Skip to main content

Rumah Adat Karo di Den Haag (1932)

Rumah Adat Karo tahun 1932 di Westbroekpark, Den Haag.

Indisch Exhibition (Pameran Hindia Belanda) pada tahun 1932 adalah perhelatan terbesar Belanda saat itu. Pengunjung menyaksikan candi megah dan rumah-rumah asli yang khas, yang direkonstruksi di taman. Mei hingga Oktober paviliun pameran berisi dengan artefak khusus dan produk komersial serta diorama lanskap Indisch. Juga bisa melihat dan menikmati masakan eksotis di restoran Waroong Djawa dan Indisch Restaurant dengan model atap bangunan meniru model atap Rumah Tersek Siempat Ayo. 


Lebih dari 400.000 pengunjung menghadiri acara pada waktu itu.








De Indische tentoonstelling

1932 is het jaar van de Indische Tentoonstelling. Op het overzichtsplan is te zien dat dit een evenement van betekenis is geweest.

De tentoonstelling was het jaar daarvoor al te zien geweest in Parijs als Nederlandse inzending voor de grote 'Exposition Coloniale'.Nederland had daar veel bewondering geoogst, vooral omdat men er in geslaagd was het hoofdpaviljoen, dat op een kwade dag door brand geheel verwoest was, in 42 dagen opnieuw op te bouwen. Bij de opening van dit tweede paviljoen sprak de Franse minister van Koloniën dan ook een gloedvolle rede uit, waarin hij onder meer zei: 'Het eerste paviljoen heeft ons de Hollandsche koloniën doen kennen....., maar het tweede paviljoen heeft ons den Hollander leeren kennen.'

Volgens de 'Leidraad voor de Indische Tentoonstelling' (1932) bestond zij uit allerlei 'Indische gebouwen met oosterse daken en vrolijk opgewipte hoeken', waarin aanschouwelijke voorstellingen werden gegeven van het leven in het toenmalige Nederlands-Indië. Vooral het zgn. 'Minangkabause Huis', dat geheel volgens de regels van de adat was gebouwd is erg bekend geworden. Het stond op palen, de wanden waren van hout, rijk met snijwerk en heldere kleuren versierd. Het dak was zadelvormig gebogen, met idjoek bedekt; het bestond schijnbaar uit meerdere gedeelten die elk in een hoornvormig gebogen ijzeren punt eindigden . Een dergelijk huis werd bewoond door een zgn. 'groot-familie'.

In het hoofdpaviljoen bevonden zich zalen met volkskunst, weefsels en kleding, sieraden, muziekinstrumenten, wapens e.d. Verder waren er dansvoorstellingen met Indisch orkest, poppentoneel, restaurants, een tempelhof en een openlucht diorama waar een rijstlandschap met vulkanen op de achtergrond was nagebootst.

Het ideële doel van deze gigantische expositie was 'de kennis van Indië aan te kweeken, de liefde voor tropisch Nederland op te wekken en de eenheidsgedachte Indië-Holland te propageren'.

Comments

Popular posts from this blog

Nasehat-Nasehat dan Ungkapan-Ungkapan

Nasehat-Nasehat Orang tua Karo, termasuk orang tua yang suka memberikan nasehat-nasehat kepada anggota keluarganya. Dalam nasehat yang diberikan selalu ditekankan, agar menyayangi orang tua, kakak/abang atau adik, harus berlaku adil. Menghormati kalimbubu, anakberu, senina sembuyak, serta tetap menjaga keutuhan keluarga.   Beberapa nasehat-nasehat orang-orang tua Karo lama, yang diungkapkan melalui ungkapan-ungkapan antara lain: Ula belasken kata la tuhu, kata tengteng banci turiken . Artinya jangan ucapkan kata benar, tetapi lebih baik mengucapkan kata yang tepat/pas. Ula kekurangen kalak enca sipandangi, kekurangenta lebe pepayo , artinya jangan selalu melihat kekurangan orang lain, tetapi lebih baik melihat kekurangan  kita (diri) sendiri atau  Madin me kita nggeluh, bagi surat ukat, rendi enta, gelah ula rubat ,  artinya lebih baik kita hidup seperti prinsip  surat ukat (surat sendok), saling memberi dan memintalah agar jangan sampai berkelahi. Beliden untungna si apul-apulen

Kumpulan Teks dan Terjemahan Lagu-lagu Karya Djaga Depari (bagian 2)

8. Mari Kena Mari turang geget ate mari kena Sikel kal aku o turang kita ngerana Aloi, aloi kal aku Kena kal nge pinta-pintangku Mari turang iah mari kena Mari turang iah mari kena Tebing kal kapen o turang ingandu ena Nipe karina i jena ringan i jena Tadingken kal ingandu ena Mari ras kal kita jenda Mari turang iah mari kena Mari turang iah mari kena Tertima-tima kal kami kerina gundari Kalimbubu, anak beru ras seninanta merari Mulih kal gelah kena keleng ate Ras kal kita jenda morah ate Ula lebe meja dage Mari turang iah mari kena Mari turang iah mari kena (sumber : Henry Guntur Tarigan, Piso Surit tahun 1990 halaman : 132) Mari Kena (Marilah mari) Mari adinda sayang marilah mari Ingin daku kita berbicara Dengar, dengarkanlah daku Dikaulah yang sangat kurindukan Mari, marilah sayang Mari, marilah sayang Sangat terjal jalan ke rumahmu sayang Ada banyak ular pula di situ Tinggalkanlah rumahmu itu Mari kita bersama di si

Musik Karo - Gendang Tiga Sendalanen (bagian 5)

7.2 Gendang telu sendalanen Secara harfiah Gendang telu sendalanen memiliki pengertian tiga alat musik yang sejalan atau dimainkan secara bersama-sama (sama seperti pengertian Gendang Lima Sendalanen). Ketiga alat musik tersebut adalah (1)  Kulcapi/balobat , (2)  ketengketeng,  dan (3)  mangkok.  Dalam ensambel  ini ada dua istrumen yang bisa digunakan sebagai pembawa melodi yaitu   Kulcapi  atau  balobat.   Pemakaian  Kulcapi atau balobat  sebagai pembawa melodi dilakukan secara terpisah dalam upacara yang berbeda.  Sedangkan  Keteng-keteng dan  mangkok merupakan alat musik pengiring yang menghasilkan pola-pola ritem yang bersifat konstan dan repetitif. Jika  Kulcapi digunakan sebagai pembawa melodi, dan  keteng-keteng  serta mangkok sebagai alat musik pengiringnya, maka istilah  Gendang telu sendalanen sering disebut   Gendang Lima Sendalanen Plus Kulcapi ,  dan jika balobat sebagai pembawa melodi, maka istilahnya  tersebut  menjadi  gendang balobat.  Masing-masing alat mu