Skip to main content

Rumah Budaya Siwaluh Jabu (2014)



(Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya)

Secara harfiah, Siwaluh Jabu dapat diartikan sebagai sebuah rumah adat Karo yang didiami delapan kepala keluarga. Pada karya ini, konsep rumah adat Karo dimunculkan dalam bentuk bangunan modern dengan kekuatan pada rupa fisiknya yang memiliki konsep eksoskeleton (rangka luar yang menyelimuti bagian tubuh) pada bangunan galeri, yang dihubungkan dengan bangunan operasional menggunakan jembatan kaca.


Proses desain ini diawali dengan mengambil siluet bangunan Siwaluh Jabu yang memiliki ciri khas pada bentuk atapnya yang bertingkat dua. Untuk memperbaharui citra bangunan rumah adat ini, atap bagian atas dipangkas, menyisakan bentuk atap pelana yang digunakan sebagai bentuk fisik bangunan rumah budaya modern. Bentuk ini juga menghadirkan citra deleng (gunung) yang agung dan megah.


Struktur utama tiang bangunan Siwaluh Jabu pada bangunan utama dibuat terpisah dengan eksoskeleton yang menyelimuti tubuh bangunan. Kesan modern yang kuat nampak lewat penggunaan material panel aluminium komposit pada struktur bangunan. Struktur eksoskeleton terdiri dari susunan pipa besi yang membentuk motif cicak, yang merupakan satu bentuk aksesori rumah adat Karo.



Salah satu esensi bangunan rumah adat Karo yang juga dimunculkan pada Siwaluh Jabu adalah konsep keterbukaan yang meminimalisasi sekat pada interior bangunan. Sebuah area yang luas dan tinggi di tengah bangunan dimanfaatkan sebagai galeri. Minim ornament serta hanya memanfaatkan skylight yang tinggi sebagai satu-satunya sumber cahaya, ruang ini dibuat sebagai representasi deleng yang agung.



Ventilasi udara yang selalu terjaga berkat atap rumah adat Karo yang khas, dimunculkan juga pada konsep bangunan ini. Atap tinggi dan mengerucut pada Siwaluh Jabu membawa udara panas di dalam ruangan naik ke lubang angin di bagian skylight. Bukaan ini juga memungkinkan terjadinya sirkulasi silang antara celah pada atap dengan bukaan di area bawah yang terhubung ke arah amphitheatre yang menyatu dengan alam.

-------------------

Desain Rumah Budaya Siwaluh Jabu oleh Theodorus Muyanandrio Wicaksono dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (Surabaya) adalah salah satu dari 35 karya pilihan yang dibukukan dengan tajuk “Eksplorasi Desain Arsitektur Nusantara.”  Desain Rumah Budaya Siwaluh Jabu ini adalah salah satu dari 261 karya peserta yang masuk ke meja Panitia Sayembara Desain Arsitektur Nusantara. Sayembara telah dibuka pada tanggal 12 April 2013 yang menjaring peserta mahasiswa arsitektur dan arsitek muda Indonesia.

Pada akhirnya diumumkan nama-nama pemenang : 3 orang Pemenang Utama dan 3 orang Pemenang Harapan dan 29 merupakan Karya Pilihan. Desain Rumah Budaya Siwaluh Jabu merupakan salah satu dari 29 karya pilihan.

Seperti yang dikatakan oleh Yuwono Imanto, sebagai ketua panitia Sayembara Desain Arsitektur Nusantara dan juga marketing Director PT. Propan Raya, tidak banyak karya desain arsitek Indonesia yang sumber inspirasi desainnya menggunakan gaya arsitektur asli Indonesia. Demikian pula hampir tidak ada properti dan real estate yang mengangkat kearifan budaya Indonesia pada desain bangunan mereka, bahkan nama-nama proyeknya pun kebanyakan menggunakan bahasa asing.  Untuk itu beliau mengajak untuk bersama-sama melestarikan, mengkinikan dan menduniakan Arsitektur Nusantara untuk Indonesia tercinta. Semoga.

