampang berfungsi sebagai penahan bibir pemain  sarune ketika sedang meniup alat tersebut. Batang sarune sendiri terbuat dari kayu  selantam atau pohon nangka, pada  batang sarune inilah terdapat lobang-lobang  nada berjumlah  delapan buah sebagai penghasil atau pengubah nada ketika sarune ditiup. Gundal juga terbuat dari kayu  selantam yang berada pada bagian bawah  sarune. Gundal ini merupakan corong (bell) pada alat tiup  sarune yang fungsinya membuat lantunan nada-nada menjadi lebih panjang dan nyaring atau keras.

Perlu ditambahkan,  ampang-ampang, anak-anak sarune,  dan tongkeh biasanya dihubungkan satu sama lain dengan  seutas  tali  berukuran  kecil, yang berfungsi sebagai  pengikat agar bagian-bagian tersebut tidak tercecer, terpisah  atau hilang karena ukurannya yang kecil.

 Bagian-bagian Sarune
(Sumber: Di edit dari dok. Perikuten Tarigan)
Keterangan gambar :
(1) anak-anak sarune,
(2) tongkeh  
(2a) ampang-ampang 
(3) batang  sarune
(4) gundal
(4a) tagan sarune




Gambar : Sarune
(Sumber: Dok. Perikuten Tarigan)

7.1.2 Gendang singanaki dan gendang singindungi
Gendang singanaki dan Gendang singindungi (double  sided conical drums) merupakan dua alat musik pukul yang terbuat dari kayu pohon nangka. Pada kedua sisi alat musik yang berbentuk konis tersebut, terdapat membrane yang terbuat dari kulit binatang. Sisi depan/atas atau bagian yang dipukul disebut babah gendang, sisi belakang/bawah (tidak dipukul) disebut  pantil gendang. Kedua alat musik  ini memiliki ukuran yang kecil, panjangnya sekitar 44 cm,  dengan  diameter  babah gendangnya sekitar 5 cm, sedangkan diameter pantil gendang sekitar 4 cm. 

Kedua alat musik tersebut memiliki kesamaan dari sisi bahan, bentuk, ukuran, dan cara pembuatannya. Perbedaannya  hanya  pada “gendang  mini” yang disebut gerantung  (panjang 11,5 cm) yang diikatkan di sisi badan  gendang singanaki, sedangkan pada  gendang singindungi tidak ada.  Gendang singindungi dapat menghasikan bunyi   naik turun melalui teknik permainan tertentu, sedangkan gendang singanaki tidak memiliki tehnik tersebut sehingga bunyi yang dihasilkannya tidak bisa naik turun. Masing-masing gendang memiliki dua palu-palu gendang atau alat pukul (drum stick) sepanjang 14 cm.
      
Gendang singanaki 
  
Gendang singindungi
7.1.3 Gung dan Penganak
Penganak  dan  gung tergolong dalam jenis  suspended idiophone/gong berpencu yang  memiliki persamaan dari segi konstruksi bentuk, yakni sama seperti gong yang umumnya terdapat pada kebudayaan musik nusantara. Perbedaan keduanya (Penganak  dan  gung)  adalah dari segi ukuran  atau lebar  diameternya.
Gung memiliki ukuran yang besar (diameter 68,5 cm), dan  penganak memiliki ukuran yang kecil (diameter 16 cm). Gung dan Penganak ini terbuat dari kuningan, sedangkan  palu-palu  (pemukulnya)  terbuat dari kayu dengan benda lunak yang sengaja dibuat di ujungnya untuk menghasilkan suara gung yang lebih enak didengar (palu-palu gung).

Penganak dan Palu-palu 

Gung dan Palu-palu 
(Sumber: Dok. Perikuten Tarigan)
 7.1.4 Peran masing-masing instrumen dalam Gendang Lima Sendalanen
Gendang Lima Sendalanen sebagai suatu ensambel musik yang terdiri dari lima alat musik memiliki karakter bunyi dan cara memainkan yang berbeda-beda sesuai dengan bentuk instrumen tersebut.

Sarune dimainkan dengan cara meniup anak-anak sarune (reeds) sementara jari-jari kedua tangan si pemain memegang (membuka dan menutup) lobang nada yang terdapat pada badan (batang) alat musik tersebut. Alat musik Sarune ini dalam Gendang Lima Sendalanen memiliki peran sebagai pembawa melodi lagu.

Penarune sedang memainkan sarune
(Sumber: Dok. Perikuten Tarigan)
Sementara itu,  gendang singanaki, gendang singindungi  dimainkan dengan cara memukul  babah gendang (head membrane) masing-masing dengan dua  palupalu gendang  (alat pukul  gendang/stick).  Gendang singanaki menghasilkan pola ritem berulang-ulang (repetitif), sedangkan Gendang singindungi membawakan pola ritem yang variabel, berbeda dengan pola ritem yang dimainkan gendang singanaki.

Penggual Singanaki 
(Sumber: Dok. Perikuten Tarigan)

Penggual Singindungi
(Sumber: Dok. Perikuten Tarigan)
Penganak dan  gung  dimainkan dengan memukul pencu yang terdapat pada bagian tengah penganak dan gung masing-masing dengan satu palu-palu. Kedua alat musik tersebut menghasilkan pola pukulan yang berulang-ulang.

