Skip to main content

Max Fleischer Melukis Taneh Karo (1913)




Sebuah desa di Karo (1913)
Nama lengkapnya adalah Richard Paul Max Fleischer (4 Juli 1861 - 3 April 1930). Max Fleischer adalah seorang pelukis Jerman dan juga seorang ahli botani. Sebagai ahli botani ia dikenang karena penelitiannya dengan tumbuhan lumut di Jawa.

Max Fleischer mengambil kelas seni di Breslau, kualifikasi sebagai guru seni pada tahun 1881. Lalu dia melanjutkan studi di Munich dan Paris, di mana minatnya pada ilmu alam tumbuh, kemudian pindah ke Zurich pada tahun 1892 untuk mempelajari geologi. Sejak tahun 1890-an, ia diundang oleh ahli botani Melchior Treub ke Jawa sebagai ilustrator. Ia mengumpulkan spesimen botani dan melakukan penyelidikan tumbuhan lumut. Selama waktunya dihabiskan di Hindia Belanda, ia belajar teknik menciptakan cetakan batik dari pewarna nabati

Setelah beberapa tahun di Jawa, ia melakukan perjalanan ke New Guinea, Kepulauan Bismarck, Australia, Selandia Baru dan Amerika Selatan, sebelum kembali ke Jerman pada tahun 1903. Dari tahun 1908-1913 ia kembali mengunjungi Asia Tenggara, di mana sebagian besar waktunya mengumpulkan lumut, jamur dan anggrek di pulau Jawa.

Pada tahun 1914 ia mulai bekerja di museum botani di Berlin dan tiga tahun kemudian, ia menjadi guru besar botani di Universitas Berlin. Pada 1925 ia melakukan perjalanan ke Kepulauan Canary untuk melukis dan mempelajari tumbuhan lumut. Tahun berikutnya, ia pindah ke Den Haag, dan pada tahun 1927 ia kembali ke Canaries dengan istrinya. Ia meninggal pada tahun 1930.

Selain lukisan di atas, Max Fleischer juga menghasilkan lukisan lainnya, antara lain :

Alun-Alun dengan pohon beringin di Yogyakarta
(1912)
Tiga orang di sebuah kolam
(1899)
Botanical Garden di Bogor
(1900)
Empat candi di Dieng Plateau
(1912)

Comments

Popular posts from this blog

Nasehat-Nasehat dan Ungkapan-Ungkapan

Nasehat-Nasehat Orang tua Karo, termasuk orang tua yang suka memberikan nasehat-nasehat kepada anggota keluarganya. Dalam nasehat yang diberikan selalu ditekankan, agar menyayangi orang tua, kakak/abang atau adik, harus berlaku adil. Menghormati kalimbubu, anakberu, senina sembuyak, serta tetap menjaga keutuhan keluarga.   Beberapa nasehat-nasehat orang-orang tua Karo lama, yang diungkapkan melalui ungkapan-ungkapan antara lain: Ula belasken kata la tuhu, kata tengteng banci turiken . Artinya jangan ucapkan kata benar, tetapi lebih baik mengucapkan kata yang tepat/pas. Ula kekurangen kalak enca sipandangi, kekurangenta lebe pepayo , artinya jangan selalu melihat kekurangan orang lain, tetapi lebih baik melihat kekurangan  kita (diri) sendiri atau  Madin me kita nggeluh, bagi surat ukat, rendi enta, gelah ula rubat ,  artinya lebih baik kita hidup seperti prinsip  surat ukat (surat sendok), saling memberi dan memintalah agar jangan sampai berkelahi. Beliden untungna si apul-apulen

Kumpulan Teks dan Terjemahan Lagu-lagu Karya Djaga Depari (bagian 2)

8. Mari Kena Mari turang geget ate mari kena Sikel kal aku o turang kita ngerana Aloi, aloi kal aku Kena kal nge pinta-pintangku Mari turang iah mari kena Mari turang iah mari kena Tebing kal kapen o turang ingandu ena Nipe karina i jena ringan i jena Tadingken kal ingandu ena Mari ras kal kita jenda Mari turang iah mari kena Mari turang iah mari kena Tertima-tima kal kami kerina gundari Kalimbubu, anak beru ras seninanta merari Mulih kal gelah kena keleng ate Ras kal kita jenda morah ate Ula lebe meja dage Mari turang iah mari kena Mari turang iah mari kena (sumber : Henry Guntur Tarigan, Piso Surit tahun 1990 halaman : 132) Mari Kena (Marilah mari) Mari adinda sayang marilah mari Ingin daku kita berbicara Dengar, dengarkanlah daku Dikaulah yang sangat kurindukan Mari, marilah sayang Mari, marilah sayang Sangat terjal jalan ke rumahmu sayang Ada banyak ular pula di situ Tinggalkanlah rumahmu itu Mari kita bersama di si

Musik Karo - Gendang Tiga Sendalanen (bagian 5)

7.2 Gendang telu sendalanen Secara harfiah Gendang telu sendalanen memiliki pengertian tiga alat musik yang sejalan atau dimainkan secara bersama-sama (sama seperti pengertian Gendang Lima Sendalanen). Ketiga alat musik tersebut adalah (1)  Kulcapi/balobat , (2)  ketengketeng,  dan (3)  mangkok.  Dalam ensambel  ini ada dua istrumen yang bisa digunakan sebagai pembawa melodi yaitu   Kulcapi  atau  balobat.   Pemakaian  Kulcapi atau balobat  sebagai pembawa melodi dilakukan secara terpisah dalam upacara yang berbeda.  Sedangkan  Keteng-keteng dan  mangkok merupakan alat musik pengiring yang menghasilkan pola-pola ritem yang bersifat konstan dan repetitif. Jika  Kulcapi digunakan sebagai pembawa melodi, dan  keteng-keteng  serta mangkok sebagai alat musik pengiringnya, maka istilah  Gendang telu sendalanen sering disebut   Gendang Lima Sendalanen Plus Kulcapi ,  dan jika balobat sebagai pembawa melodi, maka istilahnya  tersebut  menjadi  gendang balobat.  Masing-masing alat mu