Cagar Alam Sibolangit dibentuk berdasarkan Besluit dari Paduka Tuan Gourverneur dari Pesisir Timur Pulau Pertja tanggal 18 Nopember 1927 No.171/B/A.Z., di mana komisi ini terdiri dari 5 orang yaitu, J Deridder, Controleur dari Bovan-Deli, sebagai wakil dari Gourverment, J W Gonggrijp, Opperhoutvester dari Oostkust Van Sumatera c.a. sebagai wakil dari ‘S Lands Plantentuin. Datoek Hafisz Goembak, Datuk dari XII Kota, Beheng, Penghulu dari kampung Sibolangit, Pentji, Anak Beru dari Kampung Sibolangit.Cagar Alam Sibolangit merupakan salah satu kawasan konservasi tertua di Indonesia. Layak dikunjungi dan jaraknya hanya 36 km dari Kota Medan.
Oleh Andi Siswanda*)
(2006)
Indonesia merupakan salah satu
negara yang memiliki keanekaragaman hayati dan hewani terbesar di dunia. Sebagai wujud usaha pelestarian
fauna dan flora dan pelestarian sumber daya alam yang ada di dalamnya,
dilakukan berbagai usaha pengawetan (konservasi) alam baik dalam bentuk hutan
lindung, taman nasional, cagar alam, suaka marga satwa dan lain-lain sesuai
dengan fungsinya.
Taman Teratai, Sibolangit Sumber : Tropenmuseum |
Wilayah Kebun Raya Sibolangit Sumber : Tropenmuseum |
Rimbunan Bambu kecil jenis Melocanna Humilis
Melocanna
humilis in de Plantentuin te Sibolangit, Oostkust van Sumatra, is een in het
ravijn groeiende
bamboesoort die door de Bataks als binnenpijp van hun
blaasroer wordt gebruikt
Sumber : Tropenmuseum |
Salah satu kawasan konservasi
yang tertua yang ada di Indonesia adalah Cagar Alam Sibolangit yang hanya
berjarak 38 km dari kota Medan dan dapat ditempuh sekitar satu jam dengan
menggunakan kendaraan umum. Jaraknya yang begitu dekat dengan perkotaan
menjadikan kawasan konservasi ini relatif terancam dengan aktivitas manusia.
Namun diusianya yang ke-90 saat ini, kawasan Cagar Alam Sibolangit masih
terpelihara dengan baik, kalau tidak mau dikatakan lebih baik. Lokasi Cagar
Alam Sibolangit terletak diantara Jalan Medan-Brastagi, secara administrasi
terletak di Desa Sibolangit, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang.
Daerah ini terletak pada ketinggian antara 246-515 meter dari permukaan laut
(mdpl). Bila ditinjau secara geogarfis, kawasan Cagar Alam Sibolangit terletak
diantara 30 17′ 50″-3: 18′ 39″ LU dan 98: 36′ 0″-98: 36’36″ BT.
J.A. Loerzing di Kebun Raya Sibolangit di tahun 1928 Sumber : Oxfordjournals |
Cagar Alam atau Kebun Raya Sibolangit didirikan pada tahun 1914 oleh Tn J A Loerzing, seorang warga negara Belanda keturunan Jerman, namun tidak ada yang tahu jelas tanggal pastinya. Pendirian Cagar Alam atau kebun Raya Sibolangit ini diprakarsai oleh Dr. J C Koningsberger yang saat itu juga menjabat sebagai Direktur Kebun Raya Bogor.
Luas kawasan Kebun Raya
Sibolangit saat itu seluas 127 ha, berdasarkan proses verbal Van Grensregeling
tertanggal 8 Desember 1927 mengenai penentuan batas Filiaal dari ‘S Lands
Plantentuin Sibolangit.
Cagar Alam Sibolangit dibentuk berdasarkan
Besluit dari Paduka Tuan Gourverneur dari Pesisir Timur Pulau Pertja tanggal 18
Nopember 1927 No.171/B/A.Z., di mana komisi ini terdiri dari 5 orang yaitu, J
Deridder, Controleur dari Bovan-Deli, sebagai wakil dari Gourverment, J W
Gonggrijp, Opperhoutvester dari Oostkust Van Sumatera c.a. sebagai wakil dari
‘S Lands Plantentuin. Datoek Hafisz Goembak, Datuk dari XII Kota, Beheng,
Penghulu dari kampung Sibolangit, Pentji, Anak Beru dari Kampung Sibolangit.
