Skip to main content

Si Radjanta Menggugat Raja Kelelong




Sibayak Lingga Raja Kelelong
ditabalkan menjadi  Sibayak Lingga pada tgl 25 Juli 1935
Sibayak Lingga, Pa Sendi dan keluarga

Kabar dari Kesibayakan Lingga.

Sejak beberapa bulan lalu di Kesibayakan Lingga, ada permintaan yang dibuat oleh Si Radjanta, Kepala Oeroeng Teloe Kuru (Kesibayakan Lingga) akan kepemimpinan di Kesibayakan Lingga yang diajukan ke Pemerintah.

Masalahnya adalah sebagai berikut:

Pada tahun 1907 di daerah Lingga ada dua pemimpin yaitu Pa  Sendi dan Pa Terang. Pa Terang  adalah anak tertua dan karena itu lebih tinggi posisinya dibanding Pa Sendi. Pada tahun 1921, Pa Terang meninggal dunia, sehingga Pa Sendi melanjutkan kepemimpinan di Kesibayakan Lingga sampai tahun 1934.

Setelah kematian Pa Sendi di tahun 1934, kekuasaan sepertinya akan diturunkan kepada putra Pa Sendi yang berusia 25 tahun yang bernama Raja Kelelong.  Perihal rencana ini, anak almarhum Pa Terang yaitu Si Radjanta merasa dilangkahi. Ia sebagai satu-satunya anak yang masih hidup dari anak tertua Sibajak mengklaim memiliki  sebagai pemimpin.

Namun, harus diakui bahwa pemimpin dari Baroes Djahé, Koeta Boeloeh, Lingga, Sarinembah dan Sukkah (Suka) sudah memiliki keputusan yang diambil pada tanggal 23 Juli 1926 di mana peralihan penguasa atas Kesibayakan Baroes Djahé, Lingga dan Sarinembah akan turun-temurun dan hanya akan dilanjutkan pada keturunan yang lain bila  tidak adanya keturunan dari pemimpin yang mangkat. Keputusan ini kemudian disetujui oleh Gubernur Pantai Timur Sumatera dan atas dasar itu, sehingga tampak jelas bahwa anak Pa Sendi mengambil alih pemerintahan.

Namun, putra Pa Terang, Si Radjanta, berpendapat bahwa keputusan itu  tidak memiliki dasar yang jelas, sehingga ia mengajukan permohonan kepada Gubernur,  "keputusan pengaturan penguasa tentu demi  menjaga martabat diri dari sang pemimpin  dan untuk  memastikan keberlanjutan kekuasaan keturunan mereka. "

Si Radjanta menyatakan keputusan itu jauh dari tujuan.

Menurut penilainnya gejolak yang sama akan muncul dalam empat Kesibayakan lainnya karena mengaku akan didukung oleh  orang-orangnya.

Karena ia adalah keturunan dari Sibajak tertua dan karena itu - dengan mengabaikan keputusan keputusan lainnya -   ia mempunyai hak, Si Radjanta akhirnya kepada Gubernur minta untuk dikukuhkan sebagai pemimpin Kesibayakan Lingga dan beroleh kekuasaannya

Dari Koran :  Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië
26-03-1935







In het Landschap Lingga.

Sedert eenige maanden is in het landschap Lingga en Onderhoorigheden een Zelfbestuurs-kwestie aanhangig, waarover een request werd ingediend door zekeren Si Radjanta, oeroeng-hoofd in de oeroeng Teloe Koeroe (landschap Lingga) ; dit request heeft, zoo verneemt de „Dcli Crt.", thans via de verschillende offieieele instanties de Regeering bereikt en een beslissing zal zeker niet lang meer uitblijven.

De kwestie waar het om gaat, is de volgende :

In 1907 waren in het landschap Lingga twee bestuurders, namelijk Pa Sendi en Pa Terang, waarvan laatstgenoemde de oudste was en derhalve hooger in rang stond dan Pa Sendi. In 1921 overleed echter Pa Terang, zoodat Pa Sendi als eenige bestuurder van het landschap Lingga overbleef, totdat hij in 1934 ook het tijdelijke met het eeuwige verwisselde.

Na dit overlijden nu werd de bestuursfunctie waargenomen door den 25 jaar ouden zoon van Pa Sendi, Radja Kelelong genaamd. Hierdoor voelt zich de zoon van wijlen Pa Terang ernstig gepasseerd want deze jongeman, Si Radjanta genaamd, meent, dat hij als eenig overlevende zoon van den oudsten sibajak de meeste aanspraak heeft om als bestuurder te worde bevestigd.

Wel moet hij echter erkennen, dat de Inlandsche zelfbesturen van Baroes Djahé, Koeta Boeloeh, Lingga, Sarinembah en Soeka op 23 Juli 1926 reeds een besluit hadden genomen, volgens hetwelk de waardigheid van zelfbestuurder der landschappen Baroes Djahé, Lingga en Sarinembah erfelijk zou zijn in den op dat oogenblik aan het bestuur zijnden tak en pas zou overgaan op den anderen tak bij ontstentenis in eerstgenoemden tak. Dit besluit werd destijds door den Gouverneur der Oostkust van Sumatra goedgekeurd en op grond daarvan scheen het dus voor de hand liggend, dat de zoon van Pa Sendi het bestuur overnam.

