Skip to main content

Leendert Konijn Menanam Jeruk di Kaki Sinabung (1932)

Leendert Konijndi Lau Kawar


Leendert Konijn dan Anne Marie Isaacs

Leendert (Leen) Konijn lahir di Zwammerdam, 28 Januari 1899 adalah seorang penanam karet Belanda (1920-1930) dan pengusaha budidaya jeruk Navel dan berbagai buah sitrus di Lau Kawar, Gunung Sinabung, Utara Sumatra, Hindia Belanda (1932-1942).

Leendert Konijn  adalah anak tertua dari dua belas orang. Orang tuanya, Jan Konijn, seorang tukang roti. Konijn dibesarkan di desa kecil di bagian barat Belanda di dekat kota Zwammerdam dan Boskoop. Setelah menyelesaikan studinya, Konijn melamar pekerjaan sebagai penanam karet bersama Rotterdam Cultuur Maatschappij (RCM). RCM saat itu sedang mencari para petualang muda, yang tertarik untuk bekerja di perkebunan karet di Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, Hindia Belanda.

Pada tahun 1920, pada usia 21, Konijn naik kapal barang dan meninggalkan Belanda untuk ke Medan, Sumatra, Hindia Belanda. Perkebunan karet Tapanuli menjadi pengalaman belajar yang sangat baik untuk Konijn dan pada bulan September 1927 dia dipromosikan pada  posisi penjabat Administrator (manajer perkebunan).

Pada bulan Mei 1928, Konijn kembali ke Belanda. Dia bertemu dengan calon istrinya, Anne-Marie Isaacs (kelahiran Rotterdam, 6 Agustus 1905). Mereka menikah di Rotterdam pada tanggal 14 November 1928. Konijn dan  Anne Marie Isaacs memiliki empat anak, tiga anak perempuan dan satu anak laki-laki. Anak laki-lakinya meninggal saat umur 1 tahun. 

Depresi besar bulan Agustus 1929 menyebabkan penurunan harga karet yang sangat besar. Hal ini mengakibatkan kerugian finansial yang berat bagi RCM dan akibatnya banyak pekebun kehilangan pekerjaan mereka. Pada awal tahun 1930, RCM memindahkan Konijn ke posisi Asisten di perkebunan mereka yang lebih kecil di Badiri, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, Hindia Belanda, namun juga posisi ini berakhir pada akhir tahun 1930.


Leendert Konijn di perkebunan karet


Karena krisis ekonomi yang sedang berlangsung dan kurangnya pekerjaan dalam budidaya karet, Konijn merintis untuk menemukan usaha baru di Sumatera. Ia menemukan bahwa bumi vulkanik Gunung Sinabung yang subur sangat ideal untuk penanaman jeruk navel dan buah sitrus. Ia berniat untuk menumbuhkan jeruk yang sama kualitasnya dengan jeruk dari California.



Dia bisa mendapatkan 20 hektar tanah di kaki Gunung Sinabung di dekat danau Lau Kawar. Tanah ini milik Sibayak dan dengan bantuan dari gubernur Belanda sebuah kesepakatan tercapai. Pada bulan Maret 1932 Konijn dia mulai "Lao Kawar Orange Cultivation." Dengan bantuan dari Kementerian Pertanian Belanda, Konijn berhasil mengimpor 1800 bibit jeruk dari California. Budidaya jeruk Navel merupakan produk utamanya. Namun, ia juga membudidayakan lemon skala kecil (Villafranca dan Ponderosa) dan anggur. Dari tahun 1932 sampai 1942 keluarga Konijn dapat bertahan hidup sederhana di dekat Danau Lau Kawar. 

Rumah pertama mereka sederhana yang dibangun dari bambu. Dengan sangat berani dan tekad kuat, keluarga muda ini berhasil bertahan di hutan belantara rimba, 25 kilometer jauhnya dari kehidupan kota Medan. Koran-koran masa kolonial seperti "Koran Soerabaja" (artikel tertanggal Selasa, 3 Maret 1936 berjudul "Door Indiës Grootste Eiland" ("Berkeliling Kepulauan Belanda-Hindia") menerbitkan artikel tentang Keluarga Konijn.

Leendert Konijn dan keluarga di Lau Kawar


Budidaya jeruk sukses besar. Hanya invasi Jepang yang membawa Perang Dunia Kedua ke Asia menyebabkan usaha awal yang menjanjikan ini jatuh. Pada awal tahun 1942, orang Jepang menuduh Konijn memiliki radio. Untuk alasan ini, dia dipenjara di Berastagi. Belakangan tahun yang sama Leendert Konijn dipindahkan ke kamp konsentrasi Jepang untuk pria di Berastagi. Nama Konijn muncul di daftar kematian kamp tersebut.

Karena keadaannya yang sangat lemah dia ditinggalkan di rumah sakit kamp tersebut. Konijn bertahan dan bersatu kembali dengan keluarganya pada bulan Agustus 1945. Pada akhir Maret 1942 (tiga bulan setelah Konijn dibawa ke penjara) Anne Marie Isaacs dan ketiga putrinya juga dibawa ke kamp konsentrasi Jepang untuk wanita di Berastagi. Pada bulan Juni 1945, kamp tahanan ini ditutup dan para wanita dan anak-anak dipindahkan ke kamp "Aek Pamienke". Anne Marie Isaacs dan ketiga putrinya juga selamat dari kamp tahanan dan dibebaskan pada Agustus 1945.

