Roberto Bangun dalam buku yang disusunnya berjudul “Mengenal Orang Karo" (1989) atau cetakan ulang tahun 2006 dengan merevisi judul menjadi “Mengenal
Suku Karo," ada menyertakan surat balasan dari H. Neumann di Belanda. H. Neumann adalah anak dari pendeta J.H Neumann. H. Neumann lahir di Sibolangit tahun 1916. Ayahnya adalah yang untuk pertama kali membuat kamus Bahasa Karo-Belanda dan menterjemahkan Bibel ke Bahasa Karo. Ayahnya sangat berjasa dalam mengabarkan Injil di Tanah Karo.
Kepada H. Neumann, Roberto Bangun bertanya : mengapa nama organisasi Kristen Karo diberikan nama Gereja Batak Karo Protestan? Sedangkan saat datangnya 18 April 1890 Zending ke Buluhawar (dekat Sibolangit) dan bekerja sampai 23 Juli 1941, belum ada nama Gereja. Mengapa diberi nama Batak Karo di tahun 1941? Apakah ini ada hubungannya dengan kekalahan Belanda oleh Jerman hingga NZG harus pergi dan dilanjutkan oleh RMG. RMG dan HKBP tentu tak terpisahkan.
Dua buah tulisan di bawah ini diambil dari buku "Mengenal Suku Karo" yang disusun oleh Roberto Bangun, disunting dari halaman 75-77 dan 125-127. Selamat membaca :
Surat Balasan dari H.Neumann
H. NEUMANN
Handmolen 18
1035 AP AP Amsterdam
Nederland
Amsterdam, 12 Juni 1989
Kepada Yth. Tn. Roberto Bangun
Jakarta Pusat.
Mejuah-juah,
Surat enda ngenca guna
catatan-catatan kerna suratndu si kirim kam tanggal 1 Juni ku GBKP i Kabanjahe.
Enda sebagai informatie ibas aku nari untuk kam mungkin dorek i pakendu.
Mengenai :
- Pdt Kruyt bukan antar tetapi dia mulai bekerja tgl. 18 April 1890 memberitahukan kata Injil. (Buluhawar)
- Waktu berapat synode di mulai menyusun usul-usul liturgi dan si man ikutken (Kerckordc-peraturan-peraturan gereja). Baru tgl. 29 Sept. 1943 gereja GBKP mandiri (jayo). Berarti bukan bergegas, mengambil cukup waktu untuk berunding. (Menimbang lagi)
- 100 tahun sudah lewat waktu mulai memberitahukan kata Injil
- Mengenai asal usul kata Batak kalau saya ada lebih kesempatan, akan kirim kabar. Visi dari saya. Yang sekarang penting pertanyaan : Siapa mulai pake kata batak?
Sinode Sibolangit
Mengingatkanku dari ayahku,
penulisan dan pikirannya. Menunjukkan penulisan ayahku MNZG-66 (1922) dan -67
(1923) bahwa judul : Guru jamaat (MNZG-Majalah dari NZG). Isi karangan ayahku
dia menganjurkan segera sesudah ada kemungkinan gereja di tanah Karo di mandiri
(jayo). Lantas bersambung pikirannya, dia ceritakan kepada saya sesudah berlalu
perang di Medan.
Kalau mengikuti sejarah perang
dunia ke-II; tercatat, 5 Mei 1940, German menyerang Nederland. Semua hubungan
NZG di Indonesia dengan pusatnya NZG di Oegstgeest Zending di Indonesia
tersendiri.
Ketegangan sama Japan,
kemungkinan perang bertambah. Segala milik gereja di tanah Karo tertulis atas
nama NZG pada saat itu.
Pertimbangan ayahku dan
karyawannya : “Kalau musuh datang pasti dia menyita semua kepunyaan Belanda. Lantas
juga kalau kita di intemeer siapa meneruskan pekerjaan gereja? Sekarang sudah
ada dua pendeta Karo. Lebih baik kepada dia; kami menyerahkan segala urusan
gereja dan harta-harta gereja.”
Lantas di panggil Synode pertama
di Sibolangit pada tanggal 23 Juni 1941. Tentu di arsip Moderamen ada laporan-laporan
mengenai Syonde ini. Pada waktu sidang Synode di tentukan nama gereja GBKP
(Gereja Batak Karo Prostestan).
Kalau tidak silap tahun 1910. Tentu
dapat subsidi dari swasta-swasta, Zending tidak cukup uang untuk dirikan satu
sekolah. Saya ingat sering kali pendeta-pendeta mesti tunggu tiga bulan baru
diterima gajinya. Gajinya kecil sekali. Karena itu saya tahu betul apa artinya
kata “kita mesti hemat.”
Kalau tidak silap 1938. Tentu gotong-royong,
anggota-anggota, zending dan bantu dari swasta-swasta. Lembaga “Het Bataksch
Instituut” mulai dirikan satu polikliniek, sebelum itu ada kamar obat di rumah
pendeta di Kabanjahe.
