Skip to main content

Kunjungan Presiden Sukarno ke Tanah Karo (1951)



Sabtu 28 Juli 1951


Presiden Berbicara  

Presiden Soekarno memulai pidatonya dengan berterima kasih kepada orang-orang yang hadir di Kabandjahe di mana telah memenuhi tugasnya selama Revolusi dalam beberapa tahun. Dia ingat bahwa  ia berada di Kabandjahe pada 1 Januari 1949 sebagai tahanan. Kemudian dari Brastagi, di mana tentara Belanda telah menahannya delapan hari di kenderaan tertutup, ia dibawa melalui Kabandjahe menuju Prapat, "karena tentara Belanda telah mendengar bahwa orang-orang dari Kabandjahe dan Brastagi itu ingin membebaskan "bapak" nya".

Sekarang - lanjut Presiden - Indonesia telah memperoleh kemerdekaannya. Banyak yang harus dibangun di Kabandjahe, oleh kebijakan bumi hangus telah hancur, rakyat meminta bimbingan dan dukungan, dan siapa yang akan bisa melakukannya. Rekonstruksi adalah tugas kita bersama, dan untuk ini kita harus bekerja keras. Kita sempurnakan menuju masyarakat adil dan makmur. Apa yang kita dapat bila kita merdeka namun rumah kita bocor dan tidak ada untuk makan? Bendera ini tidak bisa kita makan, sambil menunjuk tinggi merah dan putih di atasnya yang tertiup angin.

Presiden kemudian menunjuk ke beberapa spanduk, yang mencuat dari keramaian. Beberapa meminta perbaikan hidup pekerja Pekerjaan Umum, Presiden berjanji untuk perhatikan, tapi: "Bukan hanya para pekerja Pekerjaan Umum, seluruh bangsa patut beroleh nasib yang lebih baik. Untuk itu kita bekerja, penuh tujuh jam sehari. "

Yang lain spanduk berisi penghapusan perang. ("Tidak Ada Perang"). Presiden menjawab bahwa meskipun tidak ada perang, tetapi masih ada gerombolan. "Apakah kita merdeka, saat orang kebingungan menghapus ketakutan menghadapi gerombolan? Bersama-sama kita harus memastikan keamanan, kita semua. SOB akan dihapuskan secepatnya  Indonesia harus aman. "

Presiden menyimpulkan untuk kembali bekerja keras.



Setelah berpidato di Kabanjahe, Presiden Soekarno pergi ke rumah Bupati, di mana ia makan siang. Setelah kunjungan singkat ke Makam Pahlawan, perjalanan dilanjutkan ke Berastagi. Sepanjang perjalanan orang-orang menyambutnya dengan sangat antusias.

Sebelum tiba di Bungalow BPM, Presiden Soekarno menyinggahi bukit Gundaling. Sabtu malam, bertempat di pelataran Bungalow BPM dilakukan kegiatan menari bersama Presiden.  

Minggu pagi pukul 8:00 Presiden Soekarno melanjutkan perjalanan Medan.

(Sumber dari Harian : Het nieuwsblad voor Sumatr, 30-07-1951)


Sebelumnya telah diberitakan rencana kunjungan Presiden Soekarno ke Tanah Karo di harian : Het nieuwsblad voor Sumatra bertanggal  23-07-1951 menuliskan :

Program kunjungan Presiden Soekarno

Program kunjungan Presiden Sukarno besok sampai Senin depan di Sumatera Utara, adalah sebagai berikut:

Selasa, 24 Juli: 15.30 tiba dari Padang ke Medan. Penerimaan oleh panitia dan perwakilan asing, dan kepala staf komando pasukan dan teritorial Sumatera Utara. Berangkat dari bandara ke rumah gubernur; penerimaan Komite (Gubernur Abdul Hakim dan Kolonel Simbolon), kepala departemen, pejabat dan perwakilan partai dan organisasi: 16:30-17:30: pertemuan publik pada Lapangan Merdeka (Esplanade). (Hanya undangan) Penerimaan di Kediaman Gubernur: 20:00-22:00. 

Rabu, 25 Juli: 07:30: mengunjungi Taman Pahlawan (pemakaman Medan) 08.00: keberangkatan dari Medan ke Bindjei 8:30-9:30: Pertemuan umum di Bindjei 09.30: keberangkatan ke Pangkalan Brandan 11:00-00:00 :.Pertemuan Umum di Pangkalan Brandan. 12,00-13,30: istirahat 13:30: Berangkat menuju Langsa (tiba 17:00) 20:30-21:30:  pertemuan tertutup di Langsa dengan pejabat militer sipil dan para pemimpin partai dan organisasi dan tokoh-tokoh lainnya 

Kamis 26 Juli :. 8:00-09:00 : pertemuan umum dengan masyarakat Langsa 09.00: berangkat ke Medan (tiba 14:00) 14:00-20:00: istirahat 20:00-21:00 : pertemuan dengan tokoh pemuda

Jumat 27 Juli: 07:30: Berangkat menuju Tebing Tinggi (tiba 9:30) 9:30-10:30: pertemuan dengan masyarakat Tebing Tinggi 10.30: berangkat menuju Siantar (tiba 11:30) 11:30-15:00: istirahat 15:00-16:00 : pertemuan dengan masyarakat Siantar.  Berangkat ke Parapat untuk menghadiri malam seni .


Sabtu 28 Juli: 08.00: berangkat dari Parapat melalui Seribudolok ke Kabandjahe (tiba 11:30). 12:00-13:00: Pertemuan Umum di Kabandjahe. 13:00-14:30: istirahat. 14.30: berangkat dari Kabandjahe ke Berastagi, dalam perjalanan juga dilakukan acara mengunjungi Taman Makam Pahlawan di Kabandjahe. 20:00-22:00: Malam kesenian di Berastagi

.

