6. Seni Drama
Bagian-bagian Sarune
Bersambung ke bagian 5
Sumber : Repository.usu.ac.id
Dari beberapa referensi yang penulis peroleh, seni drama
tergolong langka pada masyarakat Karo. Kalaupun ada biasanya berhubungan dengan
tarian seperti Tari Mondong-Ondong yang berhubungan dengan drama Perlanja Sira (Pemikul Garam), Tari Tungkat dan Tari Guru serta Gundala-gundala (drama tari topeng Karo).
7. Seni Musik
Berekspresi melalui kesenian merupakan salah satu aktivitas
manusia yang sangat umum dalam kehidupan
bermasyarakat, dengan demikian kesenian merupakan suatu kebutuhan yang penting
dalam sebuah masyarakat untuk mengekspresikan dirinya
sebagai manusia yang memiliki perasaan indah, senang, gembira maupun sedih. Salah satu media pengekspresian
kesenian tersebut adalah melalui musik. Musik tersebut dapat berupa musik
instrumentalia, musik vocal, atau gabungan antara keduanya.
Orang Karo menyebut musik dengan istilah Gendang. Dan dalam
masyarakat Karo gendang itu sendiri mempunyai beberapa pengertian, diantaranya :
1. Gendang, sebagai
pengertian untuk menunjukkan jenis musik
tertentu (Gendang Karo, Gendang Melayu),
2. Gendang, sebagai
nama sebuah instrumen musik (Gendang
singindungi, Gendang singanaki),
3. Gendang, untuk menunjukkan jenis lagu atau komposisi tertentu (Gendang simalungun rayat, Gendang
peselukken),
4. Gendang, untuk menunjukkan ensembel musik tertentu
(Gendang Lima Sendalanen, Gendang telu sendalanen),
5. Gendang untuk mengartikan sebuah upacara tertentu (Gendang
cawir metua, Gendang guro-guro aron).
Selain itu masyarakat Karo
juga memiliki beberapa jenis
musik yang biasanya digunakan dalam kesenian tradisionalnya. Ada alat musik
yang dimainkan secara bersama-sama (ensambel), ada pula yang dimainkan tunggal
(solo). Selain alat musik, terdapat pula beberapa genre musik vocal (nyanyian),
baik yang dinyanyikan secara solo, maupun diiringi alat musik.
Jenis-jenis alat musik serta genre musik yang terdapat dalam
musik tradisional Karo sebagai berikut :
7.1 Gendang Lima
Sendalanen
Gendang Lima Sendalanen merupakan suatu istilah yang
digunakan untuk menyatakan suatu ensambel musik tradisional Karo yang terdiri
dari 5 (lima) buah alat musik, yaitu:
(1) sarune, (2) gendang singanaki, (3) gendang singindungi, (4) penganak,
dan (5) gung.
Istilah gendang pada
Gendang Lima Sendalanen ini berarti “alat musik”, lima
berarti “lima buah”, dan sendalanen
berarti “sejalan”. Dengan demikian Gendang Lima Sendalanen mengandung
pengertian “lima buah alat musik yang dimainkan sejalan atau secara bersama-sama”.
Kadang-kadang Gendang Lima Sendalanen
disebut dengan istilah Gendang Sarune. Adanya dua
istilah atau penyebutan satu ensambel musik tradisional Karo yang sama ini-Gendang Lima Sendalanen dan Gendang
Sarune-terjadi karena perbedaan latar belakang dari orang-orang yang menggunakannya.
Di kalangan musisi tradisional Karo istilah Gendang Sarune lebih sering dinggunakan,
sementara itu di berbagai tulisan tentang kebudayaan musik Karo lebih banyak
menggunakan istilah Gendang Lima
Sendalanen. Untuk konsistensi penulisan,
dalam tulisan ini digunakan
istilah Gendang Lima Sendalanen. Ini
tidak berarti istilah Gendang Lima Sendalanen lebih mewakili dari pada Gendang
Sarune karena memang kedua istilah tesebut selalu digunakan dalam masyarakat
Karo.