Diusulkan oleh pdt. E.J. van den
Berg, 1906, dan oleh kerja sama dengan lima sibayak-sibayak dari Tanah Karo di
dirikan. Pimpinan oleh NZG, biaya antara
lain, landschap. (Kabupaten Karo). Saya ingat dua kuburan di Raya. Mesti ada
lagi tahun 1981. Saya rasa dia belajar sebab perhatiannya besar. Pdt. Kruyt. Kira
16 pdt-pdt. Kalau perlu nama-nama mesti cari tetapi itu makan waktu.
Bukan karena penulis, tetapi oleh
kelakuannya dia buktikan apa arti orang Kristen. 23 Juli 1941, di majukan usul,
dan dipastikan 29 Sept. 1943. Jayo. Mulailah membaca buku-buku yang pernah
diterbitkan mengenai suku Karo, yaitu banyak sekali. Kalau dibandingkan sama
penulis J.H.Neumann.
Menurut saya tidak ada nama
Gereja. (Ota kita ku gereja). Jubilium 100 tahun. Kerna 100 tahun yang lalu
kabar Injil dibawa ke Tanah Karo. Siapa suka di urus peringatan ini tidak
penting, tentu gereja. Yang penting peringatan saat di bawa kata Injil 18 April
1890 ke Karo. Sibarem lebe suratku, lit melala dahin erkitekiteken e; ku bahan
gendek balasenku. Aloken mejuah-juah ras isi jabundu ibas kami nari.
Pasukan Belanda dalam perjalanan mereka ke Sibolangit, dimana PDAM Medan berada.
Politioneel Actie/ Agresi (1947)
Medan. Nederlandse troepen op weg naar Sibaulangit, waar zich de waterwerken van Medan bevinden
Source : Geheugenvannederland.nl
|
==============Karosiadi.blogspot.com========Karosiadi.blogspot.com===============
Profil H.Neumann
Tuan H. Neumann di lahirkan di
Desa SIbolangit (Kabupaten Deli Sedang sekarang) tahun 1916. Ayahnya adalah
pendeta J.H Neumann yang untuk pertama kali membuat kamus Bahasa Karo-Belanda
dan menterjemahkan Bibel ke Bahasa Karo. H. Neumann ini dibesarkan di Desa Raya
1923 dekat Berastagi (Kabupaten Karo sekarang). Teman seperti lainnya adalah
anak-anak suku Karo, malahan dia lebih pandai berbahasa Karo dari ayahnya yang
Pendeta itu. Tidak lain karena sejak kecilnya bermain ke ladang, di halaman dengananak-anak Karo.
Melihat H. Neumann sudah bisa
masuk Sekolah Dasar ia dikirimkan ayahnya ke Nederland bersekolah hingga kelak
lulus Sekolah Menengah, selanjutnya setelah fasih berbahasa Belanda, ia kembali
ke Medan lalu memasuki Sekolah Kedokteran di Jakarta. Kemudian masuk Fakultas
Farmasi di Surabaya sampai kelak Dai Nippon datang, ia ditawan. Diwajibkan kerja
paksa oleh Dai Nippon dalam membangun rell kereta api dari Muara Bungo-Pekan
Baru. Saat ditawan, berlanjut Dai Nippon menyerah kepada Sekutu atas dibomnya
Nagasaki dan Hiroshima. Tuhan Allah menolongnya, pihak Sekutu menemukannya dan
membawanya ke rumah sakit di Singapura, karena ia lelah jatuh sakit, kurus
kering.
Mengetahui bahwa H. Neumann adalah
putera seorang Pendeta J.H.Neumann maka ia diterbangkan ke Belanda dan dirawat
di sana. Kemudian Januari 1948 setelah sembuh dari sakitnya, ia dikembalikan ke
Medan. Akan tetapi sayang baginya, sang Pendeta J.H.Neumann meninggal. Waktu itu
jaman RIS. H.Neumann ini diajak oleh Kepala Kesehatan Sumatera Timur untuk
membenahi Rumah Sakit di Tanah Karo, akibat perang. Pihak pengikut Jesus
Kristus yang tergabung selama ini di bawah bimbingan rohani Pendeta J.H.Neumann
banyak mengenal dan bersimpati padanya.
Kemudian untuk urusan
keluarganya, H. Neumann kembali berdomisili di Amsterdam, dan banyak memberikan
keterangan mengenai kedokteran kepada mahasiswa dari Karo. Kini H. Neumann
menyibukkan diri dibidang arkeologie di Amsterdam.
