Ilustrasi Pacuan Kuda (sumber foto : Unsplash.com) |
Awal bulan Mei tahun
1972, Medan mempunyai arena pacuan kuda baru yang diresmikan oleh Gubernur Marah Halim. Letaknya di Tuntungan.
Sebenarnya di jaman kolonial Belanda pun, Medan sudah punya arena pacuan kuda.
Pada tahun 1898, Medan sudah memiliki Race Baan (Arena Balap) untuk pacuan
kuda. Lokasinya berada di sebelah kanan dari Lapangan Esplanade (sekarang
dinamakan Lapangan Merdeka). Kala itu, setiap 2 kali setahun diadakan
perlombaan pacuan kuda.
Race Baan tahun 1898 di Medan (sumber : tembakaudeli.blogspot.com) |
Arena pacuan kuda baru yang berada di
Tuntungan ini dulunnja adalah milik Kodam II Bukit Barisan dan kini sudah dirubah
namanya menjadi Medan Racing Company (MRC).
MRC adalah hasil kerjasama antara Hewett, Spicer & Selman (HSS)
dari Australia dengan PT. Peternakan
Sumut yang dipimpin oleh Kolonel
Nelang Sembiring. MRC didirikan sebagai upaya dari maksud untuk menarik daerah Sumut menjadi
incaran wisatawan, baik dari dalam maupun luar negeri.
Saat peresmian, ada juga
disebut-sebut harapan agar atraksi pacuan kuda ini mampu menahan lebih lama wisatawan-wisatawan
dari Malaysia dan Singapura untuk tinggal dan berwisata di Medan. Dan pacuan
kuda ini bisa menjadi kebanggaan dan tempat rekreasi bagi penduduk di Sumatera
Utara khususnya.
Terbukanya
Lapangan Kerja
Kabarnya, bukan hanya
kali ini saja orang Australia merintis arena pacuan kuda di Indonesia. Orang
Australia kabarnya ikut merintis arena pacuan
kuda Pulo Mas di Jakarta. Kongsi perkudaan ini konon hanya akan berlangsung
10 tahun, setelah mana seluruh usaha ini akan diserahkan kembali pada
pemerintah daerah.
Arena pacuan kuda Tuntungan
kini mempunyai wajah yang meyakinkan setelah mendapat siraman modal dari HSS sejumlah
1 juta dollar. Dan tidak hanya untuk kegiatan pacuan kuda, di Tuntungan juga
akan dibangun gelanggang balap motor.
Tidak kurang dari 200
ekor kuda dari Australia sedang dalam perjalanan ke Tuntungan. Sedang
perkawinan dengan kuda Ponny asal Siborong-borong serta Hutaginjang sedang
dipersiapkan pula. Pihak Selman juga
mengajak penduduk untuk menanam jagung bagi makanan kuda. Selain itu, tali-tali
kekang kuda yang pada mulanya hanya didatangkan dari Inggris, kini sudah mulai dibikin sendiri di Tuntungan.
Bahkan diharapkan bisa diekspor ke Australia, Singapura dan Malaysia nantinya.
Sementara pelana kuda sudah pula dirintis pembuatannya.
Kehadiran Medan Racing Company (MRC) mampu membuka
banyak lapangan kerja. Selain hal di atas yang disebutkan, terbuka juga
lapangan kerja sebagai Joki kuda yang digaji Rp.20.000. Lalu terbukanya banyak
lapangan kerja baru bagi penduduk sekitar untuk perawatan kuda-kuda dan arena,
serta pekerjaan lainnya selama acara berlangsung. Dan pajak sebesar Rp 20 juta masuk
ke kas Pemda.
