Skip to main content

Karo dari Penuturan Sibayak Lau Cih (Sipoet) -1898 (Bagian 2)

Risalah rapat umum / Dewan Perhimpunan Seni dan Ilmu Pengetahuan Batavia, Edisi 36, 1 Januari 1898


Lampiran IV
URAIAN DARI BEBERAPA OBJEK DI KARAUW (KARO)
OLEH DATOEQ SERI INDRA LELA SETIJA RADJA. Wazir SAPOELOEH Doewa Kotta (Hadji Mohammad Nur DARI Hamparan Perak).

Informasi yang disediakan oleh Sibajak dari Sungei Sipoet (Bekalla) serta Semaloen Semina dari Taboeran.

Sambungan dari bahagian 1

No 5. Letêb = sumpit atau sumpitan, dibuat orang  terdiri dari dua bagian : pengendali  dari leteb boeloeh, dan potongan boeloeh di dalamnya. Melekat pada bagian dalam  dengan memakai  balauw (getah Kajoe). Anak panah : nangkat ( bahasa Karo) terbuat dari bambu atau kayu. Memiliki duri kecil. Nantinya diletakkan  pada ujung  dalam bambu.
Dengan panah itu mampu membunuh burung dan monyet  pada jarak 50 depa.
Sebuah lëtëb biayanya $ 2.-
Burung :  manoek-manoek  (bahasa Karo)

ilustrasi :  Upacara di kediaman Sibayak Pa Mbelgah di Kabandjahe
Ceremonie bij het wooncomplex van sibayak Pa Mbelgah in Kabandjahe
Photo oleh  : T. (Tassilo) Adam
Date : 1914-1919
Sumber :  Tropenmuseum

No 6. Tongkat Tonggal Penalon adalah milik dari seorang goeroe, yang dibuat oleh seorang goeroe  sendiri dari Kajoe tënggolan.

Jenis ini kayu sangat terpilih, kisahnya pada zaman dahulu  Goeroe Pakpak (Pitu Pertandang), lelah berburu rusa dan tertidur bersandar  pada pohon  tënggolan  bersama senjata berburunya dan kemudian melekat dan berubah menjadi kayu . Nama goeroe itu  Si Raja Koetei Koetan.

Hewan-hewan,  tongkat itu,  Gadjah, ular, iguana (lobar), anjing dan babi. Bulu-bulu (Boeloe-manoek) biasanya dari bulu ekor ayam jantan berwarna merah atau hitam, yang memiliki keberanian pertanda baik. Sorban yang terbentuk dari "Benang Bentar." Pada bagian kepala tersembunyi di sorban "poepoek". "Poepoek" adalah ramuan, dengan kekuatan membumi  yang memiliki campuran sisa abu jenazah dan lain-lain, dimana abu diambil oleh seorang goeroe dari mayat yang dibakar dari seorang anak yang meninggal saat lahir.

Oleh karena itu, “poepoek '' (tentu saja dengan roh anak) dikepala bersama  tongkat membuat goroe  mampu mendengar suara yang tak dapat didengar orang lain dan memberi nasihat yang bijaksana.

Apabila ada yang sakit,  seorang goeroe berdiri  di  lapangan rumah dengan tongkat  yang  tegak .

Selama prosesi tongkat terus di tangan seorang goeroe. (Terdapat  di ujung tongkat) Rambut yang hitam panjang  yang berasal dari orang yang terbunuh dalam pertempuran (rambut: pembawa jiwa terbunuh).

No 7. Ampik-ampik harimau = selembar kulit harimau, di mana di atasnya Raja biasanya  duduk. Kerap orang lain yang mempunyainya, akan tetapi  tidak akan duduk  di atasnya di hadapan Radja. Pengeringan kulit  Harimau itu dilakukan di bawah sinar matahari, untuk membuatnya menjadi tegang menggunakan bingkai bambu. Harimau  diperoleh dengan ditembak atau terjebak dalam perangkap.

No 8. Kilang = tabung tuak,
yang dibuat pria yang dari bambu pëtoong : boeloeh-Belin (bahasa Karo). Sisi atas dan kiri ujung  terbuat  dari tanduk kerbau. Tutupnya  kitang adalah dari bahan kayu ingoo yang diukir.  Mulut kitang : Babah kitang (bahasa Karo);  pegangan tutup : Ekor kitang (bahasa Karo). Di mulut kitang ada celah kecil dibuat untuk memungkinkan tuak  mengalir keluar.

Ketika
hendak minum, mulut didekatkan ke mulut kitang untuk menangkap tetesan air.  
Palm Wine: paula (bahasa Karo) = moergat (bahasa Merlayu Deli).

No 9. Tiga gendang = gendang. Tabung  ini dari kayu nangka, diukir dan dilubangi dengan pahat. Lapisan atas adalah dari kulit pëlandoek: koelit napoeh ( bahasa Karo ). Pembuat dan yang memainkan gendang dilakukan oleh laki-laki. Dipanggil "Pënggowal.”  Lapisan kulit pëlandoek tersebut dipasang di tabung dengan menggunakan dua cincin bambu dan dieratkan oleh  tali dari kulit sapi. Tongkat gendang :  Paloe' Gendang ( bahasa Karo ). Gëndang  kecil dinamakan  gendang anak. Untuk memainkan ketiga gëndang  pada peristiwa kematian atau peristiwa yang diperlukan : untuk  satu pënggowal  diperlukan : dua kecil dan satu untuk besar.