Untuk itu penyunting buku
ini, telah mengirimkan surat berupa pertanyaan mengenai, apakah ada arsip Nederlands
Zendeling Genootschap (NZG) di
Oegstgeest, yang menyimpan alasan mengapa nama organisasi Kristen Karo
diberikan nama Gereja Batak Karo Protestan? Sedangkan saat datangnya 18 April 1890
Zending ke Buluhawar dekat Sibolangit dan bekerja sampai 23 Juli 1941, belum ada
nama Gereja tertentu selain ota Kita Ku Gereja, barulah dilahirkan namanya
GBKP, 23 Juli1941.
Mengapa nama organisasi diterakan
kata Batak Karo, yang sekarang sementara masyarakat generasi muda, tidak tahu
apa asal-usul dan arti kata Batak? Akan tetapi
karena organisasi gereja menyebutkan kata Batak Karo, sekarang terlah terpatri
perkataan Batak Karo. Padahal Bahasa Toba=Batak, sangat jauh berbeda dengan Bahasa
Karo.
- Tuah H. Neumann dalam memberikan keterangannya melalui surat, penyunting dapat mencatat beberapa pokok yang menarik yaitu :Tuan H. Neumann telah menghubungi teman-temannya di Universitas Leiden, mengenai asal-usul kata Batak dan siapa mulai pakai.
- Meneliti ulang beberapa buku yang mencantumkan kata Batak, dan telah beredar luas dan kata resmi tidak ditemukan asal-usulnya
- Tidak ditemukan secara pasti kapan kata itu dipakai dan apa artinya dalam hubungan dengannya dengan bahasa Karo
- Banyak pendeta-pendeta menuliskan kata Batak dalam karangannya
- Kata Batak itu tak ada di Gereja Protestan dalam hubungannya dengan ibadat, kotbah dan berdoa
- Dalam majalah N.Z.G (MZN) 1922-1923 yaitu setelah Zending di Karo selama 32-33 tahun, Pendeta J.H.Neumann menulis judul karangan “Guru Jemaat” yang isinya bahwa Gereja di Tanah Karo musti mandiri (jayo-bahasa Karo)
- Tanggal 5 Mei 1940, Jerman menyerang Nederland. Hubungan NZG ke seluruh dunia, termasuk ke Indonesia terputus dengan kantor pusatnya di Oegstgeest Negeri Belanda. Berarti organisai Gereja di Indonesia harus dapat mengetahui dirinya sendiri. Sudah dipastikan Indonesia akan diserang Jepang. Sebelum Jepang datang Pendeta J.H.Neumann Cs berpikir bahwa jika Dai Nippon tiba, seluruh harta benda gereja yang tadinya milik kepunyaan NZG dirampasnya. Bagaimana kalau kita ditahan oleh Dai Nippon?
- Nama GBKP tanya kepada moderamen GBKP.
- Kalau tak suka pakai kata Batak, ganti saja oleh Synode.
- Saya sendiri tidak tahu mengapa Pendeta tuliskan “Batak Karo.” Dari orang Karo telah ada dua Pendeta. Lebih baik kepadanya diserahkan harta benda gereja yang tadinya dikenal milik NZG. Berdasarkan pertimbangan itulah, maka diundang pejabat gereja dan mengadakan Synode ke-1 tanggal 23 Juli 1941 di Sibolangit. Di dalam Synode pertama itulah ditentukan nama gereja melalui pekerjaan Nederlands Zendeling Genootschap itu menjadi : Gereja Batak Karo Protestan.
Dari ungkapan
di atas ini, yang mendorong masyarakat mengasosiasikan kata Batak Karo, menurut
pendapat penyunting adalah dari masyarakat Gereja melalui Synode ke-1 di
Sibolangit. Kemudian dikembangkan sendiri
oleh kalangan tertentu, yang selama ini belum mendapat informasi, bagaimana,
apa sesungguhnya dasar theologi dan bahasa memberi nama itu? Apakah karena
banyak Zending dari Toba?
Akan tetapi
dapat dipahami bahwa pemberian nama demikian pada Synode pertama Kristen itu
adalah dalam suasana perang dunia ke-II (tak normal dan situasinya tak sehat,
tidak damai, tidak tentram). Yang namanya jaman perang pasti tak enak.
Setelah Synode
tanggal 23 Juli 1941 di Sibolangit memberi nama Gereja Batak Karo maka ternyata
dua tahun kemudian tepatnya tanggal 29 September 1943 (jaman pemerintahan
militerisme Jepang) baru mandiri (jayo). Menurut H. Neumann apabila tidak
mandiri dikhawatirkan segala inventaris harta benda Gereja akan diambil atau
disita oleh tentara Dai Nippon, melihat pengalaman perbuatan tentara Nazi
Jerman yang menyita semua inventaris harta-harta benda gereja di Negara-negara
yang diduduki Jerman di Eropah Barat. Ternyata kebijaksanaan mandiri itu tepat,
tetapi tentara Dai Nippon menyita harta benda Gereja dan harta rakyat Karo di
desa-desa.
Comments
Dan 1 lagi, salam Karo adalah mejuah juah