Perlu diketahui juga bahwa, masing-masing alat musik dalam ensambel Gendang Lima Sendalanen
tersebut dimainkan oleh seorang pemain,
kecuali alat musik penganak dan gung yang dapat dimainkan oleh seorang pemain.
Di bawah ini dijabarkan penjelasan tentang
masing-masing instrumen yang terdapat dalam Gendang Lima Sendalanen, yaitu :
7.1.1 Sarune
Sarune merupakan alat musik tiup yang memiliki lidah ganda
(double reed), dan tabung alat musik ini berbentuk konis (conical) mirip dengan
alat musik obo (oboe). Instrumen ini
terdiri dari lima bagian alat yang dapat dipisah-pisahkan serta terbuat dari
bahan yang berbeda pula yaitu: (a) anak-anak
sarune, (b) tongkeh, (c) ampang-ampang, (d) batang
sarune, dan (e) gundal.
Anak-anak sarune berfungsi sebagai lidah (reeds), terbuat dari dua helai kecil daun
kelapa yang telah dikeringkan. Biasanya
ketika hendak memainkan sarune, anak-anak sarune tersebut harus dibasahi terlebih dahulu dengan air
liur agar menjadi lunak sehingga mudah bergetar jika ditiup.
Ampang-ampang yaitu sebuah lempengan berbentuk bundar yang terbuat dari kulit
binatang Baning (trenggiling) diletakkan di tengah tongkeh (terbuat dari
timah). Ampang-ampang berfungsi sebagai penahan bibir pemain sarune ketika sedang meniup alat tersebut.
Batang sarune sendiri terbuat dari kayu
selantam atau pohon nangka, pada
batang sarune inilah terdapat
lobang-lobang nada berjumlah delapan buah sebagai penghasil atau pengubah
nada ketika sarune ditiup. Gundal juga terbuat dari kayu selantam yang berada pada bagian bawah sarune. Gundal ini merupakan corong (bell) pada alat tiup sarune yang fungsinya membuat lantunan
nada-nada menjadi lebih panjang dan nyaring atau keras.
Perlu ditambahkan,
ampang-ampang, anak-anak sarune,
dan tongkeh biasanya dihubungkan satu sama lain dengan seutas
tali berukuran kecil, yang berfungsi sebagai pengikat agar bagian-bagian tersebut tidak
tercecer, terpisah atau hilang karena
ukurannya yang kecil.
(Sumber: Di edit dari dok. Perikuten Tarigan)
Keterangan gambar :
(1) anak-anak sarune,
(2) tongkeh
(2a)
ampang-ampang
(3) batang sarune
(4) gundal
(4a) tagan sarune
Gambar : Sarune
(Sumber: Dok. Perikuten Tarigan)
7.1.2 Gendang singanaki
dan gendang singindungi
Gendang singanaki dan Gendang singindungi (double sided conical drums) merupakan dua alat musik
pukul yang terbuat dari kayu pohon nangka. Pada kedua sisi alat musik yang
berbentuk konis tersebut, terdapat membrane yang terbuat dari kulit binatang. Sisi
depan/atas atau bagian yang dipukul disebut babah gendang, sisi belakang/bawah
(tidak dipukul) disebut pantil
gendang. Kedua alat musik ini memiliki
ukuran yang kecil, panjangnya sekitar 44 cm,
dengan diameter babah gendangnya sekitar 5 cm, sedangkan
diameter pantil gendang sekitar 4 cm.
Kedua alat musik tersebut memiliki kesamaan dari sisi bahan,
bentuk, ukuran, dan cara pembuatannya. Perbedaannya hanya
pada “gendang mini” yang
disebut gerantung (panjang 11,5
cm) yang diikatkan di sisi badan gendang singanaki,
sedangkan pada gendang
singindungi tidak ada. Gendang
singindungi dapat menghasikan bunyi
naik turun melalui teknik permainan tertentu, sedangkan gendang
singanaki tidak memiliki tehnik tersebut sehingga bunyi yang dihasilkannya tidak
bisa naik turun. Masing-masing gendang memiliki dua palu-palu gendang atau alat
pukul (drum stick) sepanjang 14 cm.
