Skip to main content

Zending Karo (1926)





Setelah 30 tahun penginjilan pada masyarakat Karo, terutama setelah sarana transportasi dan komunikasi telah lebih baik, maka banyak pemuda Karo pergi melanjutkan studinya ke kota-kota besar di Sumatera Timur, Sumatera Barat dan Pulau Jawa.

Untuk mengembalakan mereka dibentuklah Zending Karo.

a. Pembentukan Zending Karo.

Pada tanggal 26 Juli 1926, lahir Zending Karo. Zending ini adalah gerakan Perkabaran Injil oleh Kristen Karo sendiri kepada masyarakat Karo. Dana dan kegiatan Zending Karo didukung oleh Kristen Karo sendiri, tidak bergantung kepada bantuan lain.

Pada Sidang Gereja Juli 1928, diputuskan membuka sebuah asrama di Medan. Empat tahun kemudian rencana itu terealisasi. Zending Karo sudah dapat menyewa sebuah rumah di Jl. Sei Kera no.101 Medan pada bulan Desember 1932.

b. Pesta Zending Karo di Lingga

Pada tanggal 7 Oktober 1928, jemaat Kristen Karo di desa Lingga mengadakan pesta Zending Karo bertempat di gereja Lingga. Raja Urung Sibayak Kabanjahe dan Telu Kuru hadir dalam pesta Zending ini.

Raja Urung Telu Kuru memberikan kata sambutan. Beliau juga memberikan persembahan ayam putih, beras putih dan telur putih beserta doa semoga Zending Karo semakin maju. Pesta ini mengumpulkan dana £ 52.10.

c. Zending Karo di Lau Simomo

Pdt. H.G van Eelen memberitakan bahwa semua para penderita kusta di Lau Simomo memberikan persembahan sebanyak £150 untuk Zending Karo. Berita ini sangat menggugah hati oleh karena para penderita kusta tersebut dengan segala penderitaannya telah memberikan persembahan begitu besar.
  
d. Rapat Zending Karo

Pada Sidang Kerapatan Gereja di Kabanjahe 26-28 Juli 1929, ditetapkan beberapa ketentuan yaitu : pada Kerapatan Gereja setiap tahunnya ditetapkan pemakaian dana Zending Karo.

Zending Karo bersusah payah mengadakan pelayanan kepada pemuda Karo yang merantau ke Medan. Sejak tahun 1927 pelayanan itu sudah lebih maju karena para pemuda itu sudah dapat dilayani sekali seminggu di Jalan Lombok. Akan tetapi sejak Desember 1932 mereka sudah dilayani secara rutin di Asrama Jalan Sei Kera No.101 Medan.

Zending Karo terus melakukan pelayanan kepada para pemuda di tempat-tempat lain seperti P. Berandan, Tj. Pura, Binjai, L.Pakam, T.Tinggi dan P.Siantar. Banyak di antara mereka bekerja pada pemerintahan atau perusahaan minyak, perkebunan dan lain-lain. Zending Karo terus berkembang melayani orang-orang Karo di mana saja.

Pada tanggal 2 Agustus 1939 Gr. Ag. Th. Sibero memberikan uraian tentang perkembangan Zending Karo kepada jemaat Kabanjahe. Dikatakan bahwa jemaat Kristen Karo pada saat ini sudah tersebar dalam banyak kota.

Pertoempoen Karo

Pada tanggal 1 Mei 1940 telah terbentuk Pertoempoen Karo di Medan dengan alamat Jl. Sei Kera No.101 Medan. Organisasi ini adalah salah satu wadah pembinaan pemuda Karo. Anggotanya adalah : Jamin Ginting, Netap Bukit, Laiku Silangit dan lain-lain. Susunan pengurus adalah :

Ketua : Ngendes Perangin-angin
Sekretaris : Pasu Tarigan
Bendahara : Ingan Malem br Purba

Sumber bacaan :
Ditulis oleh Dk. Em. P. Sinuraya
2004


 =====================

Tulisan-tulisan tentang Zending Karo di koran-koran di masa Hindia Belanda :

Pengumuman akan diadakannya Bazar oleh Zending Karo
pada tanggal, 1 Desember 1931 di Jalan Kesawan No. 99

