Skip to main content

Posts

Showing posts from July, 2012

Saat Pedagang Kuda Erbulawan

Description :  The replay of a war by a group of men on horseback, Karolanden Date  :    1914-1921 Source :  Tropenmuseum Author  :  Unknown Dalam Pustaka Kembaren disebutkan bahwa pada zaman dulu sudah ada perdagangan kuda antara dataran tinggi di utara Danau Toba dan Langkat melalui Sungai Wampu ( 1 ). Selain itu, dari catatan sejumlah daghregister , dapat diduga bahwa pada abad ke-17, Deli mengirim kuda ke Melaka. Hal ini dapat dipastikan untuk awal abad ke-19, karena pada saat itu ratusan kuda setiap tahunnya diekspor ke Pinang dan Melaka untuk menarik gerbong kecil di pertambangan timah ( 2 ). Perkembangan peternakan kuda di pedalaman mungkin di dorong oleh meluasnya pertambangan timah di Semenanjung. Diperkirakan pusat pemasok kuda terbesar adalah Pulau Samosir di tengah Danau Toba, tempat kuda-kuda dibeli ketika masih muda, dipelihara di daerah Tongging dan kemudian dijual di Deli. ( 3 ) Perdagangan dengan Deli ini mungkin mencakup ratusan ekor per tahun

Letak Kerajaan Aru

Tahoekah anda : Dimana lokasi kerajaan Aru? Menurut tradisi lisan suku Karo, kerajaan Aru terletak di tepi Sungai Wampu. Menurut keluarga Sultan Deli, kerajaan ini terletak di Deli Tua. Di wilayah lama Batubara, di selatan Serdang, Sungai Padang dulu dinamakan Arau atau Harau (lihat Husny, Lintasan Sejarah Peradaban dan Budaya Penduduk Melayu Pesisir Deli Sumatera Timur (1612-1950), Jakarta, Dep. Pend. Dan Keb. 1978, halaman 31) Sumber-sumber Tiongkok dari dinasti Ming serta sebuah tradisi dari daerah Padang Lawa menyebutkan lokasinya di muara atau di sepanjanga Sungai Barumun (lihat Meuraxa, Sejarah Kebudayaan Suku-suku di Sumatera Utara, Medan, Sasterawan, 1973, hal. 89; Simanjuntak, 19777, hlm.240) Dalam petunjuk pelayaran tahun 1462, yang dihasilkan oleh Shihab Al-Din Ahmad Ibn Majid, Aruh terletak antara muara Sungai Rokan dan muara Sungai Deli (lihat Tibbetts, 1979, hlm. 198 dan 208).  

Perbandingan Sifat Melayu dan Karo, 1823

Tahoekah anda : Ketika  John Anderson datang ke Pantai Sumatera bagian Timur tahun 1823, dalam menjalankan missi kerajaan Inggris, ia melihat petani-petani karo yang terampil membudidayakan lada ( “They keep the pepper gardens beatifully clean..” ) Anderson  menuliskan perbandingan sifat-sifat orang Melayu dengan orang-orang Batak Karo penanam lada awal abad ke-19 sebagai berikut : ".....orang Batak Karo adalah orang rajin, kebiasaan tamak mereka dan kegemaran akan uang, mendoorng mereka untuk bekerja keras. Hari-hari terutama diisi dengan bekerja keras..... Sementara itu orang Melayu dianggap kaya di sini jika ia telah bisa mengumpulkan uang sebanyak dua ribu dollar, karena kemalasan mereka mempersulit mereka untuk bisa mendapatkan uang sebanyak itu. Bangsa pelaut ini barangkali hanya bekerja beberapa bulan saja dalam setahun, berlayar sekali dua kali ke Penang dan menghabiskan sisa hari-harinya untuk bermalas-malasan..... Sebaliknya, orang Batak Karo luarbiasa kik

Orang Karo Lebih Banyak di Kesultanan Deli, 1876

Tahoekah anda : Perkiraan teliti pertama tentang jumlah penduduk Kesultanan Deli pada 1876 mencatat 11.963 orang Melayu, 20.060 Karo dan 4.543 Cina dan lain-lainnya. Dari : E.A. Halewijn, "Geographische en Ethnographishe gegevens betreffende het Rijk van Deli," TBG, 23, halaman 147-158.   Sebagian besar perkiraan penduduk seluruh Sumatera Timur sebelum tahun 1880 mencatat angka kurang dari 150.000. Catatan kaki di halaman 113 dari buku "Sumatera, Revolusi dan Elite Tradisional," karangan Anthony Reid, Komunitas Bambu, 2011.

