Lukisan seorang dokter dari Eropah sedang memeriksa kesehatan penduduk di Tanah Karo.
Pelukis adalah Hendrik Paulides di tahun 1923.
Beschrijving:
De arts is afgebeeld terwijl hij de inheemse bevolking
(Karo-Batak) onderzoekt.
Titel:
Een Europese arts op werkbezoek in een Batak kampong
Vervaardiger:
Hendrik Paulides
Vervaardigingsdatum:
1923
Aanbieder:
Tropenmuseum Amsterdam
(Sumber : Majalah Nederlandsch Indië oud en nieuw : maandblad gewijd aan bouwkunst, archaeologie, land- en volkenkunde, kunstnijverheid, handel en verkeer, cultures, mijnbouw, hygiène,
Volume 13, Number 8, 1 December 1928 — H.PAULIDE)
(Sumber : Majalah Nederlandsch Indië oud en nieuw : maandblad gewijd aan bouwkunst, archaeologie, land- en volkenkunde, kunstnijverheid, handel en verkeer, cultures, mijnbouw, hygiène,
Volume 13, Number 8, 1 December 1928 — H.PAULIDE)
Dari hasil diskusi di FB Group Jamburta Merga Silima :
Tabloid Sora Sirulo Lukisan fiktif, khayalan, bukan mendokumentasi peristiwa. Perhatikan hadapan rumah di latar belakang. Biasanya arah hadapan rumah di satu kampung adalah sama. Perhatikan pula letak sapo page di sebelah kanan penenun, tak sejajar dengan rumah yang manapun. Bertenun bukan pula menyampingi bangunan, melainkan menghadap ke bangunan karena alat tenunnya memang digantungkan di bangunan itu. Mungkin ini laporan PROYEK ABS (Asal Bapak Senang)
Edi Sembiring yap. Termasuk assisten dokter berpakaian jawa. Padahal sudah ada Hospital Batak Institue di Kabandjahe. N. Baroes salah satunya.
Juara R Ginting Menarik untuk memperhatikan konstruksi tiang dari "batang" (sepertinya ini lumbung padi bertiang sembilan yang biasa disebut "batang" bukan "sapo page" yang bertiang empat). Menariknya dari tiang ini, pelukis kesulitan membayangkan perbedaan konstruksi "sendi" dengan konstruksi "sangka manuk". Konstruksi "sendi" ("rancang") adalah dengan melobangi tiang-tiang ("binangun") dan menyucuk broti "sendi" ke lubang untuk menghubungkan tiang2. Konstruksi "sangka manuk" adalah dengan menyusun balok-balok silang menyilang. Di beberapa titik, balok2 itu dilubangi. Tiang-tiang "menikam" ke lubang untuk menghubungkan balok-balok itu. Lukisan itu "kuja pe la seh". Sangka manuk ningen, lang; sendi ningen la seh. :)
Wednesday at 2:02pm · · 2
Juara R Ginting Kebingungan bagaimana sebenarnya bentuk konstruksi rumah adat terjadi juga pada Tugu Perjuangan Berastagi. Tugu ini ingin menggambarkan konstruksi Sendi, tapi dengan penempatan sendi yang salah. Di rumah adat atau jambur, tak ada 2 sendi yang ketemu karena disusun bertingkat. Sendi yang satu di atas sendi yang lain. Perhatikan Tugu Perjuangan Berastagi, sendi samping bertemu sendi depan rumah. Karena itu dibuat dari semen cor, bisalah. Kalau itu dibuat dari kayu, pasti tak mungkin. Perhatikan saja dan amati.
Wednesday at 2:09pm · · 1
Juara R Ginting Kesimpulan sementara, lukisan itu menggabungkan beberapa foto ke dalam sebuah lukisan (drawing) tanpa insight mengenai struktur kampung dan konstruksi bangunan
Wednesday at 2:14pm · · 2
Alexander Firdaust penejelasan yang sangat menarik bang, saya tambah ilmu juga nih dengan adanya penjelasan dari bang JG :)
Wednesday at 6:00pm · · 1
Edi Sembiring Agak unik memang cara melukis dan mendeskripsikan peristiwa. kalau saya melihatnya ia lebih menekankan cerita dan misi tertentu dalam melukis. kalau dikatakan Tabloid Sora Sirulo sebagai PROYEK ABS (Asal Bapak Senang) dapat diterima. kesannya seperti lukisan baliho besar pada jaman pak Harto yang menerangkan kemakmuran akibat pembangunan. salah satunya seperti ini :
http://commons.wikimedia.org/wiki/ File:COLLECTIE_TROPENMUSEUM _Wandschildering_%27La_r%C 3%A9ception_de_Cornelis_de _Houtman_a_Java_en_1595%27 _door_Paulides_in_het_Nede rlandse_paviljoen_op_de_Ko loniale_Wereldtentoonstell ing_in_Parijs_TMnr_6001122 2.jpg
.
العربية | Dansk | Deutsch | English | Español | Français | Magyar | Bahasa Indon...See More
Comments