Skip to main content

Posts

Showing posts from 2014

Selamat Tahun Baru 2015

Kunjungan Pangeran Bernhard ke Taneh Karo, 1971 (Bagian 2)

Bahagian sebelumnya (Bagian 1 )

Kunjungan Pangeran Bernhard ke Taneh Karo, 1971 (Bagian 1)

Ratu Juliana dan Pangeran Bernhard tiba di Lapangan Udara Kemayoran, Jakarta pada tanggal 26 Agustus 1971 . Disambut oleh Presiden Soeharto dan istri. Setelah jamuan santap malam kenegaraan, esoknya Ratu Juliana dan Pangeran Bernhard berkunjung ke Taman Makam Pahlawan Kalibata dan perkuburan serdadu Belanda di Menteng Pulo. Melakukan penghormatan dan peletakkan karangan bunga. Lalu kunjungan berikutnya ke sebuah acara pameran pembangunan di sekitar Monas. Tarian penyambutan dilakukan. Di atas podium, Pangeran Bernhard dan Ratu Juliana di sambut dan diberi uis dari Karo  : Selanjutnya Pangeran Bernhard juga mengunjungi kampus UI, Istana Bogor, Bandung, Yogyakarta, Borobudur, Bali dan juga Sumatera Utara. Di Sumatera Utara, tak lupa Pangeran Bernhard mengunjungi Taneh Karo :

Padung-padung

Kuta Lingga di National Geographic, Maret 1981

National Geographic March 1981 by  David Alan Harvey

Jambur Lige di Lapangan Merdeka (1948)

Jambur Lige ini pernah berada di dekat titik 0 Kota Medan. Tepatnya di Lapangan Esplanade atau yang dikenal kini sebagai Lapangan Merdeka Medan. BALE adalah tempat persidangan atau runggu. Bangunan ini adalah kombinasi Geriten (rumah tengkorak) dengan Jambur. Sehingga lebih dikenal pula sebagai JAMBUR LIGE karena di bagian bawah berbentuk Jambur sementara bagian atap berbentuk Lige-lige. Lige berasal dari kata LIGE-LIGE, yaitu alat untuk membawa mayat orang besar ke kuburan, ditarik dengan menggunakan tali dan roda. Di tahun 1948, Capt. George S. White mengabadikan keberadaannya melalui kameranya. Fotonya dapat dilihat di bawah ini : Tak jauh darinya tampak bangunan putih. Sepertinya bangunan ini adalah  Tamiang Monument. Karo Architecture - Medan, Sumatra 1948. This WWII era photo was taken by Capt. George S. White. Source : Flickr.com Lapangan Esplanade di Medan Tahun : 1900-1930 Sumber : Tropenmuseum Tamiang Monument di la

H.Neumann : Tidak Ada Nama Gereja

R oberto Bangun dalam buku yang disusunnya berjudul “Mengenal Orang Karo" (1989) atau cetakan ulang tahun 2006 dengan merevisi judul menjadi “Mengenal Suku Karo," ada menyertakan surat balasan dari H. Neumann di Belanda. H. Neumann adalah anak dari pendeta J.H Neumann. H. Neumann lahir di Sibolangit tahun 1916. Ayahnya adalah yang untuk pertama kali membuat kamus Bahasa Karo-Belanda dan menterjemahkan Bibel ke Bahasa Karo. Ayahnya sangat berjasa dalam mengabarkan Injil di Tanah Karo. Kepada H. Neumann, Roberto Bangun bertanya : mengapa nama organisasi Kristen Karo diberikan nama Gereja Batak Karo Protestan? Sedangkan saat datangnya 18 April 1890 Zending ke Buluhawar (dekat Sibolangit) dan bekerja sampai 23 Juli 1941, belum ada nama Gereja. Mengapa diberi nama Batak Karo di tahun 1941? Apakah ini ada hubungannya dengan kekalahan Belanda oleh Jerman hingga NZG harus pergi dan dilanjutkan oleh RMG. RMG dan HKBP tentu tak terpisahkan. Dua buah tulisan di bawah ini di

Peresmian Jalan Djamin Gintings dan Tugu Djamin Gintings (1986)

Hari ini, Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Negara, akan menganugerahi gelar pahlawan nasional kepada empat tokoh yang berjasa bagi nusa dan bangsa. Mereka adalah Letjen TNI (Purn) Djamin Ginting , Sukarni Kartodiwirjo, HR Mohammad Mangoendiprojo dan KH Abdul Wahab Hasbullah. Kita berbangga dan ikut berbahagia, apa yang diharapkan selama ini telah tercapai, memperjuangakan Djamin Gintings mendapat gelar pahlawan nasional. Dan semoga jasa serta perjuangan Djamin Gintings dan pahlawan-pahlawan lainnya menjadi semangat juang khususnya bagi pemuda/i asal Taneh Karo maupun pemuda/i Indonesia dalam mempertahankan Indonesia dan mengisinya demi tercapainya masyarakat adil dan makmur. Berikut ini ada kisah lalu, saat-saat peresmian Tugu Djamin Gintings (20 Mei 1986) dan bagaimana usaha pak Meneth Ginting (bupati Karo kala itu) memperjuangkan nama jalan terpanjang melintasi 3 kabupaten yaitu jalan Letjen. Djamin Gintings . Diambil dari buku karangan Pro

