Skip to main content

Posts

Rumah Baru "Karo Siadi"

Media pembelajaran sejarah bernama “ Karo Siadi ” sudah ada sejak tanggal 05 Agustus 2010 di www.karosiadi.blogspot.com . Setelah 7 tahun lebih kami menemani, kini kami berpindah ke alamat yang baru yaitu www.karosiadi.com . Kiranya rumah yang baru ini dapat lebih memperluas jangkauan para pembaca umumnya dan kian berguna bagi Orang Karo khususnya. Mejuah-juah Kita Kerina
Recent posts

Dari Pacuan Kuda Hingga Pacuan Adu Nasib di Tuntungan (1972)

Ilustrasi Pacuan Kuda (sumber foto : Unsplash.com ) Awal bulan Mei tahun 1972, Medan mempunyai arena pacuan kuda baru yang diresmikan oleh Gubernur Marah Halim . Letaknya di Tuntungan. Sebenarnya di jaman kolonial Belanda pun, Medan sudah punya arena pacuan kuda. Pada tahun 1898, Medan sudah memiliki Race Baan (Arena Balap) untuk pacuan kuda. Lokasinya berada di sebelah kanan dari Lapangan Esplanade (sekarang dinamakan Lapangan Merdeka ).   Kala itu, setiap 2 kali setahun diadakan perlombaan pacuan kuda.   Race Baan tahun 1898 di Medan (sumber : tembakaudeli.blogspot.com ) Arena pacuan kuda baru yang berada di Tuntungan ini dulunnja adalah milik Kodam II Bukit Barisan dan kini sudah dirubah namanya   menjadi Medan Racing Company (MRC). MRC adalah hasil kerjasama antara Hewett, Spicer & Selman (HSS) dari Australia dengan PT. Peternakan Sumut   yang dipimpin   oleh Kolonel Nelang Sembiring . MRC didirikan sebagai upaya   dari maksud untuk menarik

Keyakinan Besar Monang Sinulingga (1972)

Master-Master Cari Sponsor. Majalah Tempo, Sabtu, 8 Juli 1972. Begitu matanja melek, pagi itu djuga sasarannja ke kedai kopi. Disitu ia membentang papan tjatur. Di Tanah Karo, ini konon berarti tantangan jang demi kehormatan (adat) harus didjawab pula. Dan seperti biasa, ada sadja jang mau meladeni tantangan itu. Pada saat itulah Monang Sinulingga tidak menunggu lebih lama untuk memesan setjangkir kopi dan sepiring nasi. Persoalan perutpun pagi itu teratasi oleh pertaruhan jang dimenangkan Monang terhadap lawannja. Tanpa disadari, pola kehidupan jang didjalankan Monang sedjak 1961 merupakan awal dari satu proses jang mengangkat dirinja ke- echelon tertinggi dunia tjatur Indonesia - setelah setjara kebetulan pemuda 26 tahun asal Namutrasi (Kabupaten Langkat) ini diberi kesempatan mewakili Tanah Karo ke kedjuaraan Sumatera Utara. Buku. Apa jang membikin Monang tjepat melondjak bukan karena teori dari buku-buku tjatur. Sebab "di Tanah Karo mana ada buk

Orang Karo dan Kebanggaannya

Gambar President Taxi. Orang Karo dan Kebanggaannya. Oleh Abdurrahman Wahid. Majalah Tempo, Sabtu, 13 Agustus 1983. Sehari-hari ia mangkal di depan terminal bis kota Blok M, Kebayoran Baru, Jakarta. Taksi yang dikemudikannya bercat kuning tua, dan ia sendiri memakai seragam biru, "baju kebesaran" sopir President Taxi. Raut wajahnya mengeras, buah pergulatan tidak berkeputusan dengan kehidupan, terombang-ambing antara keharusan memenuhi uang setoran dan tuntutan kebutuhan rumah tangga. Dan begitu taksi, bergerak, segera beralun sebuah lagu merdu dari cassette recorder . Tancap! .... Dibawanya kendaraan asuhannya dengan santai. Lagu yang berkumandang bukan lagu Barat, bukan pula irama dangdut. "Lagu daerah saya sendiri Pak! Hitung-hitung obat rindu. Tidak dapat pulang ke kampung tahun ini." Dilanjutkannya, lagu itu dibawakan seorang penyanyi remaja yang baru mulai manggung di Medan, bernama Agustino Tarigan. Saya komentari bahwa suaranya