Penjual Rotan di Pasar Sibolangit, 1927 Sumber : Tropenmuseum |
Berdasarkan proses Verbal Van
Grensregeling tersebut, batas-batas tanah untuk dari Lands plantentuin
Sibolangit saat itu tercatat, sebelah Utara, Jalan batas dengan tanda batas
nomor 48 sampai 32. Sebelah timur, Jalan batas dengan tanda batas nomor 32
sampai 20, Sebelah Selatan, satu garis dianggap ditarik dari tanda batas baru
nomor 20 sekira menuju sebelah Barat sampai di Jalan dipinggir puncak yang rata
dari Sibolangit dan seterusnya menurut jalan tersebut sampai di tanda batas
nomor 7, kemudian menurut jalan batas dengan batas-batas batu nomor 7, 6 dan 5
sampai ditiang batas B O W dari sebuah sekolah, serta kemudian melalui jalan
besar selalu tanda batas nomor 3 jalan curam sampai kembali pada jalan besar.
Sebelah Barat, sepanjang jalan besar sampai di tanda batas nomor 48.
Pada tanggal 10 Maret 1938
kawasan Kebun Raya Sibolangit tersebut diubah statusnya menjadi Cagar Alam
berdasarkan Zelfbestuur Besluit (Z.b.) No. 37/PK. Pada tahun 1956, Lokasi Cagar
Alam (Kebun Raya) Sibolangit bertambah luasnya sebesar 5,85 ha yang berasal
dari bekas areal Hak Guna Usaha CV Seng Hap yang tertuang dalam Peta Perluasan
CA sibolangit tanggal 29 Juli 1959 oleh Brigade V Planologi Kehutanan Pematang
Siantar. Kemudian dikuatkan dengan SKPT Menteri Pertanian dan Agraria
No.104/KA/1957 tanggal 11 Juni 1957.
Pada tahun 1980, berdasarkan
Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 636/Kpts/Um/9/1980 sebagian kawasan Cagar
Alam Sibolangit seluas 24,85 hektare bertambah 5,85 hektare berasal dari areal
bekas Hak Guna Usaha CV Seng Hap kemudian dialihfungsikan menjadi kawasan Hutan
Wisata Sibolangit c.q Taman Wisata Alam Sibolangit. Tanggal 5 Nopember 1980
dikeluarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 363/kpts/Um/11/1980 yang
menetapkan luas kawasan Cagar Alam Sibolangit menjadi 95,15 ha setelah
dikurangi luasnya untuk Taman Wisata Alam. Demikian sehingga saat ini luas
Cagar Alam/Taman Wisata Alam Sibolangit menjadi 120 hektare, terjadi
pengurangan sebesar 7 hektae dari luas awalnya dan berlaku sampai sekarang yang
digunakan untuk keperluan umum. Jelasnya luas tersebut dibagi atas Cagar Alam
seluas 95,15 ha, Taman Wisata Alam seluas 24,85 ha yang merupakan jumlah dar19
ha Cagar Alam ditambah 5,85ha areal bekas Hak Guna Usaha CV. Seng Hap.
Menurut keterangan Kepala Resort
Polisi Hutan (Polhut) Sibolangit, Tri Widodo S.Si, tanah TWA rata-rata termasuk
jenis Andosol dan asosiasi Andosol dengan podsolik merah kuning yang tertutup
oleh humus tebal sehingga memudahkan air untuk meresap kedalamnya. Bahan induk
tanah ini berasal dari letusan gunung berapi berupa tuff intermeier. kondisi
tanah bersifat asam dengan pH antara 4,5 sampai 5,6.
Fungsi Kawasan
CA/TWA Sibolangit sebagai kawasan
konservasi memiliki fungsi penting, diantaranya adalah perlindungan sistem
penyangga kehidupan, yaitu menjaga keseimbangan lingkungan hidup, mengatur tata
air, iklim mikro. “Kawasan ini juga menjaga kesuburan tanah, sebagai daerah
resapan air hujan, mencegah banjir dan menjadi sumber air bagi daerah
sekitarnya sampai kota Medan,” tutur Tri Widodo.
