Skip to main content

Si Mbelang Cuping dan Si Mbelang Pinggol



Di separuh utara Pulau Sumatera, Pasai nampaknya adalah tempat pertama yang menghasilkan lada (pada awal abad ke-15) (24). Belum ditemui maklumat untuk memperkirakan dengan tepat waktu munculnya ladang lada di pesisir timur laut Sumatera (25). Baik Pires mahupun Mendes Pinto tidak mencatatkan lada sebagai bahan yang dihasilkan di daerah ini pada separuh pertama abad ke-16. Namun, sebuah sumber Portugis dari akhir abad ke-16 mengatakan bahawa lada yang dijual di Aceh itu sebahagiannya berasal dari pergunungan Aru (26). Sampai tahun 1682, tidak ada daghregister yang mencatat bahawa lada ditanam di pesisir timur laut Sumatera. Walaupun sudah terbukti bahawa penuaian lada sama sekali tidak merata dari semasa ke semasa, jika lada memang sudah ditanam pada masa itu, susah menjelaskan kenapa hal ini tidak dicatat oleh orang Belanda sepanjang empat puluh tahun pertama mereka memerintah di Melaka. Ketika tiba pada tahun 1860-an, pegawai-pegawai Belanda hanya mencatat bahawa suku-suku “Batak” di Sumatera bahagian utara sudah sejak bertahun-tahun hampir hanya menanam lada (27).

Catatan pertama yang meyakinkan itu berasal dari abad ke-18 dalam sebuah laporan Inggeris yang menyebutkan bahawa Langkat, yang bersempadankan Aceh, menghasilkan lada (28). Selain itu, menurut maklumat yang diperolehi seorang pegawai Belanda pada waktu yang sama, dua orang yang berasal dari Siak, bernama Said Amat dan Said Ali, dikatakan telah diusir dan berpindah ke Langkat, tempat mereka dipercayai menjadi kaya kerana perdagangan lada (29). Menurut tradisi di kesultanan yang berdekatan dengan Aceh ini, penanaman lada telah dilakukan oleh penghijrah yang berasal dari pantai utara dan selatan Aceh sahaja (30). Yang jelas, pada awal abad ke-20, masih ramai orang Aceh yang menguruskan ladang lada di sebelah utara Langkat, khasnya di sekitar Teluk Aru (31). Nampaknya bukan halnya di Kesultanan Deli dan Serdang, di mana maklumat langsung terawal tentang ladang lada ini berasal dari John Anderson yang melawat daerah tersebut pada tahun 1823.

Namun, terdapat beberapa petunjuk yang memperkuatkan idea di mana Aceh telah berperanan dalam perkembangan tanaman lada di daerah Deli. Di dalam salasilah dan tradisi tempatan, terdapat empat orang yang meskipun tidak pasti dipandang sebagai perintis, namun setidaknya disebut-sebut sebagai pengusaha dinamik yang mengembangkan perkebunan-perkebunan lada. Dua di antaranya pernah berkunjung ke Aceh.

Yang pertama, Si Mbelang Pinggol, berasal dari Barus. Beliau pergi ke Aceh, menikahi puteri seorang pembesar tempatan. Sekembalinya ke Barus, Si Mbelang Pinggol melintasi dataran tinggi di utara Danau Toba. Dia membuka Kampung Barusjahe di daerah pedalaman Deli, kemudian Pertumbukan di lereng gunung di Kesultanan Serdang (32). Pertumbukan adalah sebuah tempat yang kaya dengan ladang lada pada separuh kedua abad ke-19 (*33). Si Mbelang Pinggol dipercayai merupakan nenek moyang para kejuruan daerah kekuasaan (urung) Senembah. Salah satu daripadanya, dari generasi ke-6 (*34) dilantik sebagai kejuruan pada tahun 1862. Menurut semua petunjuk ini, maka diperkirakan Pertumbukan telah dibuka pada separuh pertama abad ke-18.


