Master-Master
Cari Sponsor.
Majalah Tempo, Sabtu, 8
Juli 1972.
Begitu matanja melek,
pagi itu djuga sasarannja ke kedai kopi. Disitu ia membentang papan tjatur. Di Tanah
Karo, ini konon berarti tantangan jang demi kehormatan (adat) harus didjawab
pula.
Dan seperti biasa, ada
sadja jang mau meladeni tantangan itu. Pada saat itulah Monang Sinulingga tidak
menunggu lebih lama untuk memesan setjangkir kopi dan sepiring nasi. Persoalan
perutpun pagi itu teratasi oleh pertaruhan jang dimenangkan Monang terhadap
lawannja. Tanpa disadari, pola kehidupan jang didjalankan Monang sedjak 1961
merupakan awal dari satu proses jang mengangkat dirinja ke-echelon tertinggi dunia tjatur Indonesia - setelah setjara
kebetulan pemuda 26 tahun asal Namutrasi (Kabupaten Langkat) ini diberi
kesempatan mewakili Tanah Karo ke kedjuaraan Sumatera Utara.
Buku.
Apa jang membikin
Monang tjepat melondjak bukan karena teori dari buku-buku tjatur. Sebab
"di Tanah Karo mana ada buku". Tapi rupanja dengan bekal kemauan
keras dan beladjar dari pengalaman serta "tekad untuk membalas setiap
kekalahan", tjukup bagi Monang jang berpendidikan Sekolah Dasar untuk
merebut gelar "Master Nasional".
Dalam final Kedjuaraan
Tjatur Nasional di bulan Djuni jang lalu lihat, bakat alam Monang diudji.
Tertjatat antara lain: menang terhadap Master Internasional Ardiansjah, remise
dengan Master Nasional Arovah Bachtiar dan kalah dari Gozali (Djaya).
Kekalahannja dari
Gozali ini, menurut pengakuan Monang, adalah "kesalahan untuk meniru-niru
pembukaan lawan", katanja, "baru aku tahu apa Sicilian itu".
Beberapa finalis
mengakui bahwa mereka terkedjut dengan beberapa move-move Monang jang diluar perhitungan. Sementara Djuara Pertjasi
tahun lalu Arovah Bachtiar mengakui ketadjaman permainan anak Tanah Karo ini.
"Kalau sadja dia
dapat menguasai kira-kira 8 variant pembukaan,
dia akan lebih baik", komentar Arovach jang kemudian menambahkan bahwa
"permainan pertengahan Monang amat kuat, penuh dengan variasi-variasi jang
orisinil".
Young vs Old. IM Edhi Handoko vs IM Arovah Bachtiar.
Handoko's IM title was yet to make official by FIDE.
Photo © Sejarah Catur Indonesia 1986.
|
Stabil.
Ardiansjah, Master
Internasional jang tidak pernah absen dalam Kedjuaraan Nasional beberapa tahun
ini, ikut menilai: "Pemain alam tjepat menondjol, tapi tjepat pula
djatuh", kata Ardiansjah, "itu pasti. Pemain alam pasti akan djatuh
oleh pemain teori. Sebab teori untuk menstabilkan permainan".
Apa kata Sinulingga
terhadap komentar itu? "Semua lawan saja akan saja pukul. Mereka setingkat
di bawah saja, ketjuali Arovah", katanja dengan lugu, tapi penuh dengan
kejakinan.
Tekad pemain alam ini:
tahun depan pasti ia akan muntjul sebagai djuara, meski kemudian ia menuntut
agar makanan selama di Djakarta "djangan" jang manis-manis
melulu" dan "uang kantong perlu diberikan setiap kali ia
menang".
Berbeda dengan
Sinulingga adalah rekannja Pokan Damanik dari Sumut. Sebagai Master Nasional
baru, 30 tahun, sedjak tahun 1958 Pokan main dengan teori. Bahkan kini aktif
sebagai coach jang memberi peladjaran
teori dalam Pertjasen (Persatuan Tjatur Sentral) Medan, meski dengan tugas
seorang coach itu, Pokan merasa kesempatan untuk mengembangkan diri agak ber-kurang.