Tama Ginting dan Patjar Merah Indonesia (Bagian 1)

Di Kampung Tanjung, tidak jauh dari Tanjung Morawa (Kecamatan Senembah Tanjung Muda Hilir, Deli Serdang) pada tahun 1918 lahirlah seorang anak lagi-laki dari merga Ginting Munthe. Ibunya Beru Purba adalah anak dari Sibayak Pa Landas Purba, Ibunya kelahiran Kampung Kabanjahe. Anak ini diberi nama Tama Ginting oleh pamannya, saudara kandung sang ibu. Setelah besar, ia disekolahkan di Kabanjahe di Vervolg School. Ia termasuk siswa yang rajin, pembersih dan pandai. Tama Ginting menumpang di rumah pamannya bernama Gempang Purba di Kabanjahe. Karena rajin dan pintar, Tama Ginting sangat disayang oleh paman dan kakeknya, Sibayak Pa Landas Purba. Setelah tamat sekolah, Tama Ginting bekerja di perusahaan pamannya yang menjual daging lembu dan kerbau di pasar Kabanjahe dan Berastagi. Pamannya termasuk salah satu orang terkaya di Kabanjahe dan mempunyai tanah yang luas. Walaupun Tama Ginting sudah bekerja, ia tetap rajin membaca banyak buku, baik buku biografi, kebud

Karo Bukan Batak : Koreksi pada P. Tamboen

Prof. Henry Guntur Tarigan saat masih mahasiswa jurusan bahasa di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Bandung, pada tahun 1958 pernah melakukan suatu koreksi atas buku “Adat Istiadat Karo” karangan P. Tambun. Ia mengkoreksi buku ini mengenai tulisan di buku ini bahwa Suku Karo berasal (turunan) dari Batak Toba dari sudut Etimologi bahasa. Henry Guntur memberi judul tulisannya “KAROMERGANA.” Henry Guntur menulisnya di Majalah Bahasa dan Budaya Tahun ke VII No. 1/1958, Jakarta. Dapat dibaca pada link berikut ini : https://karosiadi.blogspot.co.id/…/karomergana-oleh-henry-g… Ternyata Brahama Putro (K.S. Brahmana) di buku "Karo dari Zaman ke Zaman Jilid 1," juga pernah mengkoreksi P. Tambun. Di dalam buku "Adat Istiadat Karo" halaman 64, P. Tamboen menulis : "Bangsa Karo adalah satu cabang dari Lima Batak (Karo, Toba, Angkola, Pakpak dan Mandailing) yang satu sama lain mempunyai persamaan tentang tulisan, bahasa, adat istiadat, sehingga a

Kumpul Sinuhaji, Dibuang ke Ambon Hingga Ikut Pertempuran di Surabaya

Tentara India Britania menembaki penembak runduk Indonesia  di balik tank Indonesia yang terguling dalam pertempuran di Surabaya, November 194 Setelah Partindo bubar, pada tahun 1937   berdirilah Partai Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo) di Jakarta. Gerindo didirikan oleh para pemuda pejuang seperti : Amir Syarifuddin, Mhd. Yamin, Sartono, Adam Malik, Adnan Kapau Gani dll. Pendirian cabang-cabang di daerah pun dilakukan, Di Sumatera Utara, pemuda-pemuda seperti Muhammad Joni (Banteng Gemuk), Jakup Siregar, Mhd. Saleh Umar, Marzuki Lubis, Mualif Nasution, Terluda Sembiring Brahmana, Ibu Hadijah, Andico dll sepakat mendirikan Gerindo Sumatera   Utara. Berkedudukan di Medan dan dipercayakan Mhd. Joni sebagai Ketua I dan Jakup Siregar sebagai Ketua II. Di Arnhemia (Pancur Batu) pun berdiri, Di tahun 1937, berdiri Gerindo Cabang Arnhemia. Nahar Purba, Terluda Brahmana dan Kitei Purba diutus dari Medan untuk mendirikan Cabang di Arnhemia.   Didirikan pula Ranting-r