Jadi
Pacuan Adu Nasib
Masyarakat Medan
khususnya dan Sumatera Utara umumnya menyambut dengan baik akan adanya arena
pacuan kuda di Tuntungan ini. Sayangnya
yang digemari bukan hanya pertandingan pacuan kuda saja. Ada juga yang menggemari
kegemaran akan pacuan adu nasib. Pacuan
adu nasib yang dimaksud adalah lewat NF Toto, singkatan dari Numbers
Forecast Toto. Judi toto yang sesungguhnya diperuntukkan hanya berlaku
di dalam gelanggang pacuan kuda saja, Namun ternyata telah tersebar hingga ke luar
gelanggang, tidak hanya di kota Medan saja akan tetapi juga menyebar hingga ke seluruh
pelosok Sumatera Utara.
Kehebohan soal Toto-Kuda ini, kabarnya ulah dari agen-agen
toto yang banyak menyalah gunakan kesempatan. Penyebaran Toto-kuda yang keluar
dari tempat yang diizinkan dianggap telah menimbulkan berbagai masalah dalam
masyarakat. Dan ditambah lagi beberapa koran-koran di Medan ikut mencari rezeki
dengan membuat rubrik ramalan-ramalan ataupun kode-kode untuk memancing oplah
naik.
Majalah
Tempo bertanggal 19
Agustus 1972 dengan artikel berjudul “Dari
Tuntungan Wabah Menjebar” menuliskan kegaduhan yang terjadi pasca
diresmikannya arena pacuan kuda di Tuntungan ini, berikut petikan beritanya :
………………
Tak
ubahnja seperti ketika musim hwa-hwe
dulu, dewasa ini pegawai negeri maupun kuli swasta, tukang-betjak, ibu-ibu
perkara harus diperdjelas rumah tangga, anak-anak sekolah maupun tidak,
kegila-gilaan oleh NF Toto. Dan koran-koran di Medan rupanja bertindak tjepat
menarik rezeki dari kegilaan ini dengan memasang ramalan-ramalan ataupun
kode-kode untuk memantjing oplah naik.
Konon
penjebar Toto-kuda jang keluar dari tempat jang diizinkan itu adalah seorang
lelaki bernama Mo Seng, jang beralamat di djalan Perdagangan 72. Dan Mo Seng
kabarnja kini sudah berada ditahanan polisi. Suasana dikabarkan mendjadi
semakin ramai setelah diketahui bahwa pengedaran toto itu tjuma disandarkan
pada surat izin Gubernur jang bernomor 73/XII/GSU tertanggal 9 Pebruari 1972,
sementara izin dari Menteri jang banjak mengurusi soal djudi, Menteri Sosial,
tidak ada.
Bagian
Intel Komtabes Medan AKBP Pardjan menerangkan bahwa MRC sampai sekarang baru
mengirimkan salinan izin dari Gubernur sadja, sedang djandji menjusulkan surat
izin dari Menteri Sosial sampai kini belum djuga terpenuhi. Hal ini djuga
dibenarkan oleh M. Jusuf Gading, Asisten Menteri Sosial merangkap Pelaksana
Harian Dirdjen Bentjana Alam, merangkap Ketua Jajasan Rehabilitasi Sosial BU
Nalo, dalam keterangannja ketika berada di Medan menurut perkiraan keuntungan
jang berhasil didapatkan MRC dari peredaran Toto-Kuda itu mentjapai Rp 60 djuta
sebulan, sedang padjak jang dibajarkan kepada Pemda Sumut Rp 20 djuta.
Djubir.
Bagaimanapun,
orang sudah sampai pada satu kesimpulan bahwa jang penting dalam masalah ini
ternjata adalah penjalah-gunaan izin pengedaran toto jang dikeluarkan Gubernur.
Karena hal itu pulalah agaknja Djamaludin Tambunan atas nama Gubernur kemudian
turun tangan menggodok kembali masalah izin tadi. Pimpinan MRC dinjatakan telah
dipanggil guna dimintai pertanggungan-djawab, karena Toto-Kuda dianggap telah
menimbulkan berbagai masalah dalam masjarakat.