Dimuat di Koran "De Sumatra Post" tanggal  23-11-1931

Dari Tanjung Priok denga kapal "Dempo"  D. Crommelin
menuju  Belawan untuk mengunjungi Zending Karo.
De Sumatra post
12-05-1939

Mengenai kunjungan Prof. Dr. H. Kraemer, dapat dilaporkan kemudian bahwa ia Senin pagi dengan "Dempo" menuju Medan akan mengunjungi Zending Karo. Prof. Kraemer Jumat 3 Februari akan memberikan kuliah di Medan.
De Sumatra post
28-01-1939
 

Comments

Popular posts from this blog

Nasehat-Nasehat dan Ungkapan-Ungkapan

Nasehat-Nasehat Orang tua Karo, termasuk orang tua yang suka memberikan nasehat-nasehat kepada anggota keluarganya. Dalam nasehat yang diberikan selalu ditekankan, agar menyayangi orang tua, kakak/abang atau adik, harus berlaku adil. Menghormati kalimbubu, anakberu, senina sembuyak, serta tetap menjaga keutuhan keluarga.   Beberapa nasehat-nasehat orang-orang tua Karo lama, yang diungkapkan melalui ungkapan-ungkapan antara lain: Ula belasken kata la tuhu, kata tengteng banci turiken . Artinya jangan ucapkan kata benar, tetapi lebih baik mengucapkan kata yang tepat/pas. Ula kekurangen kalak enca sipandangi, kekurangenta lebe pepayo , artinya jangan selalu melihat kekurangan orang lain, tetapi lebih baik melihat kekurangan  kita (diri) sendiri atau  Madin me kita nggeluh, bagi surat ukat, rendi enta, gelah ula rubat ,  artinya lebih baik kita hidup seperti prinsip  surat ukat (surat sendok), saling memberi dan memintalah agar jangan sampai berkelahi. Beliden untungna si apul-apulen

Kumpulan Teks dan Terjemahan Lagu-lagu Karya Djaga Depari (bagian 2)

8. Mari Kena Mari turang geget ate mari kena Sikel kal aku o turang kita ngerana Aloi, aloi kal aku Kena kal nge pinta-pintangku Mari turang iah mari kena Mari turang iah mari kena Tebing kal kapen o turang ingandu ena Nipe karina i jena ringan i jena Tadingken kal ingandu ena Mari ras kal kita jenda Mari turang iah mari kena Mari turang iah mari kena Tertima-tima kal kami kerina gundari Kalimbubu, anak beru ras seninanta merari Mulih kal gelah kena keleng ate Ras kal kita jenda morah ate Ula lebe meja dage Mari turang iah mari kena Mari turang iah mari kena (sumber : Henry Guntur Tarigan, Piso Surit tahun 1990 halaman : 132) Mari Kena (Marilah mari) Mari adinda sayang marilah mari Ingin daku kita berbicara Dengar, dengarkanlah daku Dikaulah yang sangat kurindukan Mari, marilah sayang Mari, marilah sayang Sangat terjal jalan ke rumahmu sayang Ada banyak ular pula di situ Tinggalkanlah rumahmu itu Mari kita bersama di si

Musik Karo - Gendang Tiga Sendalanen (bagian 5)

7.2 Gendang telu sendalanen Secara harfiah Gendang telu sendalanen memiliki pengertian tiga alat musik yang sejalan atau dimainkan secara bersama-sama (sama seperti pengertian Gendang Lima Sendalanen). Ketiga alat musik tersebut adalah (1)  Kulcapi/balobat , (2)  ketengketeng,  dan (3)  mangkok.  Dalam ensambel  ini ada dua istrumen yang bisa digunakan sebagai pembawa melodi yaitu   Kulcapi  atau  balobat.   Pemakaian  Kulcapi atau balobat  sebagai pembawa melodi dilakukan secara terpisah dalam upacara yang berbeda.  Sedangkan  Keteng-keteng dan  mangkok merupakan alat musik pengiring yang menghasilkan pola-pola ritem yang bersifat konstan dan repetitif. Jika  Kulcapi digunakan sebagai pembawa melodi, dan  keteng-keteng  serta mangkok sebagai alat musik pengiringnya, maka istilah  Gendang telu sendalanen sering disebut   Gendang Lima Sendalanen Plus Kulcapi ,  dan jika balobat sebagai pembawa melodi, maka istilahnya  tersebut  menjadi  gendang balobat.  Masing-masing alat mu