(Terbentuknya) Urung dan Sibayak dalam Pusaran Kolonialisme

Sistem kerajaan Melayu dan Simalungun sangat memuaskan kepentingan kolonial dan perkebunan asing, sehingga pejabat-pejabat Belanda di Sumatera Timur berusaha menciptakan sistem seperti itu di daerah lain yang belum memiliki sistem. 77.000 orang Karo (pada tahun 1930) yang tinggal di dataran tinggi di luar pengaruh Melayu pesisir sebelumnya hidup bebas dalam tata organisasi kemasyarakatan desa (kuta) nya sendiri. Unit sosial dasarnya adalah kesain (dukuh) yang jumlahnya sekitar 500 di seluruh Tanah Karo, banyak diantaranya menggelompokkan diri menjadi satu desa (kuta) yang dipimpin secara bersama-sama oleh penghulu dari setiap kesain. Di daerah-daerah Toba, missi Kristen telah membantu Belanda memahami dam mencoba mengatasi ketiadaan bentuk pemerintahan ini. Kekuasaan Belanda memasuki Tanah Karo dari pesisr Timur dan memasuki Tapanuli (daerah orang Batak dan Mandailing) dari Barat. Prinsip-prinsp agak berbeda diterapkan. Tanpa berbelit-belit pihak Belanda menyatakan, “penola

Di Kopi Tiam, Panglima, Nina Pincala

Lukisan :  Di Kopi Tiam  oleh TariganU Oil On Canvas, 81'x116' Di Kopi Tiam oleh TariganU Masuk dan duduk di Kopi Tiam kupesan seporsi ragut ayam tambah secangkir kopi Sidikalang sambilku sarapan menunggumu Tak lama kau pun datang membawa seucap selamat pagi sembari memesan bachang Medan tambah secangkir kopi Bali Kita pun berbincang menggeluti hari menebak-nebak celah peluang setelah terpuruk mau bangkit kembali dengan kerja keras yang terpandang (Kita papan catur tak berbiji atur warisan dipandang usang) PANGLIMA oleh TariganU Pang nungkun kak tangko bungana Nungkun perlawes perkabangna Ngadi jumpaken eltep rasw skin Talang siakun situhuna  

Peran Raja Urung Sunggal dalam Terbentuknya Kerajaan Serdang

Menurut Luckman Sinar (1986), sejarah masyarakat Melayu Pantai Cermin sudah termasuk kedalam sejarah kesultanan Serdang karena wilayah Pantai Cermin adalah bagian dari kesultanan Serdang. Saat Kesultanan Serdang wilayah belum terbagi-bagi seperti saat ini. Menurut riwayat, seorang Laksamana dari Sultan Iskandar Muda Aceh bernama Sri Paduka Gocah Pahlawan, bergelar Laksamana Khoja Bintan, menikah dengan adik Raja Urung (negeri) Sunggal, sebuah daerah Karo yang sudah masuk Melayu (sudah masuk Islam). Kemudian, oleh 4 Raja-Raja Urung Karo yang sudah Islam tersebut, Laksamana ini diangkat menjadi raja di Deli pada tahun 1630 M. Dengan peristiwa itu, Kerajaan Deli telah resmi berdiri, dan Laksamana menjadi Raja Deli pertama. Dalam proses penobatan Raja Deli tersebut, Raja Urung Sunggal bertugas selaku Ulon Janji, yaitu mengucapkan taat setia dari Orang-Orang Besar dan rakyat kepada raja. Kemudian, terbentuk pula Lembaga Datuk Berempat, dan Raja Urung Sunggal merupakan salah seorang

Video Berwarna di Tanah Karo (1940)

Karo Dance - Landek Uis Gara

Tanaman-tanaman Hutan di Sekitar Brastagi (1926)

TROPISCHE GEBIRGSFLORA. HEDYCHIUM, BRASTAGI Copyright Notice : ETH-Bibliothek Zürich, Bildarchiv Creation Date  : 1926 Creator : Unbekannt TROPISCHE GEBIRGSFLORA. URWALD VON BRASTAGI Copyright Notice : ETH-Bibliothek Zürich, Bildarchiv Creation Date  : 1926 Creator : Unbekannt

Tumbuhan-tumbuhan di Hutan Sibolangit (1926)

ÖKOLOGIE. ALSOPHILA, SIBOLANGIT Copyright Notice : ETH-Bibliothek Zürich, Bildarchiv Creation Date  : 1926 Creator : Unbekannt ÖKOLOGIE. FREYCINETIA, SIBOLANGIT Copyright Notice : ETH-Bibliothek Zürich, Bildarchiv Creation Date  : 1926 Creator : Unbekannt

Tumbuhan-tumbuhan di Gunung Sibayak (1926)

ÖKOLOGIE. SIBAJAK VOM BERGKAMM ANS Copyright Notice : ETH-Bibliothek Zürich, Bildarchiv Creation Date  : 1926 Caption  : Wald, Berg. Creator : Unbekannt ÖKOLOGIE. PANDANUS, SIBAJAK Copyright Notice : ETH-Bibliothek Zürich, Bildarchiv Creation Date  : 1926 Creator : Unbekannt TROPISCHE GEBIRGSFLORA. ARISAEMA FILIFORMIS, SIBAJAK Copyright Notice : ETH-Bibliothek Zürich, Bildarchiv Creation Date  : 1926 Creator : Unbekannt TROPISCHE GEBIRGSFLORA. BEGONIA, SIBAJAK Copyright Notice : ETH-Bibliothek Zürich, Bildarchiv Creation Date  : 1926 Creator : Unbekannt