Skip to main content

Akan Terbit Sejarah Etnografis Perjuangan Kemerdekaan RI (1945-1950) di Dataran Tinggi Karo



JUARA R.GINTING. LEIDEN. Dari tahun 1982 hingga 1985, Prof. Dr. Mary Steedly, guru besar Antropologi di Universitas Harvard (USA), melakukan penelitian mengenai Karo di Medan, Deliserdang dan Kabupaten Karo yang kemudian menghasilkan buku berjudul Haging Without A Rope: Narrative Experience in Colonial and Post Colonial Karoland (1993). Kini, Steedly sedang mempersiapkan penerbitan sebuah buku baru berjudul Rifle Reports: A Story of Indonesian Independence. Buku ini berisikan sejarah etnografis mengenai perjuangan kemerdekaan RI (1945-50) di Dataran Tinggi Karo.

Setelah menyelesaikan bukunya yang pertama, Steedly melakukan beberapa kali penelitian singkat di Tanah Karo yang kemudian dia terbitkan dalam bentuk beberapa artikel. Kini, dia telah merampungkan naskah bukunya yang terbaru.

Sebelum diterbitkan, naskah buku ini akan didiskusikan Jumat 27 April 2012 di Bowdich, Peabody Museum, 11 Divinity Avenue (Keterangan selengkapnya lihat poster di bawah). Bertindak sebagai pembanding adalah Nancy Florida (guru besar mengenai Jawa dan Islam di Universitas Michigan (USA), Patricia Spyer (guru besar antropologi mengenai Indonesia kontemporer di Universitas Leiden) dan Tinuk Yampolsky (novelis). Sumber : SORA SIRULO




Comments

Unknown said…
terima kasih gan atas informasi nya

jangan lupa kunjungi juga situs kami di

http://stisitelkom.ac.id

Popular posts from this blog

Nasehat-Nasehat dan Ungkapan-Ungkapan

Nasehat-Nasehat Orang tua Karo, termasuk orang tua yang suka memberikan nasehat-nasehat kepada anggota keluarganya. Dalam nasehat yang diberikan selalu ditekankan, agar menyayangi orang tua, kakak/abang atau adik, harus berlaku adil. Menghormati kalimbubu, anakberu, senina sembuyak, serta tetap menjaga keutuhan keluarga.   Beberapa nasehat-nasehat orang-orang tua Karo lama, yang diungkapkan melalui ungkapan-ungkapan antara lain: Ula belasken kata la tuhu, kata tengteng banci turiken . Artinya jangan ucapkan kata benar, tetapi lebih baik mengucapkan kata yang tepat/pas. Ula kekurangen kalak enca sipandangi, kekurangenta lebe pepayo , artinya jangan selalu melihat kekurangan orang lain, tetapi lebih baik melihat kekurangan  kita (diri) sendiri atau  Madin me kita nggeluh, bagi surat ukat, rendi enta, gelah ula rubat ,  artinya lebih baik kita hidup seperti prinsip  surat ukat (surat sendok), saling memberi dan memintalah agar jangan sampai berkelahi. Beliden untungna si apul-apulen

Kumpulan Teks dan Terjemahan Lagu-lagu Karya Djaga Depari (bagian 2)

8. Mari Kena Mari turang geget ate mari kena Sikel kal aku o turang kita ngerana Aloi, aloi kal aku Kena kal nge pinta-pintangku Mari turang iah mari kena Mari turang iah mari kena Tebing kal kapen o turang ingandu ena Nipe karina i jena ringan i jena Tadingken kal ingandu ena Mari ras kal kita jenda Mari turang iah mari kena Mari turang iah mari kena Tertima-tima kal kami kerina gundari Kalimbubu, anak beru ras seninanta merari Mulih kal gelah kena keleng ate Ras kal kita jenda morah ate Ula lebe meja dage Mari turang iah mari kena Mari turang iah mari kena (sumber : Henry Guntur Tarigan, Piso Surit tahun 1990 halaman : 132) Mari Kena (Marilah mari) Mari adinda sayang marilah mari Ingin daku kita berbicara Dengar, dengarkanlah daku Dikaulah yang sangat kurindukan Mari, marilah sayang Mari, marilah sayang Sangat terjal jalan ke rumahmu sayang Ada banyak ular pula di situ Tinggalkanlah rumahmu itu Mari kita bersama di si

Musik Karo - Gendang Tiga Sendalanen (bagian 5)

7.2 Gendang telu sendalanen Secara harfiah Gendang telu sendalanen memiliki pengertian tiga alat musik yang sejalan atau dimainkan secara bersama-sama (sama seperti pengertian Gendang Lima Sendalanen). Ketiga alat musik tersebut adalah (1)  Kulcapi/balobat , (2)  ketengketeng,  dan (3)  mangkok.  Dalam ensambel  ini ada dua istrumen yang bisa digunakan sebagai pembawa melodi yaitu   Kulcapi  atau  balobat.   Pemakaian  Kulcapi atau balobat  sebagai pembawa melodi dilakukan secara terpisah dalam upacara yang berbeda.  Sedangkan  Keteng-keteng dan  mangkok merupakan alat musik pengiring yang menghasilkan pola-pola ritem yang bersifat konstan dan repetitif. Jika  Kulcapi digunakan sebagai pembawa melodi, dan  keteng-keteng  serta mangkok sebagai alat musik pengiringnya, maka istilah  Gendang telu sendalanen sering disebut   Gendang Lima Sendalanen Plus Kulcapi ,  dan jika balobat sebagai pembawa melodi, maka istilahnya  tersebut  menjadi  gendang balobat.  Masing-masing alat mu