Skip to main content

Perempuan Karo di Sampul Buku Photographs of the Netherlands East Indies at the Tropenmuseum



Wajah perempuan Karo yang memakai perhiasan Padung menjadi pilihan sampul buku “Photographs of the Netherlands East Indies at the Tropenmuseum" di antara 120 foto yang berasal dari foto-foto di Hindia Belanda yang terdapat di dalamnya.

Buku ini adalah volume keempat dari serangkaian sepuluh buku yang membahas koleksi Tropenmuseum dan sejarah dan cerita yang menyertai mereka. Buku-buku menjelaskan koleksi museum, membahas benda-benda dalam konteks aslinya, sejarah sosial dan makna kontemporer. Penekanan utama terletak pada sejarah dari setiap koleksi. Setiap volume digambarkan dengan benda-benda dan foto-foto dari koleksi Tropenmuseum.

"Foto-foto Hindia Belanda di Tropenmuseum" menawarkan pengenalan yang komprehensif dan merupakan salah satu koleksi yang paling penting dari fotografi kolonial di dunia. Tidak ada koleksi lainnya di Tropenmuseum yang sangat terkait erat dengan sejarah lembaga itu sendiri. Foto-foto yang sudah dikumpulkan di akhir abad kesembilan belas dan telah terus-menerus dilengkapi dengan gambar untuk menciptakan perspektif seluas mungkin perkembangan topikal di Hindia Belanda. Setelah Indonesia merdeka pada 1945, pentingnya koleksi foto-foto bersejarah menurun dan itu mengarah kepada ketidakjelasan. Minat pada koleksi bersemi kembali kemudian ketika sekelompok besar orang di Belanda datang untuk memandangnya sebagai suatu dunia yang hilang yang  semakin romantis. Dari tahun 1980-an koleksi-koleksi ini menjadi sumber informasi sejarah dan subjek skala luas bagi penelitian akademik.

Digambarkan dengan lebih dari 120 foto, buku ini memberikan wawasan mengenai bagaimana sikap masyarakat terhadap koleksi  telah berubah selama 150 tahun terakhir dan berbagai cara di mana telah digunakan oleh Tropenmuseum dan pendahulunya untuk menjaganya. (Sumber : KIT Publishers)



Judul : Photographs of the Netherlands East Indies at the Tropenmuseum
           Seri  Collections at the Tropenmuseum
Penulis : Janneke van Dijk, Rob Jongmans, Anouk Mansfeld, Steven Vink, Pim Westerkamp
ISBN      : 9789460221934
Penerbit  : KIT Publishers
Halaman : 120 halaman
Terbit : September 2012
Harga :  € 34.50


peluncuran perdana
Eindelijk begonnen! Wat is koloniaal aan koloniale fotografie.
sumbe : Tropenmuseum FB


Comments

Popular posts from this blog

Nasehat-Nasehat dan Ungkapan-Ungkapan

Nasehat-Nasehat Orang tua Karo, termasuk orang tua yang suka memberikan nasehat-nasehat kepada anggota keluarganya. Dalam nasehat yang diberikan selalu ditekankan, agar menyayangi orang tua, kakak/abang atau adik, harus berlaku adil. Menghormati kalimbubu, anakberu, senina sembuyak, serta tetap menjaga keutuhan keluarga.   Beberapa nasehat-nasehat orang-orang tua Karo lama, yang diungkapkan melalui ungkapan-ungkapan antara lain: Ula belasken kata la tuhu, kata tengteng banci turiken . Artinya jangan ucapkan kata benar, tetapi lebih baik mengucapkan kata yang tepat/pas. Ula kekurangen kalak enca sipandangi, kekurangenta lebe pepayo , artinya jangan selalu melihat kekurangan orang lain, tetapi lebih baik melihat kekurangan  kita (diri) sendiri atau  Madin me kita nggeluh, bagi surat ukat, rendi enta, gelah ula rubat ,  artinya lebih baik kita hidup seperti prinsip  surat ukat (surat sendok), saling memberi dan memintalah agar jangan sampai berkelahi. Beliden untungna si apul-apulen

Kumpulan Teks dan Terjemahan Lagu-lagu Karya Djaga Depari (bagian 2)

8. Mari Kena Mari turang geget ate mari kena Sikel kal aku o turang kita ngerana Aloi, aloi kal aku Kena kal nge pinta-pintangku Mari turang iah mari kena Mari turang iah mari kena Tebing kal kapen o turang ingandu ena Nipe karina i jena ringan i jena Tadingken kal ingandu ena Mari ras kal kita jenda Mari turang iah mari kena Mari turang iah mari kena Tertima-tima kal kami kerina gundari Kalimbubu, anak beru ras seninanta merari Mulih kal gelah kena keleng ate Ras kal kita jenda morah ate Ula lebe meja dage Mari turang iah mari kena Mari turang iah mari kena (sumber : Henry Guntur Tarigan, Piso Surit tahun 1990 halaman : 132) Mari Kena (Marilah mari) Mari adinda sayang marilah mari Ingin daku kita berbicara Dengar, dengarkanlah daku Dikaulah yang sangat kurindukan Mari, marilah sayang Mari, marilah sayang Sangat terjal jalan ke rumahmu sayang Ada banyak ular pula di situ Tinggalkanlah rumahmu itu Mari kita bersama di si

Musik Karo - Gendang Tiga Sendalanen (bagian 5)

7.2 Gendang telu sendalanen Secara harfiah Gendang telu sendalanen memiliki pengertian tiga alat musik yang sejalan atau dimainkan secara bersama-sama (sama seperti pengertian Gendang Lima Sendalanen). Ketiga alat musik tersebut adalah (1)  Kulcapi/balobat , (2)  ketengketeng,  dan (3)  mangkok.  Dalam ensambel  ini ada dua istrumen yang bisa digunakan sebagai pembawa melodi yaitu   Kulcapi  atau  balobat.   Pemakaian  Kulcapi atau balobat  sebagai pembawa melodi dilakukan secara terpisah dalam upacara yang berbeda.  Sedangkan  Keteng-keteng dan  mangkok merupakan alat musik pengiring yang menghasilkan pola-pola ritem yang bersifat konstan dan repetitif. Jika  Kulcapi digunakan sebagai pembawa melodi, dan  keteng-keteng  serta mangkok sebagai alat musik pengiringnya, maka istilah  Gendang telu sendalanen sering disebut   Gendang Lima Sendalanen Plus Kulcapi ,  dan jika balobat sebagai pembawa melodi, maka istilahnya  tersebut  menjadi  gendang balobat.  Masing-masing alat mu