Hasil
dari panggilan itu, selama 1 hari, jaitu tanggal 31 Djuli jang lalu, toto telah
dihentikan dari peredaran untuk ditertibkan, sebab disinjalir agen-agen telah
banjak memasukkan unsur-unsur hwa-hwe
dalam toto dengan mengedarkan kupon-kupon palsu. Sementara itu Abdulmuthalib
Noor, Humas MRC, jang sehari-harinja adalah wartawan harian Bukit Barisan dengan
terheran-heran berkata: "Sebenarnja
dalam penarikan Numbers Forecast Totalisator itu tidak ada sangkut pautnja
dengan kode-kode jang sengadja disebar luaskan".
Dengan
kata lain djuru bitjara itu mau mengatakan bahwa RMC sama sekali tidak
bertanggung djawab dengan kode-kode jang bikin geger itu, sebab sebagaimana
dituturkannja, nomor-nomor itu djelas diputar di muka umum ketika patjuan kuda
dilaksanakan di Tuntungan, kemudian nomor-nomor itu dilarikan oleh kuda jang
sedang berpatju. Tidak lupa ia mejakinkan bahwa siapa jang pernah nonton ke
Tuntungan dan sempat membeli toto, pasti tidak akan terkitjuh oleh berbagai
matjam kode jang beredar dalam koran.
Sebagaimana
lazimnja jang terdjadi di luar negeri - seperti ini Singapura dan Malaysia - maka
patjuan kuda selalu akan diiringi oleh penjelenggaraan toto. Sebab uang hasil
pendjualan kartjis tok, tidak mungkin bisa menutupi pembiajaan jang memang
besar. Sjahdan, dari keuntungan toto Tuntungan itu sekarang sudah bisa
ditampung sampai 3,000 orang karjawan, disamping pembajaran padjak kepada Pemda
jang tidak pernah ditunggak. Bahkan Selman sudah mempersiapkan pembiajaan bagi
pembuatan stadion baru jang permanen dengan keharusan membongkar terlebih
dahulu gelanggang jang sudah ada sekarang ini.
Sementara
itu tidak kurang dari 200 ekor kuda dari Australia sedang dalam perdjalanan ke
Tuntungan. Sedang perkawinan dengan kuda Batak asal Siborong-borong serta
Hutagindjang sedang dipersiapkan pula. Tidak lupa adjakan Selman kepada
penduduk untuk menanam djagung bagi makanan kuda. Selain itu kekang-kekang kuda
jang pada mulanja hanja didatangkan dari Inggris, djuga sudah mulai dibikin
sendiri di Tuntungan, bahkan diharapkan bisa dilempar ke Australia, Singapura
dan Malaysia nantinja. Sementara pelana dan kekang kuda sudah pula dirintis
pembuatannja.
Walhasil,
dengan djoki jang berani digadji Rp 20.000, terbukanja banjak lapangan baru
bagi penduduk sekitar, serta padjak Rp 20 djuta jang masuk ke kas Pemda,
agaknja memang tidak terlampau mubazir izin jang telah dikeluarkan Gubernur.
Hanja kalau kemudian ada heboh soal Toto-Kuda, konon jang bikin ulah adalah
koran-koran hode serta agen-agen toto jang banjak menjalahgunakan kesempatan.
Tinggal sekarang duduknja sang perkara harus diperdjelas, begitu kata orang,
hingga orang asing jang tergiur menanam modalnja di Sumatera Utara tidak
mendjadi ketjut dan surut.
Harapan dari artikel pemberitaan
majalah Tempo di atas sudah sangat jelas demi amannya investasi yang sudah ada.
Tapi ternyata ada saja yang mencari peruntungan lain. Kuda-kuda yang berpacu di
arena, dan ternyata lebih banyak lagi yang berpacu adu untung di luar arena.
Comments
Guru saya juga joki disana. Suwandi dan Tung Kurniawan.