Djamin Ginting, Putra Karo Mendapat Gelar Pahlawan Nasional

Akhirnya Letjen TNI (Purn) Djamin Ginting diberi gelar PAHLAWAN . Hal yang kita tunggu-tunggu selama ini. Ini adalah orang Karo kedua yang mendapat gelar pahlawan setelah sebelumnya Kiras Bangun (Garamata).  Selanjutnya perlu juga diperjuangkan Datuk Badiuzzaman Sri Indera Pahlawan Surbakti (Datuk Soerbakti) mendapat gelar Pahlawan, perjuangannya begitu besar yang mengobarkan perang terlama yaitu 25 tahun melawan kolonial Belanda hingga akhirnya dibuang dan meninggal di Cianjur. Saat itu kolonial Belanda mengalami kerugian besar. Museum Djamin Gintings Kamis, 06/11/2014 17:31 WIB Besok, Presiden Jokowi Anugerahi 4 Nama Ini Gelar Pahlawan - detikNews Presiden Joko Widodo dijadwalkan memberikan gelar pahlawan kepada empat nama yang dianggap telah berjasa bagi Indonesia. Penganugerahan gelar tersebut akan dilakukan di Istana Negara, besok. Hal tersebut disampaikan Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa saat memberikan bantuan sosial di di Gedung

Kitik

Kitik Sinopsis: Dengan latar belakang kebudayaan suku Karo di Sumatera Utara, film ini berkisah tentang ketakutan seorang anak yang harus dikhitan. Siapa sangka ketakutannya membuat serangkaian kejadian terjadi di luar dugaan semua orang. Sutradara: Ardhira Anugerah Putra (Jakarta) Durasi: 6 menit Penghargaan: Film Pendek Animasi Terbaik dan Film Pendek Animasi Pilihan Media XXI Short Film Festival 2014. (Sumber : indonesianfilmcenter.com ) Dari laman KitikAnimation di Facebook didapat keterangan :   Yoel Fermi Kaban : Halo... keren teaser-nya. Ini tentang Karo kah? Karena saya orang Karo, "Kitik" dalam bahasa Karo berarti kecil. apakah film animasi ini ada hubungannya dengan Karo? Full versionnya bisa ditonton di mana ya? Terima kasih banyak, good luck Kitik : Terimakasih, iyah ini tentang sunatan di Karo, iyah Kitik yang artinya kecil. maksudnya anak kecil di film ini, sebenernya tidak terlalu berhubungan. full versionnya Mungkin Bel

Dokan

Pemuda dan Budaya Karo

Hotel Maria, Berastagi

Hotel Maria di Berastagi Perkiraan tahun : 1923-1940 Sumber : Tropenmuseum

Hotel Frisia, Kabandjahe

Hotel Frisia, Kabanjahe Perkiraan waktu : 1920-1940 Sumber : Tropenmuseum

Pasar Berastagi, Taneh Karo, Sumatra 1927

Jadwal Tayang Film "3 Nafas Likas" di Bioskop-bioskop

Film 3 Nafas Likas merupakan kisah yang berlatar beberapa periode waktu, mulai dari era 1930'an hingga ke tahun 2000. Juga melalui beberapa kejadian penting di Indonesia, mulai dari perang kemerdekaan, pergolakan revolusi di era 1960'an, hingga masa kejayaan perekonomian Indonesia. Cerita dalam film ini berlatar di tiga lokasi; tujuh kota di Taneh Karo dan tempat lainnya di Sumatera Utara, Jakarta, hingga ke Ottawa, Kanada. Bercerita tentang seorang perempuan istimewa bernama Likas beru Tarigan  (Atiqah Hasiholan), yang menjalani kehidupan luar biasa. Likas kemudian berhasil meraih berbagai pencapaian dan keberhasilan, karena ia memegang teguh tiga janji yang pernah diucapkannya kepada tiga orang terpenting dalam hidupnya. Janji-janji itulah yang selalu berada di setiap tarikan nafasnya. Nafas yang memberikan ruh dan semangat dalam setiap tindakan, serta keputusannya. Keputusan yang lahir atas janjinya untuk terus berjuang dan berlandaskan kerinduannya aka