Sajak Rajawali
sebuah sangkar besi
tidak bisa mengubah rajawali
menjadi seekor burung nuri
rajawali adalah pacar langit
dan di dalam sangkar besi
rajawali merasa pasti
bahwa langit akan selalu menanti
langit tanpa rajawali
adalah keluasan dan kebebasan
tanpa sukma
tujuh langit, tujuh rajawali
tujuh cakrawala, tujuh pengembara
rajawali terbang tinggi memasuki
sepi
memandang dunia
rajawali di sangkar besi
duduk bertapa
mengolah hidupnya
hidup adalah merjan-merjan
kemungkinan
yang terjadi dari keringat
matahari
tanpa kemantapan hati rajawali
mata kita hanya melihat
matamorgana
rajawali terbang tinggi
membela langit dengan setia
dan ia akan mematuk kedua matamu
wahai, kamu, pencemar langit yang
durhaka
(Puisi WS Rendra untuk Johnny Sembiring yang
dimuat di sampul belakang
dari buku biografi berjudul Johnny Sembiring: Antara
Tembok Dan Tuhan.)
Buku biografi berjudul Johnny
Sembiring: Antara Tembok Dan Tuhan, sebelum dibukukan, naskahnya dimuat secara
bersambung (selama tiga bulanan) dalam harian Prioritas (yang setelah dibredel
pemerintah Orba kemudian berubah menjadi Media Indonesia). Buku ini ditulis olehAgoes M. D. dan A. Husein Kndm dengan penerbit Kurnia Esa di tahun 1987.
“Mas Rendra” – mengatakan bahwa
beliau mengikuti (membaca) cerita bersambung tersebut setiap hari. Dan, bila
cerita itu mau difilmkan, katanya, ia ingin menjadi sutradaranya. Sebuah
pernyataan yang membuat penulis biografi tersanjung.
Tapi, sayangnya, cerita yang
terkandung dalam biografi tersebut tidak memungkinkan untuk difilmkan pada masa
itu. Tak bakal ada produser yang berani ambil risiko.
Selanjutnya, ketika cerber itu
dibukukan, Mas Rendra ‘menghadiahkan’ sebuah puisinya, Sang Rajawali, yang
kemudian di muat di sampul belakang buku Johnny Sembiring tersebut.
Buku itu mendapat tanggapan cukup
luas. Resensinya muncul di beberapa majalah berita dan surat kabar. Di antara
para penulis resensinya ada yang mengatakan bahwa puisi Sang Rajawali tak cocok
untuk Johnny Sembiring.
Tentu saja, penulis biografi tahu
sejak awal bahwa (isi) puisi itu memang bukan ‘milik’ Johnny Sembiring, seorang
penjahat di tahun 1960an. Tapi kejujuran dan keberanian Johnny Sembiring untuk
menelanjangi diri, dikagumi oleh Rendra. Itulah alasan Rendra memberikan
puisinya.
Sumber : Ahmadhaes.wordpress.com
Comments