Tokoh yang kedua, Si Mbelang Cuping (“Kuping Besar”), berasal dari Osang di utara Sidikalang, sebelah barat Danau Toba. Dia melintasi dataran tinggi untuk membuka Kampung Barusjulu, dekat Barusjahe kini. Kemudian, dia memasuki daerah pedalaman Deli dan membuka Kampung Simeme, di selatan Deli Tua. Setelah menjadi kaya (kami beranggapan bahawa dia menjadi kaya kerana tanaman lada), dia pergi ke Aceh untuk mencari gelaran dan menikahi seorang Aceh. Sekembali ke Deli, beliau berkahwin dengan seorang tempatan. Mereka dikurniai seorang anak lelaki yang kemudian menjadi sibayak (“bangsawan”) Barusjahe dan nenek moyang sejumlah pemimpin urung Si Pitu Kuta di dataran tinggi. Di samping itu juga diketahui bahawa pada tahun 1920-an, jawatan sibayak Namo Suro dipegang oleh generasi ke-9 keturunan Si Mbelang Cuping (35). Oleh yang demikian, diperkirakan Si Mbelang Cuping berada di Pesisir Timur Laut pada separuh pertama abad ke-18, sama dengan Si Emblang Pinggol.

Tambahan :


Mengenai wilayah kekuasaan Senembah, telah tercatat di atas bahawa Si Mbelang Pinggol dipercayai adalah bapa dari kejuruan yang pertama. Si Mbelang Pinggol ini mula-mula pergi ke Aceh dan berkahwin dengan seorang Aceh, dan menurut pelbagai tradisi, anaknya sendiri telah dilantik menjadi kejuruan oleh Sultan Aceh. Selain itu, kisah penghijrahan merga (klen) yang bernama Barus mengatakan bahawa setelah menjadi kaya di Pesisir Timur Laut, Si Mbelang Cuping pergi ke Aceh untuk mendapat gelaran (76). Akhirnya, menurut cerita penghijrahan kelompok Sembiring Kembaren, orang yang meninggalkan daerah di sebelah utara Danau Toba untuk menetap di pesisiran (berhampiran Medan sekarang) itu menyandang cap si siwah (surat kerajaan dengan sembilan cap). Benda ini begitu mirip dengan cap sembilan yang kemungkinannya mula digunakan di Aceh di bawah pemerintahan Iskandar Muda (77).




Sumber : 

Sumatera Timur Laut dalam Ruang Aceh hingga Akhir Perang Aceh
oleh DANIEL PERRET


 


Catatatan :

24 Ying-yai Sheng lan yang bercerita tentang ekspedisi maritim China tahun 1413 merupakan sumber pertama yang menyebut tanaman lada di Pasai. J.V.G. Mills (ed. & penterjemah), Ma Huan, Yin-yai Sheng-lan, The Overall Survey of the Ocean’s Shore (1433), Cambridge, Hakluyt Soc, Extra series 42, Cambridge University Press, 1970: 118.

25 Di Pesisir Timur lebih ke selatan, diketahui bahawa tahun 1823 baru dilakukan percubaan penanaman lada di pedalaman Asahan (lihat Anderson, 1826: 128 & 322). Di pesisiran barat, Singkel sudah sejak awal abad ke-16 menjadi pembekal lada (lihat Pires, 1944, hlm. 163), manakala Natal baru mulai menghasilkan lada pada tahun 1810 dan mengeksport 500,000 paun tahun 1823 (lihat Christine Dobbin, Islamic Revivalism in a Changing Peasant Economy: Central Sumatra, 1784-1847, Copenhagen, 1983: 172).

26 Alves, 1990: 105.

27 E. Netscher, Togtes in het gebied van Riouw en Onderhoorigheden, TBG, 14 (1864): 345.

28 C.E. Wurtzburg, A Brief account on the several countries surrounding Prince of Wale’s Island with their production. Reed. from Captain Leight in 1789, JMBRAS, 16: 1 (1938): 123-126.

29 Said Amat dikatakan kemudian menjadi Sultan Siak pada tahun 1795 (lihat J.J. Mendelaar, Memorie van Overgave Padang en Bedagai, 1930: 12-13).

30 Commissie voor het Adatrecht, Het Maleische gebied. Rechtsverhoudingen bij de pepercultuur (1913). Adatrechtbundels X, 1915, hlm. 253. Lihat juga W.H.M. Schadee, Geschiedenis van Sumatra’s Oostkust, Amsterdam, van Mantgem, 1919, jil. 1: 104.

