Skip to main content

Film : Lao Simomo tahun 1925 dan 1927

Mahamoelia (Babak 8)

Judul Asli: MAHAMOELIA (ACTE 8)
Tahun produksi: 1925
Negara produksi: Belanda
Lokasi produksi: Hindia belanda, Sumatra, Tanah Karo, Danau Toba, Samosir
Kategori: Laporan
Durasi: 13:29 Menit

Sutradara: I.A. Ochse
Perusahaan: NIFM Polygoon
Sumber: Beeld en Geluid
Nomor ID: 3098

Sinopsis :
Tidak ada suara.

Babak 8 dari 5-seri bagian dalam siklus-Maha. Dalam bagian ini, gambar dari Misi Leprosarium di Lao Simomo, Tanah Karo, mewarnai benang dengan cat yang diekstraksi dari tanaman indigo, kunjungan ke pasar di pulau Samosir di danau Toba, dan mendayung kano dan anak laki-laki dalam berenang dan bermain-main dalam air.

Dapat ditonton dengan meng-klik link berikut : indonesiafilmcenter atau meng-klik gambar di bawah ini : 





LEPROZERIE LAO SIMOMO. GAMBAR JALANAN DJOKJAKARTA

Judul Asli: LEPROZERIE LAO SIMOMO. STRAATBEELDEN DJOKJAKARTA
Tahun produksi: 1927
Negara produksi: Holland
Lokasi produksi: Grand Hotel Yogya, Hamengkoe Boewono VIII, Nederland-Indie, Yogyakarta, Reesink
Kategori: Laporan
Durasi: 11:55 Menit

Perusahaan: Haghe film
Sumber: Beeld en Geluid
Nomor ID: 2668

Sinopsis
Tidak ada suara

Gambaran sebuah rumah sakit bagi penderita Lepra di Lao Simomo, Tanah Karo. Keluarga misionaris van Eelen hidup bersama mereka dan merawat mereka. Bagian kedua berisikan tentang pemandangan jalanan Djokjakarta di Jawa. Lalu lintas di jalan perbelanjaan. Pengambilan gambar kraton secara singkat, istana gubernur dan toko-toko. Sultan lokal, Hamengkoe Boewono, menerima kunjungan resmi dari gubernur Jawa Tengah, Reesink. Ada lebih banyak perwakilan penduduk asli hadir; menampilkan percakapan dan makanan.

Untuk menontonnya dengan meng-klik link berikut : indonesiafilmcenter atau meng-klik gambar di bawah ini : 


Comments

Popular posts from this blog

Nasehat-Nasehat dan Ungkapan-Ungkapan

Nasehat-Nasehat Orang tua Karo, termasuk orang tua yang suka memberikan nasehat-nasehat kepada anggota keluarganya. Dalam nasehat yang diberikan selalu ditekankan, agar menyayangi orang tua, kakak/abang atau adik, harus berlaku adil. Menghormati kalimbubu, anakberu, senina sembuyak, serta tetap menjaga keutuhan keluarga.   Beberapa nasehat-nasehat orang-orang tua Karo lama, yang diungkapkan melalui ungkapan-ungkapan antara lain: Ula belasken kata la tuhu, kata tengteng banci turiken . Artinya jangan ucapkan kata benar, tetapi lebih baik mengucapkan kata yang tepat/pas. Ula kekurangen kalak enca sipandangi, kekurangenta lebe pepayo , artinya jangan selalu melihat kekurangan orang lain, tetapi lebih baik melihat kekurangan  kita (diri) sendiri atau  Madin me kita nggeluh, bagi surat ukat, rendi enta, gelah ula rubat ,  artinya lebih baik kita hidup seperti prinsip  surat ukat (surat sendok), saling memberi dan memintalah agar jangan sampai berkelahi. Beliden untungna si apul-apulen

Kumpulan Teks dan Terjemahan Lagu-lagu Karya Djaga Depari (bagian 2)

8. Mari Kena Mari turang geget ate mari kena Sikel kal aku o turang kita ngerana Aloi, aloi kal aku Kena kal nge pinta-pintangku Mari turang iah mari kena Mari turang iah mari kena Tebing kal kapen o turang ingandu ena Nipe karina i jena ringan i jena Tadingken kal ingandu ena Mari ras kal kita jenda Mari turang iah mari kena Mari turang iah mari kena Tertima-tima kal kami kerina gundari Kalimbubu, anak beru ras seninanta merari Mulih kal gelah kena keleng ate Ras kal kita jenda morah ate Ula lebe meja dage Mari turang iah mari kena Mari turang iah mari kena (sumber : Henry Guntur Tarigan, Piso Surit tahun 1990 halaman : 132) Mari Kena (Marilah mari) Mari adinda sayang marilah mari Ingin daku kita berbicara Dengar, dengarkanlah daku Dikaulah yang sangat kurindukan Mari, marilah sayang Mari, marilah sayang Sangat terjal jalan ke rumahmu sayang Ada banyak ular pula di situ Tinggalkanlah rumahmu itu Mari kita bersama di si

Musik Karo - Gendang Tiga Sendalanen (bagian 5)

7.2 Gendang telu sendalanen Secara harfiah Gendang telu sendalanen memiliki pengertian tiga alat musik yang sejalan atau dimainkan secara bersama-sama (sama seperti pengertian Gendang Lima Sendalanen). Ketiga alat musik tersebut adalah (1)  Kulcapi/balobat , (2)  ketengketeng,  dan (3)  mangkok.  Dalam ensambel  ini ada dua istrumen yang bisa digunakan sebagai pembawa melodi yaitu   Kulcapi  atau  balobat.   Pemakaian  Kulcapi atau balobat  sebagai pembawa melodi dilakukan secara terpisah dalam upacara yang berbeda.  Sedangkan  Keteng-keteng dan  mangkok merupakan alat musik pengiring yang menghasilkan pola-pola ritem yang bersifat konstan dan repetitif. Jika  Kulcapi digunakan sebagai pembawa melodi, dan  keteng-keteng  serta mangkok sebagai alat musik pengiringnya, maka istilah  Gendang telu sendalanen sering disebut   Gendang Lima Sendalanen Plus Kulcapi ,  dan jika balobat sebagai pembawa melodi, maka istilahnya  tersebut  menjadi  gendang balobat.  Masing-masing alat mu