Minggu 29 Juli: 08.00: berangkat dari Brastagi ke Medan (tiba 10:00). 10:00-10:30: mengunjungi rumah untuk Rumah Sakit. 11:00-12:00: pertemuan dengan polisi. 12:00-17:00: istirahat. 17:00-18:00: pertemuan dengan tentara. 20:00-22:00: malam kesenian di Balai Peradjurit. 

Senin 30 Juli: 8:00-09:00: pertemuan dengan berbagai pihak dan organisasi. 9:00-10:00: istirahat. 10:00-11:00: pertemuan dengan organisasi perempuan. 11:00 -, 13:00: istirahat. 13.00: berangkat ke Kutaraja.



Harian : De nieuwsgier
04-08-1951
Beralih di Kabandjahe, Presiden Soekarno mengunjungi Taman Makam Pahlawan
(Foto IPPHOS
Sumber : Delpher.nl



 Harian : Het nieuwsblad voor Sumatra

19-03-1957
Di Kabandjahé, Presiden diberikan replika rumah adat berbahan perak.
"tujuan kita untuk masyarakat adil dan makmur, kita semua harus bekerja keras dan bekerja sama"
Sumber : Delpher.nl



Harian : Java-bode :
07-08-1951
Presiden Soekarno di tengah-tengah orang-orang dari Berastagi. 
Presiden menari
(Foto IPPHOS)
Sumber : Delpher.nl



 Harian : Het nieuwsblad voor Sumatra
30-07-1951
Sumber : Delpher.nl

 
Program kunjungan Presiden Soekarno ke Sumatera Utara
Harian :  Het nieuwsblad voor Sumatra
23-07-1951
Sumber : Delpher.nl




Comments

Popular posts from this blog

Nasehat-Nasehat dan Ungkapan-Ungkapan

Nasehat-Nasehat Orang tua Karo, termasuk orang tua yang suka memberikan nasehat-nasehat kepada anggota keluarganya. Dalam nasehat yang diberikan selalu ditekankan, agar menyayangi orang tua, kakak/abang atau adik, harus berlaku adil. Menghormati kalimbubu, anakberu, senina sembuyak, serta tetap menjaga keutuhan keluarga.   Beberapa nasehat-nasehat orang-orang tua Karo lama, yang diungkapkan melalui ungkapan-ungkapan antara lain: Ula belasken kata la tuhu, kata tengteng banci turiken . Artinya jangan ucapkan kata benar, tetapi lebih baik mengucapkan kata yang tepat/pas. Ula kekurangen kalak enca sipandangi, kekurangenta lebe pepayo , artinya jangan selalu melihat kekurangan orang lain, tetapi lebih baik melihat kekurangan  kita (diri) sendiri atau  Madin me kita nggeluh, bagi surat ukat, rendi enta, gelah ula rubat ,  artinya lebih baik kita hidup seperti prinsip  surat ukat (surat sendok), saling memberi dan memintalah agar jangan sampai berkelahi. Beliden untungna si apul-apulen

Kumpulan Teks dan Terjemahan Lagu-lagu Karya Djaga Depari (bagian 2)

8. Mari Kena Mari turang geget ate mari kena Sikel kal aku o turang kita ngerana Aloi, aloi kal aku Kena kal nge pinta-pintangku Mari turang iah mari kena Mari turang iah mari kena Tebing kal kapen o turang ingandu ena Nipe karina i jena ringan i jena Tadingken kal ingandu ena Mari ras kal kita jenda Mari turang iah mari kena Mari turang iah mari kena Tertima-tima kal kami kerina gundari Kalimbubu, anak beru ras seninanta merari Mulih kal gelah kena keleng ate Ras kal kita jenda morah ate Ula lebe meja dage Mari turang iah mari kena Mari turang iah mari kena (sumber : Henry Guntur Tarigan, Piso Surit tahun 1990 halaman : 132) Mari Kena (Marilah mari) Mari adinda sayang marilah mari Ingin daku kita berbicara Dengar, dengarkanlah daku Dikaulah yang sangat kurindukan Mari, marilah sayang Mari, marilah sayang Sangat terjal jalan ke rumahmu sayang Ada banyak ular pula di situ Tinggalkanlah rumahmu itu Mari kita bersama di si

Musik Karo - Gendang Tiga Sendalanen (bagian 5)

7.2 Gendang telu sendalanen Secara harfiah Gendang telu sendalanen memiliki pengertian tiga alat musik yang sejalan atau dimainkan secara bersama-sama (sama seperti pengertian Gendang Lima Sendalanen). Ketiga alat musik tersebut adalah (1)  Kulcapi/balobat , (2)  ketengketeng,  dan (3)  mangkok.  Dalam ensambel  ini ada dua istrumen yang bisa digunakan sebagai pembawa melodi yaitu   Kulcapi  atau  balobat.   Pemakaian  Kulcapi atau balobat  sebagai pembawa melodi dilakukan secara terpisah dalam upacara yang berbeda.  Sedangkan  Keteng-keteng dan  mangkok merupakan alat musik pengiring yang menghasilkan pola-pola ritem yang bersifat konstan dan repetitif. Jika  Kulcapi digunakan sebagai pembawa melodi, dan  keteng-keteng  serta mangkok sebagai alat musik pengiringnya, maka istilah  Gendang telu sendalanen sering disebut   Gendang Lima Sendalanen Plus Kulcapi ,  dan jika balobat sebagai pembawa melodi, maka istilahnya  tersebut  menjadi  gendang balobat.  Masing-masing alat mu