31 Tanpa nama, Aanvullingsnota van toelichting betreffende het rijk van Langkat, TBG, 53 (1911): 328.

32 Tengku Luckman Sinar, Sari Sejarah Serdang, 1986, jil. 1: 145-146.

33 B. Hagen, Eine Reise nach dem Tobah-See in Zentralsumatra, PM, (1883): 42-43.

34 Luckman Sinar, 1986, jil. 1: 147-150.

35 J.H. Neumann, Bijdrage tot de Geschiedenis der Karo-Batakstammen, BKI, 82 (1926): 9-10.
 

76 J.H. Neumann, 1926: 10.

77 Lihat Lombard, 1967: 78-79.

Comments

Popular posts from this blog

Nasehat-Nasehat dan Ungkapan-Ungkapan

Nasehat-Nasehat Orang tua Karo, termasuk orang tua yang suka memberikan nasehat-nasehat kepada anggota keluarganya. Dalam nasehat yang diberikan selalu ditekankan, agar menyayangi orang tua, kakak/abang atau adik, harus berlaku adil. Menghormati kalimbubu, anakberu, senina sembuyak, serta tetap menjaga keutuhan keluarga.   Beberapa nasehat-nasehat orang-orang tua Karo lama, yang diungkapkan melalui ungkapan-ungkapan antara lain: Ula belasken kata la tuhu, kata tengteng banci turiken . Artinya jangan ucapkan kata benar, tetapi lebih baik mengucapkan kata yang tepat/pas. Ula kekurangen kalak enca sipandangi, kekurangenta lebe pepayo , artinya jangan selalu melihat kekurangan orang lain, tetapi lebih baik melihat kekurangan  kita (diri) sendiri atau  Madin me kita nggeluh, bagi surat ukat, rendi enta, gelah ula rubat ,  artinya lebih baik kita hidup seperti prinsip  surat ukat (surat sendok), saling memberi dan memintalah agar jangan sampai berkelahi. Beliden untungna si apul-apulen

Musik Karo - Gendang Tiga Sendalanen (bagian 5)

7.2 Gendang telu sendalanen Secara harfiah Gendang telu sendalanen memiliki pengertian tiga alat musik yang sejalan atau dimainkan secara bersama-sama (sama seperti pengertian Gendang Lima Sendalanen). Ketiga alat musik tersebut adalah (1)  Kulcapi/balobat , (2)  ketengketeng,  dan (3)  mangkok.  Dalam ensambel  ini ada dua istrumen yang bisa digunakan sebagai pembawa melodi yaitu   Kulcapi  atau  balobat.   Pemakaian  Kulcapi atau balobat  sebagai pembawa melodi dilakukan secara terpisah dalam upacara yang berbeda.  Sedangkan  Keteng-keteng dan  mangkok merupakan alat musik pengiring yang menghasilkan pola-pola ritem yang bersifat konstan dan repetitif. Jika  Kulcapi digunakan sebagai pembawa melodi, dan  keteng-keteng  serta mangkok sebagai alat musik pengiringnya, maka istilah  Gendang telu sendalanen sering disebut   Gendang Lima Sendalanen Plus Kulcapi ,  dan jika balobat sebagai pembawa melodi, maka istilahnya  tersebut  menjadi  gendang balobat.  Masing-masing alat mu

Kumpulan Teks dan Terjemahan Lagu-lagu Karya Djaga Depari (bagian 2)

8. Mari Kena Mari turang geget ate mari kena Sikel kal aku o turang kita ngerana Aloi, aloi kal aku Kena kal nge pinta-pintangku Mari turang iah mari kena Mari turang iah mari kena Tebing kal kapen o turang ingandu ena Nipe karina i jena ringan i jena Tadingken kal ingandu ena Mari ras kal kita jenda Mari turang iah mari kena Mari turang iah mari kena Tertima-tima kal kami kerina gundari Kalimbubu, anak beru ras seninanta merari Mulih kal gelah kena keleng ate Ras kal kita jenda morah ate Ula lebe meja dage Mari turang iah mari kena Mari turang iah mari kena (sumber : Henry Guntur Tarigan, Piso Surit tahun 1990 halaman : 132) Mari Kena (Marilah mari) Mari adinda sayang marilah mari Ingin daku kita berbicara Dengar, dengarkanlah daku Dikaulah yang sangat kurindukan Mari, marilah sayang Mari, marilah sayang Sangat terjal jalan ke rumahmu sayang Ada banyak ular pula di situ Tinggalkanlah rumahmu itu Mari kita bersama di si