Historische Kranten, Erfgoed
Leiden en Omstreken
Leidsch Dagblad | 16 maart 1956 |
pagina 11 (11/16)
|
Lodewijk Prins adalah pemain
catur Belanda terbaik selama lebih dari seperempat abad (1939-1965). Master catur Belanda ini mengunjungi Indonesia pada tahun 1956. Sebuah
organisasi nir-laba Stichting Culturele Samenwerking (Yayasan Kerjsama
Kebudayaan) menjadi penyandang biaya.
Resumenya meliputi tempat terhormat di Leeuwarden (1940), Amsterdam (1940),
Beverwijk (1948), dan Madrid (1951). Tahun 1952 ia lolos ke turnamen
antarzonal. Pada masa senja karirnya ia masih cukup bagus untuk menjadi Juara
Nasional Belanda 1965. FIDE menganugerahinya gelar GM kehormatan tahun 1982.
Prins menghabiskan waktu dua
setengah bulan mengelilingi Jawa, Sumatera, dan Kalimantan. Ia bermain di
kota-kota di Jawa seperti Jakarta, Bogor, Bandung, and Semarang. Di Sumatera ia
bermain di Medan dan Pematang Siantar.
Selain bermain dalam simultan ia
juga terlibat dalam dwilomba satu lawan satu dengan pemain-pemain Indonesia
terbaik saat itu. Merlep Ginting dan Baris Hutagalung bermain dengan Prins di
Jakarta sementara Arovah Bachtiar mendapat giliran di Banjarmasin.
Prins hanya
mampu mencetak kemenangan tipis atas Hutagalung dan Bachtiar. Melawan Juara Tanah
Karo Merlep Ginting, ia harus membagi angka 1-1.
Permainan caturnya dapat dilihat pada laman berikut : IndonesiaBase
Sumber tulisan : IndonesiaBase
Merlep Ginting
M.U. Ginting di media Sora Sirulo
menuliskan :
Merlep Ginting sambil makan sirih
bermain catur nasional maupun internasional. Dia tak pernah ikut kursus catur,
sepenuhnya pemain alam, lahir dari permainan seperti di Cililitan atau tempat
lainnya di kampung-kampung Karo. Salah satu penarik utama bagi Merlep selain
hobbinya main catur ialah dalam caturnya dia sering bertaruh dalam bermain
catur. Karena itu dia tak pernah memperkenalkan dirinya pemain catur ‘jagoan’,
supaya orang tak takut main catur sama dia, dan bahkan sering juga ‘mengalah’
dalam permainan, membikin lawan lebih optimis.
Seperti umumnya orang tua Karo th
40-50-an Merlep berpakaian sederhana, baju dan celana wrna gelap/hitam, pakai
bulang-bulang Karo, dan makan sirih. Kalau kita lihat dia main dan sambil makan
sirih ngunyah-nguyah sirihnya itu, dia kelihatan sangat tenang dan dapat
inspirasi semakin banyak, setiap langkahnya sangat meyakinkan dan sering tak
terduga. Orang Karo bilang ‘pitu kali keleh’, artinya sudah memikirkan 7
langkah kedepan, termasuk perhitungan langkah lawan. Ketika beberapa orang Karo
mengusulkan dia pakai dasi dan tak makan sirih lagi, terlihat sangat terganggu
inspirasinya.
Merlep Ginting tak banyak bicara,
atau pastilah banyak bicara dalam hati, jutaan kata-kata dan percakapan yang
selalu terjadi dalam hatinya pada setiap pertandingan catur, tanpa ada yang
mendengar dan mengetahui. Itulah introversi Karo. Stimulasi intern!
Banyak pecatur Karo lahir dari
‘catur kampung’ ini, tanpa kursus catur, pemain alamiah saja. Pemain jagoan
catur internasional semuanya lewat ‘sekolah catur’. Karo tidak. Kalau ‘catur
cililitan’ ini diarahkan juga bisa satu waktu memberi hasil yang bermanfaat
bagi Karo dan perkembangannya. Pertama bikin pertandingan catur Karo Cililitan,
kemudian Jakarta, dan kemudian secara nasional. Perluasan dan perkembangan
begini akan bermanfaat bagi perkembangan permainan catur, dan perkembangan
permainan catur Karo sendiri.
Comments