No 10. Oekat, alat untuk memasak beras dan sajoer,  dibuat oleh pria dan diukir dari bambu.


Bersambung ke bahagian 3

Catatan:

Sibajak Sipoet yang dimaksud di tulisan itu adalah Sibayak Lau Cih (Sungai Siput) yang berkedudukan di Lau Cih. Lau Cih berada sekitar 12 Km dari pusat Kota Medan (Kantor Pos) ke arah Berastagi. Belum sampai Pancurbatu. Di masa kolonial, banyak rumah adat Karo di Lau Cih yang dibakar oleh laskar pada masa Agresi Militer Belanda II (1949). 

Tulisan dalam bahasa Belanda selengkapnya di Tentang Karo dari Sibajak dariSungai Sipoet (Bekala) 1898, dan mohon maaf bila penterjemahan belum begitu baik. Bujur.

Comments

Popular posts from this blog

Nasehat-Nasehat dan Ungkapan-Ungkapan

Nasehat-Nasehat Orang tua Karo, termasuk orang tua yang suka memberikan nasehat-nasehat kepada anggota keluarganya. Dalam nasehat yang diberikan selalu ditekankan, agar menyayangi orang tua, kakak/abang atau adik, harus berlaku adil. Menghormati kalimbubu, anakberu, senina sembuyak, serta tetap menjaga keutuhan keluarga.   Beberapa nasehat-nasehat orang-orang tua Karo lama, yang diungkapkan melalui ungkapan-ungkapan antara lain: Ula belasken kata la tuhu, kata tengteng banci turiken . Artinya jangan ucapkan kata benar, tetapi lebih baik mengucapkan kata yang tepat/pas. Ula kekurangen kalak enca sipandangi, kekurangenta lebe pepayo , artinya jangan selalu melihat kekurangan orang lain, tetapi lebih baik melihat kekurangan  kita (diri) sendiri atau  Madin me kita nggeluh, bagi surat ukat, rendi enta, gelah ula rubat ,  artinya lebih baik kita hidup seperti prinsip  surat ukat (surat sendok), saling memberi dan memintalah agar jangan sampai berkelahi. Beliden untungna si apul-apulen

Kumpulan Teks dan Terjemahan Lagu-lagu Karya Djaga Depari (bagian 2)

8. Mari Kena Mari turang geget ate mari kena Sikel kal aku o turang kita ngerana Aloi, aloi kal aku Kena kal nge pinta-pintangku Mari turang iah mari kena Mari turang iah mari kena Tebing kal kapen o turang ingandu ena Nipe karina i jena ringan i jena Tadingken kal ingandu ena Mari ras kal kita jenda Mari turang iah mari kena Mari turang iah mari kena Tertima-tima kal kami kerina gundari Kalimbubu, anak beru ras seninanta merari Mulih kal gelah kena keleng ate Ras kal kita jenda morah ate Ula lebe meja dage Mari turang iah mari kena Mari turang iah mari kena (sumber : Henry Guntur Tarigan, Piso Surit tahun 1990 halaman : 132) Mari Kena (Marilah mari) Mari adinda sayang marilah mari Ingin daku kita berbicara Dengar, dengarkanlah daku Dikaulah yang sangat kurindukan Mari, marilah sayang Mari, marilah sayang Sangat terjal jalan ke rumahmu sayang Ada banyak ular pula di situ Tinggalkanlah rumahmu itu Mari kita bersama di si

Musik Karo - Gendang Tiga Sendalanen (bagian 5)

7.2 Gendang telu sendalanen Secara harfiah Gendang telu sendalanen memiliki pengertian tiga alat musik yang sejalan atau dimainkan secara bersama-sama (sama seperti pengertian Gendang Lima Sendalanen). Ketiga alat musik tersebut adalah (1)  Kulcapi/balobat , (2)  ketengketeng,  dan (3)  mangkok.  Dalam ensambel  ini ada dua istrumen yang bisa digunakan sebagai pembawa melodi yaitu   Kulcapi  atau  balobat.   Pemakaian  Kulcapi atau balobat  sebagai pembawa melodi dilakukan secara terpisah dalam upacara yang berbeda.  Sedangkan  Keteng-keteng dan  mangkok merupakan alat musik pengiring yang menghasilkan pola-pola ritem yang bersifat konstan dan repetitif. Jika  Kulcapi digunakan sebagai pembawa melodi, dan  keteng-keteng  serta mangkok sebagai alat musik pengiringnya, maka istilah  Gendang telu sendalanen sering disebut   Gendang Lima Sendalanen Plus Kulcapi ,  dan jika balobat sebagai pembawa melodi, maka istilahnya  tersebut  menjadi  gendang balobat.  Masing-masing alat mu