Dari tahun 1946 sampai 1948 Konijn bekerja untuk Palang Merah di Medan. Pada awal tahun 1946 Anne Marie Konijn dan dua anak perempuan mereka berangkat ke Belanda untuk memulihkan kesehatannya. Putri sulungnya tetap tinggal bersama ayahnya di Medan, setahun kemudian putrinya pulang ke Belanda.

Berastagi


Pada tahun 1948, Konijn melihat kesempatan untuk memulai bisnis grosir pupuk di Kabanjahe. Anne Marie Isaacs dan dua anak perempuannya bergabung dengannya di sana pada tahun yang sama. Meskipun perang kemerdekaan Indonesia bergelora, keluarga tersebut memilih untuk tetap tinggal meski ada bahaya.

Pada tahun 1959, Konijn meninggalkan Indonesia kembali ke Belanda dan tidak pernah kembali. Ia meninggal di Gorinchem tangga 16 September 1977. Anne Marie Isaacs meninggal di Gorinchem tanggal 20 Mei 1979.

Sumber bacaan :


Leendert Konijn (Wikipedia)

"Soerabajaasch Nieuwblad," Dutch East Indies, 1936


Comments

Popular posts from this blog

Nasehat-Nasehat dan Ungkapan-Ungkapan

Nasehat-Nasehat Orang tua Karo, termasuk orang tua yang suka memberikan nasehat-nasehat kepada anggota keluarganya. Dalam nasehat yang diberikan selalu ditekankan, agar menyayangi orang tua, kakak/abang atau adik, harus berlaku adil. Menghormati kalimbubu, anakberu, senina sembuyak, serta tetap menjaga keutuhan keluarga.   Beberapa nasehat-nasehat orang-orang tua Karo lama, yang diungkapkan melalui ungkapan-ungkapan antara lain: Ula belasken kata la tuhu, kata tengteng banci turiken . Artinya jangan ucapkan kata benar, tetapi lebih baik mengucapkan kata yang tepat/pas. Ula kekurangen kalak enca sipandangi, kekurangenta lebe pepayo , artinya jangan selalu melihat kekurangan orang lain, tetapi lebih baik melihat kekurangan  kita (diri) sendiri atau  Madin me kita nggeluh, bagi surat ukat, rendi enta, gelah ula rubat ,  artinya lebih baik kita hidup seperti prinsip  surat ukat (surat sendok), saling memberi dan memintalah agar jangan sampai berkelahi. Beliden untungna si apul-apulen

Musik Karo - Gendang Tiga Sendalanen (bagian 5)

7.2 Gendang telu sendalanen Secara harfiah Gendang telu sendalanen memiliki pengertian tiga alat musik yang sejalan atau dimainkan secara bersama-sama (sama seperti pengertian Gendang Lima Sendalanen). Ketiga alat musik tersebut adalah (1)  Kulcapi/balobat , (2)  ketengketeng,  dan (3)  mangkok.  Dalam ensambel  ini ada dua istrumen yang bisa digunakan sebagai pembawa melodi yaitu   Kulcapi  atau  balobat.   Pemakaian  Kulcapi atau balobat  sebagai pembawa melodi dilakukan secara terpisah dalam upacara yang berbeda.  Sedangkan  Keteng-keteng dan  mangkok merupakan alat musik pengiring yang menghasilkan pola-pola ritem yang bersifat konstan dan repetitif. Jika  Kulcapi digunakan sebagai pembawa melodi, dan  keteng-keteng  serta mangkok sebagai alat musik pengiringnya, maka istilah  Gendang telu sendalanen sering disebut   Gendang Lima Sendalanen Plus Kulcapi ,  dan jika balobat sebagai pembawa melodi, maka istilahnya  tersebut  menjadi  gendang balobat.  Masing-masing alat mu

Kumpulan Teks dan Terjemahan Lagu-lagu Karya Djaga Depari (bagian 2)

8. Mari Kena Mari turang geget ate mari kena Sikel kal aku o turang kita ngerana Aloi, aloi kal aku Kena kal nge pinta-pintangku Mari turang iah mari kena Mari turang iah mari kena Tebing kal kapen o turang ingandu ena Nipe karina i jena ringan i jena Tadingken kal ingandu ena Mari ras kal kita jenda Mari turang iah mari kena Mari turang iah mari kena Tertima-tima kal kami kerina gundari Kalimbubu, anak beru ras seninanta merari Mulih kal gelah kena keleng ate Ras kal kita jenda morah ate Ula lebe meja dage Mari turang iah mari kena Mari turang iah mari kena (sumber : Henry Guntur Tarigan, Piso Surit tahun 1990 halaman : 132) Mari Kena (Marilah mari) Mari adinda sayang marilah mari Ingin daku kita berbicara Dengar, dengarkanlah daku Dikaulah yang sangat kurindukan Mari, marilah sayang Mari, marilah sayang Sangat terjal jalan ke rumahmu sayang Ada banyak ular pula di situ Tinggalkanlah rumahmu itu Mari kita bersama di si