Tapi memang mendjadi
tudjuannja untuk melengkapi pemain-pemain Sumut dengan pengetahuan teori.
1001.
Master Nasional baru lainnja Tigor Hutagalung dari DCI Djaya, pernah dalam tahun 1964 mewakili Sumut dalam Kedjuaraan Nasional. Pernah pula merebut gelar Pemain terbaik ke--2 dalam PON VII Surabaja 1969. Kemudian pindah ke Djakarta pada tahun 1970 dan berhasil mendjadi Djuara Ibukota tahun itu djuga.
1001.
Master Nasional baru lainnja Tigor Hutagalung dari DCI Djaya, pernah dalam tahun 1964 mewakili Sumut dalam Kedjuaraan Nasional. Pernah pula merebut gelar Pemain terbaik ke--2 dalam PON VII Surabaja 1969. Kemudian pindah ke Djakarta pada tahun 1970 dan berhasil mendjadi Djuara Ibukota tahun itu djuga.
Berpegang pada
pembukaan favoritnja "Sicilian", Tigor mendjelaskan segi ilmiah dari
permainan tjatur diatas 64 petak dengan "1001 matjam variant" jang
menantangnja untuk menggondol gelar Master Internasional dalam waktu dekat.
Kedjuaraan Tjatur Pcrtjasi (Persatuan Tjatur Se Indonesia) tahun ini jang
berlangsung di Gedung KONI Senajan diliputi oleh suasana baru. Ruangan
pertandingan disegarkan AC, sementara penonton diberi fasilitas untuk mengikuti
setiap langkah permainan melalui papan. Dengan tjatatan tidak boleh merokok dan
tidak memakai sandal. Penerangan dengan lampu neon, meski kurang terang bagi penonton,
tapi tidak memantulkan tjahaja bagi pemain jang berkepentingan.
Sponsor.
Prestasi tahun ini jang
menampilkan 3 Master Nasional baru antaranja pemain alam Sinulingga tidak
mengurangi mutu Kedjuaraan, bahkan sebaliknja menundjukkan grafik menaik. Ini diakui
oleh beberapa peserta jang mengatakan Jacobus Sampouw (MN) memang pantas
mendjadi Djuara tahun 1972 dengan angka jang tjukup mejakinkan. Tapi untuk
meningkatkan mutu olahraga tjatur Indonesia, "tidak ada lain djalan,
ketjuali dibantu oleh sponsor-sponsor", seperti komentar Lugito Hayadi
(MN) dari Djaya jang tersisihkan dalam babak kwalilikasi. Pemain dan penulis
tjatur kawakan ini jang sehari-hari dikenal sebagai anggota "Tunas
Djaya", mengatakan kepada TEMPO bahwa "potensi jang ada pada diri
Ardiansjah dan Arovah sepantasnja dikembangkan setingkat Grand Master dengan
bantuan sponsor jang mau mengirim mereka bertanding keluar negeri".
Dan tambahnja:
"Tjoba berikan mereka kesernpatan setahun bertanding di Eropa, pasti
kelihatan kemadjuannja". Agaknja perbaikan kondisi bertanding dengan
bermuntjulnja master-master baru, toh tidak akan mendorong prestasi
pemain-pemain top Indonesia untuk mentjapai prestasinja lebih tinggi dari
sekarang, djika tidak mendapat bantuan sponsor jang dimaksud.
------------
DCI
Djaya = DKI Jakarta
==============
Tulisan lain tentang Monang Sinulingga dapat dibaca pada link berikut ini :
Monang Sinulingga
==============
Tulisan lain tentang Monang Sinulingga dapat dibaca pada link berikut ini :
Monang Sinulingga
Comments