Sumber : 35 Karya Pilihan PROPAN, Sayembara Desain Arsitektur Nusantara “Eksplorasi Desain Arsitektur Nusantara.” 2014


Dapat juga langsung dilihat di laman berikut : Arsitekturnusantara.propanraya.com/8-rumah-budaya-siwaluh-jabu




Comments

rumahkaro said…
Rumah Adat Suku Karo (RASK) yakni
Rumah Budaya Siwaluh Jabu, adalah unik, menurut dugaan saya besar kemungkinan hanya terjadi di Suku Karo. Kekerabatan antar delapan rumahtangga yg mendiami RASK menjadi cikal bakal budaya Suku Karo masa kini. Aslinya tanpa sekat permanen dan plong pandang ketiap sudut ruang di siang hari. Malam hari ada pembatas tikar pandan yg diletakkan diatas bilah bambu seperti menjemur tikar sehingga Suami istri dan anak dibawah umur ABG tak tampak bebas pandang saat tidur. Anak ABG tidur di luar RASK yakni di Lumbung padi. atau Jambur Desa.Rumah ini kokoh mampu berdiri sekitar 300 tahun. http://rumahkaro.blogspot.com/

Popular posts from this blog

Nasehat-Nasehat dan Ungkapan-Ungkapan

Nasehat-Nasehat Orang tua Karo, termasuk orang tua yang suka memberikan nasehat-nasehat kepada anggota keluarganya. Dalam nasehat yang diberikan selalu ditekankan, agar menyayangi orang tua, kakak/abang atau adik, harus berlaku adil. Menghormati kalimbubu, anakberu, senina sembuyak, serta tetap menjaga keutuhan keluarga.   Beberapa nasehat-nasehat orang-orang tua Karo lama, yang diungkapkan melalui ungkapan-ungkapan antara lain: Ula belasken kata la tuhu, kata tengteng banci turiken . Artinya jangan ucapkan kata benar, tetapi lebih baik mengucapkan kata yang tepat/pas. Ula kekurangen kalak enca sipandangi, kekurangenta lebe pepayo , artinya jangan selalu melihat kekurangan orang lain, tetapi lebih baik melihat kekurangan  kita (diri) sendiri atau  Madin me kita nggeluh, bagi surat ukat, rendi enta, gelah ula rubat ,  artinya lebih baik kita hidup seperti prinsip  surat ukat (surat sendok), saling memberi dan memintalah agar jangan sampai berkelahi. Beliden untungna si apul-apulen

Kumpulan Teks dan Terjemahan Lagu-lagu Karya Djaga Depari (bagian 2)

8. Mari Kena Mari turang geget ate mari kena Sikel kal aku o turang kita ngerana Aloi, aloi kal aku Kena kal nge pinta-pintangku Mari turang iah mari kena Mari turang iah mari kena Tebing kal kapen o turang ingandu ena Nipe karina i jena ringan i jena Tadingken kal ingandu ena Mari ras kal kita jenda Mari turang iah mari kena Mari turang iah mari kena Tertima-tima kal kami kerina gundari Kalimbubu, anak beru ras seninanta merari Mulih kal gelah kena keleng ate Ras kal kita jenda morah ate Ula lebe meja dage Mari turang iah mari kena Mari turang iah mari kena (sumber : Henry Guntur Tarigan, Piso Surit tahun 1990 halaman : 132) Mari Kena (Marilah mari) Mari adinda sayang marilah mari Ingin daku kita berbicara Dengar, dengarkanlah daku Dikaulah yang sangat kurindukan Mari, marilah sayang Mari, marilah sayang Sangat terjal jalan ke rumahmu sayang Ada banyak ular pula di situ Tinggalkanlah rumahmu itu Mari kita bersama di si

Musik Karo - Gendang Tiga Sendalanen (bagian 5)

7.2 Gendang telu sendalanen Secara harfiah Gendang telu sendalanen memiliki pengertian tiga alat musik yang sejalan atau dimainkan secara bersama-sama (sama seperti pengertian Gendang Lima Sendalanen). Ketiga alat musik tersebut adalah (1)  Kulcapi/balobat , (2)  ketengketeng,  dan (3)  mangkok.  Dalam ensambel  ini ada dua istrumen yang bisa digunakan sebagai pembawa melodi yaitu   Kulcapi  atau  balobat.   Pemakaian  Kulcapi atau balobat  sebagai pembawa melodi dilakukan secara terpisah dalam upacara yang berbeda.  Sedangkan  Keteng-keteng dan  mangkok merupakan alat musik pengiring yang menghasilkan pola-pola ritem yang bersifat konstan dan repetitif. Jika  Kulcapi digunakan sebagai pembawa melodi, dan  keteng-keteng  serta mangkok sebagai alat musik pengiringnya, maka istilah  Gendang telu sendalanen sering disebut   Gendang Lima Sendalanen Plus Kulcapi ,  dan jika balobat sebagai pembawa melodi, maka istilahnya  tersebut  menjadi  gendang balobat.  Masing-masing alat mu