Gendang singanaki |
Gendang singindungi |
7.1.3 Gung dan Penganak
Penganak dan gung tergolong dalam jenis suspended idiophone/gong berpencu yang memiliki persamaan dari segi konstruksi
bentuk, yakni sama seperti gong yang umumnya terdapat pada kebudayaan musik
nusantara. Perbedaan keduanya (Penganak
dan gung) adalah dari segi ukuran atau lebar
diameternya.
Gung memiliki ukuran yang besar (diameter 68,5 cm), dan penganak memiliki ukuran yang kecil (diameter
16 cm). Gung dan Penganak ini terbuat dari kuningan, sedangkan palu-palu
(pemukulnya) terbuat dari kayu
dengan benda lunak yang sengaja dibuat di ujungnya untuk menghasilkan suara
gung yang lebih enak didengar (palu-palu gung).
Penganak dan Palu-palu |
(Sumber: Dok. Perikuten Tarigan)
|
7.1.4 Peran
masing-masing instrumen dalam Gendang Lima Sendalanen
Gendang Lima Sendalanen sebagai suatu ensambel musik yang
terdiri dari lima alat musik memiliki karakter bunyi dan cara memainkan yang
berbeda-beda sesuai dengan bentuk instrumen tersebut.
Sarune dimainkan dengan cara meniup anak-anak sarune (reeds)
sementara jari-jari kedua tangan si pemain memegang (membuka dan menutup)
lobang nada yang terdapat pada badan (batang) alat musik tersebut. Alat musik
Sarune ini dalam Gendang Lima Sendalanen memiliki peran sebagai pembawa melodi
lagu.
Penarune sedang memainkan sarune
(Sumber: Dok. Perikuten Tarigan)
|
Sementara itu, gendang
singanaki, gendang singindungi dimainkan
dengan cara memukul babah gendang (head
membrane) masing-masing dengan dua
palupalu gendang (alat pukul gendang/stick). Gendang singanaki menghasilkan pola ritem
berulang-ulang (repetitif), sedangkan Gendang singindungi membawakan pola ritem
yang variabel, berbeda dengan pola ritem yang dimainkan gendang singanaki.
Penggual Singanaki
(Sumber: Dok. Perikuten Tarigan)
|
Penggual
(Sumber: Dok. Perikuten Tarigan)
|
Penganak dan gung dimainkan dengan memukul pencu yang terdapat
pada bagian tengah penganak dan gung masing-masing dengan satu palu-palu. Kedua
alat musik tersebut menghasilkan pola pukulan yang berulang-ulang.
Simalu Gung sedang memainkan penganak dan gung
(Sumber: Dok. Perikuten Tarigan)
|
7.1.5 Posisi pemain Gendang Lima Sendalanen
Secara umum pemain
Gendang Lima Sendalanen dalam setiap pertunjukannya bermain dalam posisi
duduk. Posisi duduk ini - khsususnya
untuk penarune dan penggual - merupakan posisi baku karena dua hal, yaitu:
• Dalam menghasilkan nada-nada tertentu, penarune harus menutupkan ujung Sarune-nya
(tonggum) ke bagian betis kakinya sendiri,
• Penggual senantiasa mengaitkan alat musiknya (gendang
singanaki dan gendang singindungi) diantara kedua kakinya dalam posisi duduk
bersila, sehingga posisi intrumen tersebut menjadi diagonal, dengan babah gendang mengarah ke sebelah kanan
penggual.
• Simalu gung dan
simalu penganak juga bermain dalam posisi duduk, sementara itu kedua
alat musiknya senantiasa digantung dengan seutas tali pada suatu tempat yang
telah disediakan secara khusus.
Posisi pemain musik Gendang Lima Sendalanen dalam upacara adat.
(Sumber: Dok. Perikuten Tarigan)
|
Sumber : Repository.usu.ac.id
Comments
Maaf, hanya mau mengkonfirmasi, pada gambar Penggual Singindungi dan Penggual Singanaki, melihat keterangan sebelumnya dan seperti seharusnya, sepertinya keterangannya tertukar.
Gambar Penggual Singanaki seharusnya diisi dengan keterangan pada gambar Penganak Singindungi.
Bujur, Mejuah-juah