Simalu Gung sedang memainkan penganak dan gung
(Sumber: Dok. Perikuten Tarigan)
7.1.5   Posisi pemain Gendang Lima Sendalanen
Secara umum pemain  Gendang Lima Sendalanen dalam setiap pertunjukannya bermain dalam posisi duduk. Posisi duduk ini -  khsususnya untuk penarune dan penggual - merupakan posisi baku karena dua hal, yaitu:

• Dalam menghasilkan nada-nada tertentu,  penarune harus menutupkan ujung Sarune-nya (tonggum) ke bagian betis kakinya sendiri,
• Penggual senantiasa mengaitkan alat musiknya (gendang singanaki dan gendang singindungi) diantara kedua kakinya dalam posisi duduk bersila, sehingga posisi intrumen tersebut menjadi diagonal, dengan  babah gendang mengarah ke sebelah kanan penggual.
• Simalu gung dan  simalu penganak juga bermain dalam posisi duduk, sementara itu kedua alat musiknya senantiasa digantung dengan seutas tali pada suatu tempat yang telah disediakan secara khusus.


Posisi pemain musik Gendang Lima Sendalanen dalam upacara adat.
(Sumber: Dok. Perikuten Tarigan)




Bersambung ke bagian 5


Sumber : Repository.usu.ac.id

Comments

Lago said…
Salam, Bang..
Maaf, hanya mau mengkonfirmasi, pada gambar Penggual Singindungi dan Penggual Singanaki, melihat keterangan sebelumnya dan seperti seharusnya, sepertinya keterangannya tertukar.
Gambar Penggual Singanaki seharusnya diisi dengan keterangan pada gambar Penganak Singindungi.
Bujur, Mejuah-juah
karosiadi said…
Terimakasih atas masukannya. Sudah diperbaiki. Bujur (terimakasih).

Popular posts from this blog

Nasehat-Nasehat dan Ungkapan-Ungkapan

Nasehat-Nasehat Orang tua Karo, termasuk orang tua yang suka memberikan nasehat-nasehat kepada anggota keluarganya. Dalam nasehat yang diberikan selalu ditekankan, agar menyayangi orang tua, kakak/abang atau adik, harus berlaku adil. Menghormati kalimbubu, anakberu, senina sembuyak, serta tetap menjaga keutuhan keluarga.   Beberapa nasehat-nasehat orang-orang tua Karo lama, yang diungkapkan melalui ungkapan-ungkapan antara lain: Ula belasken kata la tuhu, kata tengteng banci turiken . Artinya jangan ucapkan kata benar, tetapi lebih baik mengucapkan kata yang tepat/pas. Ula kekurangen kalak enca sipandangi, kekurangenta lebe pepayo , artinya jangan selalu melihat kekurangan orang lain, tetapi lebih baik melihat kekurangan  kita (diri) sendiri atau  Madin me kita nggeluh, bagi surat ukat, rendi enta, gelah ula rubat ,  artinya lebih baik kita hidup seperti prinsip  surat ukat (surat sendok), saling memberi dan memintalah agar jangan sampai berkelahi. Beliden untungna si apul-apulen

Kumpulan Teks dan Terjemahan Lagu-lagu Karya Djaga Depari (bagian 2)

8. Mari Kena Mari turang geget ate mari kena Sikel kal aku o turang kita ngerana Aloi, aloi kal aku Kena kal nge pinta-pintangku Mari turang iah mari kena Mari turang iah mari kena Tebing kal kapen o turang ingandu ena Nipe karina i jena ringan i jena Tadingken kal ingandu ena Mari ras kal kita jenda Mari turang iah mari kena Mari turang iah mari kena Tertima-tima kal kami kerina gundari Kalimbubu, anak beru ras seninanta merari Mulih kal gelah kena keleng ate Ras kal kita jenda morah ate Ula lebe meja dage Mari turang iah mari kena Mari turang iah mari kena (sumber : Henry Guntur Tarigan, Piso Surit tahun 1990 halaman : 132) Mari Kena (Marilah mari) Mari adinda sayang marilah mari Ingin daku kita berbicara Dengar, dengarkanlah daku Dikaulah yang sangat kurindukan Mari, marilah sayang Mari, marilah sayang Sangat terjal jalan ke rumahmu sayang Ada banyak ular pula di situ Tinggalkanlah rumahmu itu Mari kita bersama di si

Musik Karo - Gendang Tiga Sendalanen (bagian 5)

7.2 Gendang telu sendalanen Secara harfiah Gendang telu sendalanen memiliki pengertian tiga alat musik yang sejalan atau dimainkan secara bersama-sama (sama seperti pengertian Gendang Lima Sendalanen). Ketiga alat musik tersebut adalah (1)  Kulcapi/balobat , (2)  ketengketeng,  dan (3)  mangkok.  Dalam ensambel  ini ada dua istrumen yang bisa digunakan sebagai pembawa melodi yaitu   Kulcapi  atau  balobat.   Pemakaian  Kulcapi atau balobat  sebagai pembawa melodi dilakukan secara terpisah dalam upacara yang berbeda.  Sedangkan  Keteng-keteng dan  mangkok merupakan alat musik pengiring yang menghasilkan pola-pola ritem yang bersifat konstan dan repetitif. Jika  Kulcapi digunakan sebagai pembawa melodi, dan  keteng-keteng  serta mangkok sebagai alat musik pengiringnya, maka istilah  Gendang telu sendalanen sering disebut   Gendang Lima Sendalanen Plus Kulcapi ,  dan jika balobat sebagai pembawa melodi, maka istilahnya  tersebut  menjadi  gendang balobat.  Masing-masing alat mu