De zoon van Pa Terang, Si Radjanta, is echter van meening, dat het bedoelde besluit geen gelding kan hebben, daar immers, — zoo merkt hij in zijn request aan den G. G. op, — „het besluit genomen is door de toen fungeeren de zelfbestuurders die (het spreekt vanzelf) de waardigheid van zelfbestuurder natuurlijk wenschen te bewaren en te verzekeren voor hun eigen afstammelingen".
 
Si Radjanta noemt het besluit wijders verre van objectief en alles behalve billijk ten opzichte van de afstammelingen in den anderen tak, van welken de stamvader toevallig is voor-overleden

Ten slotte voert de requestrant aan, dat door dit volgens zijn oordeel onbillijk besluit beroering zou zijn ontstaan in de vier genoemde landschappen, omdat de bedoelde beslissing zou indruischen tegen de volks conciëntie.
 
Aangezien hij de afstammeling van den oudsten sibajak is en daarom, — met voorbijgaan van het eerder genoemde besluit, —¦ dus recht meent te hebben op de functie, welke thans door den zoon van den anderen reeds overleden bestuurder wordt bekleed, verzoekt Si Radjanta ten slotte aan den G. G. te mogen worden bevestigd als zelfbestuurder van het landschap Lingga en Onderhoorigheden.

Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië
26-03-1935

Comments

Sebuah informasi yg berharga, dan secara tertulis di koran, bukan hanya cerita mulut kemulut...

Popular posts from this blog

Nasehat-Nasehat dan Ungkapan-Ungkapan

Nasehat-Nasehat Orang tua Karo, termasuk orang tua yang suka memberikan nasehat-nasehat kepada anggota keluarganya. Dalam nasehat yang diberikan selalu ditekankan, agar menyayangi orang tua, kakak/abang atau adik, harus berlaku adil. Menghormati kalimbubu, anakberu, senina sembuyak, serta tetap menjaga keutuhan keluarga.   Beberapa nasehat-nasehat orang-orang tua Karo lama, yang diungkapkan melalui ungkapan-ungkapan antara lain: Ula belasken kata la tuhu, kata tengteng banci turiken . Artinya jangan ucapkan kata benar, tetapi lebih baik mengucapkan kata yang tepat/pas. Ula kekurangen kalak enca sipandangi, kekurangenta lebe pepayo , artinya jangan selalu melihat kekurangan orang lain, tetapi lebih baik melihat kekurangan  kita (diri) sendiri atau  Madin me kita nggeluh, bagi surat ukat, rendi enta, gelah ula rubat ,  artinya lebih baik kita hidup seperti prinsip  surat ukat (surat sendok), saling memberi dan memintalah agar jangan sampai berkelahi. Beliden untungna si apul-apulen

Kumpulan Teks dan Terjemahan Lagu-lagu Karya Djaga Depari (bagian 2)

8. Mari Kena Mari turang geget ate mari kena Sikel kal aku o turang kita ngerana Aloi, aloi kal aku Kena kal nge pinta-pintangku Mari turang iah mari kena Mari turang iah mari kena Tebing kal kapen o turang ingandu ena Nipe karina i jena ringan i jena Tadingken kal ingandu ena Mari ras kal kita jenda Mari turang iah mari kena Mari turang iah mari kena Tertima-tima kal kami kerina gundari Kalimbubu, anak beru ras seninanta merari Mulih kal gelah kena keleng ate Ras kal kita jenda morah ate Ula lebe meja dage Mari turang iah mari kena Mari turang iah mari kena (sumber : Henry Guntur Tarigan, Piso Surit tahun 1990 halaman : 132) Mari Kena (Marilah mari) Mari adinda sayang marilah mari Ingin daku kita berbicara Dengar, dengarkanlah daku Dikaulah yang sangat kurindukan Mari, marilah sayang Mari, marilah sayang Sangat terjal jalan ke rumahmu sayang Ada banyak ular pula di situ Tinggalkanlah rumahmu itu Mari kita bersama di si

Musik Karo - Gendang Tiga Sendalanen (bagian 5)

7.2 Gendang telu sendalanen Secara harfiah Gendang telu sendalanen memiliki pengertian tiga alat musik yang sejalan atau dimainkan secara bersama-sama (sama seperti pengertian Gendang Lima Sendalanen). Ketiga alat musik tersebut adalah (1)  Kulcapi/balobat , (2)  ketengketeng,  dan (3)  mangkok.  Dalam ensambel  ini ada dua istrumen yang bisa digunakan sebagai pembawa melodi yaitu   Kulcapi  atau  balobat.   Pemakaian  Kulcapi atau balobat  sebagai pembawa melodi dilakukan secara terpisah dalam upacara yang berbeda.  Sedangkan  Keteng-keteng dan  mangkok merupakan alat musik pengiring yang menghasilkan pola-pola ritem yang bersifat konstan dan repetitif. Jika  Kulcapi digunakan sebagai pembawa melodi, dan  keteng-keteng  serta mangkok sebagai alat musik pengiringnya, maka istilah  Gendang telu sendalanen sering disebut   Gendang Lima Sendalanen Plus Kulcapi ,  dan jika balobat sebagai pembawa melodi, maka istilahnya  tersebut  menjadi  gendang balobat.  Masing-masing alat mu