Cagar Alam Sibolangit Sumber : Flickr |
Selanjutnya, kata Tri Widodo,
kawasan ini berfungsi pula sebagai tempat pengawetan keanekaragaman jenis
tumbuhan dan satwa dan ekosistemnya, yaitu penyedia sumber plasma nutfah yang
potensinya dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan umat manusia.
Hal senada juga disampaikan staf
Pendidikan Conservation International Indonesia (CII) yang saat ini bermitra
dengan BKSDA TK I Sumatera Utara dalam mengelola kawasan CA/TWA, Kiky
Murdiatmoko. Menurut Kiky pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati
dan ekosistemnya dimana CA/TWA Sibolangit menunjang berbagai kegiatan
penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan dan kebudayaan, sebagai suatu
laboraturium terbuka/lapangan.
kawasan
konservasi yang masih memiliki koleksi jenis yang eksotis sumber : Dephut.go.id |
Cagar Alam Sibolangit memiliki
keindahan alam dengan keanekaragaman jenis flora dan fauna yang ada yang
berpotensi untuk menjadi tempat rekreasi. Potensi ekosistem dari kawasan
Sibolangit yaitu merupakan kawasan hutan hujan trpois di mana dari sejarah pembentukannya
sebagai kawasan ekosistem buatan hasil dari penanaman pohon pada awal abad 20
(tahun 1914)sejak Kebun Raya Sibolangit ini dirintis, tambah Tri. Sebab,
Sibolangit secara konservasi ekosistem alam yang asli relatif kecil, namun
keanekaragaman yang tinggi sudah cukup baik untuk menggambarkan kehidupan tipe
hutan tropis sebagai sumber daya untuk pendidikan dan penelitian dalam bidang
lingkungan dan konservasi alam.
Sementara itu, CA/TWA Sibolangit
memiliki potensi flora atau tumbuhan yang hidup di kawasan ini sebagaian
merupakan jenis asli. Tapi ada juga sebagian berasal dari daerah lain sebagai
hasil penanaman oleh Tn Lorzing.
Tanaman yang bukan asli daerah
ini misalnya, Sono Kembang (Dlabergia Latifolia), Angsana (Pterococarpus
Indicus) dan Kelenjar (Samanea saman).
Berdasarkan catatan Tn. Lorzing
Jenis tanaman asli di CA/TWA Sibolangit antara tahun 1914-1924 meliputi,
Meranti (Shorea sp), 30 spesies ficus, 20 jenis Kecing (Quercus sp), Kenanga,
Kulit manis, Manggis dan Artocapus sp.
Tumbuhan semak yang ada
diantaranya Philodendron sp yang merupakan anggota dari genus Anthurium famili
Araceae. Keberadaan tumbuhan ini menunjukkan bahwa daerah ini memiliki curah
hujan yang cukup tinggi sekitar 3.000-4.000 mm/tahun.
Tumbuhan semak (Grandcover) lainnya
diantaranya adalah berbagai jenis paku-pakuan, talas hutan, rumput, serta
berbagai jenis jamur. Selain itu tumbuhan lain yang dapat ditemui diantaranya
berbagai jenis anggrek hutan, plama dan pinang.
Dalam kawasan ini juga ditemui
adanya berbagai jenis tanaman obat-obatan dan tanaman hias yang potensial, data
terakhir tahun 2000 menunjukkan ada terdapat sekira 89 jenis dari 44 famili
tanaman obat-obatan dan 55 jenis dari 22 famili tanaman hias.
*) Andi Siswanda adalah Relawan
Konservasi untuk Pendidikan Konservasi Alam Sibolangit, tinggal di Medan.
*) Tulisan ini dimuat di Majalah
Tropika yang di kelola oleh Conservation International Indonesia (CII)
Sumber : Andiwana.wordpress.com dan Majalah TROPIKA
Penelitian tentang Sibolangit :
Sumber : Andiwana.wordpress.com dan Majalah TROPIKA
Penelitian tentang Sibolangit :
"A JUNGLE BOTANIC GARDEN: The Sibolangit Garden in the Highlands of Sumatra" oleh J Hered (1928) klik
"Sibolangit Jungle Garden Not Closed" oleh J Hered (1929) klik
Keragaman Flora di Cagar Alam/ Taman Wisata Alam Sibolangit pdf
Comments