Skip to main content

Karo Gendang

Gongs of the Karo Gendang


The Karo gendang sarunei is generally played by a sarunei, two gendang, and two gongs, a very large one called gung and a very small one called penganak, the latter being derived from 'anak', meaning 'child'. To name the smallest instrument within a set of instruments as anak/child is very common, not only within the Batak terminology but also in other Indonesian cultures. To give some examples of size, some gung measured 100, 68 and 60 cm in diameter, while the penganak measured 18, 16 and 15 cm.

Two examples of rhythmic patterns, generally used for slow and fast tempi respectively, are given here:


Karo Gendang

The music is played by two drummers on two gendang called gendang anakna ("child" gendang) and gendang indungna ("mother" gendang). The gendang anakna is actually a pair of drums, consisting of a main drum, baluh, and a small drum, gerantung ("hanging"), which is attached to the side of the larger drum. The Karojahe or 'lowlands Karo', whose drums are considerably larger, use as gendang anakna two main drums, merely turning the second one upside down as the lower head has a much smaller diameter. The musical function of the gendang anakna is to provide an accompanying or steady rhythmic pattern, with little or no variation. The second drummer plays the indungna, whose shape is the same as the main drum of the anakna pair. The function of this 'mother' drum is to improvise rhythmic sequences with great virtuosity. The playing of the gendang is called singanaki and singindungi respectively.



The Karo keteng-keteng

This group consists of one kulcapi and/or belobat as melody instrument, two tube zithers keteng-keteng and one mangkuk.

The parts for gendang drums and gongs are played on zithers and mangkuk. The keteng-keteng has two strings. The one tuned to the lower pitch is provided with a special sound mechanism: a certain piece of bamboo is attached to the string and vibrates over a sound hole when the string is beaten with a stick. The resulting low and slightly longer sounding tone is the substitute for the big gong of the gendang sarunei-ensemble. The mangkuk (usually a bowl made of porcelain), beaten with a stick, provides the sound of the small gong penganak. On the second string of the keteng-keteng which passes over a bridge, the parts of the gendang drums are beaten, differentiated according to the two gendang parts:

1. keteng-keteng anakna, the accompanying instrument, and
2. keteng-keteng indungna, varying "solo" instrument.

Each of the two keteng-keteng players beats his special rhythm and the regular metrical beats of the gung.



Source : 
The Terminology of Batak Instrumental Music in Northern Sumatra
Author(s): Artur Simon
Source: Yearbook for Traditional Music, Vol. 17, (1985), pp. 113-145
Published by: International Council for Traditional Music



Comments

Popular posts from this blog

Nasehat-Nasehat dan Ungkapan-Ungkapan

Nasehat-Nasehat Orang tua Karo, termasuk orang tua yang suka memberikan nasehat-nasehat kepada anggota keluarganya. Dalam nasehat yang diberikan selalu ditekankan, agar menyayangi orang tua, kakak/abang atau adik, harus berlaku adil. Menghormati kalimbubu, anakberu, senina sembuyak, serta tetap menjaga keutuhan keluarga.   Beberapa nasehat-nasehat orang-orang tua Karo lama, yang diungkapkan melalui ungkapan-ungkapan antara lain: Ula belasken kata la tuhu, kata tengteng banci turiken . Artinya jangan ucapkan kata benar, tetapi lebih baik mengucapkan kata yang tepat/pas. Ula kekurangen kalak enca sipandangi, kekurangenta lebe pepayo , artinya jangan selalu melihat kekurangan orang lain, tetapi lebih baik melihat kekurangan  kita (diri) sendiri atau  Madin me kita nggeluh, bagi surat ukat, rendi enta, gelah ula rubat ,  artinya lebih baik kita hidup seperti prinsip  surat ukat (surat sendok), saling memberi dan memintalah agar jangan sampai berkelahi. Beliden untungna si apul-apulen

Kumpulan Teks dan Terjemahan Lagu-lagu Karya Djaga Depari (bagian 2)

8. Mari Kena Mari turang geget ate mari kena Sikel kal aku o turang kita ngerana Aloi, aloi kal aku Kena kal nge pinta-pintangku Mari turang iah mari kena Mari turang iah mari kena Tebing kal kapen o turang ingandu ena Nipe karina i jena ringan i jena Tadingken kal ingandu ena Mari ras kal kita jenda Mari turang iah mari kena Mari turang iah mari kena Tertima-tima kal kami kerina gundari Kalimbubu, anak beru ras seninanta merari Mulih kal gelah kena keleng ate Ras kal kita jenda morah ate Ula lebe meja dage Mari turang iah mari kena Mari turang iah mari kena (sumber : Henry Guntur Tarigan, Piso Surit tahun 1990 halaman : 132) Mari Kena (Marilah mari) Mari adinda sayang marilah mari Ingin daku kita berbicara Dengar, dengarkanlah daku Dikaulah yang sangat kurindukan Mari, marilah sayang Mari, marilah sayang Sangat terjal jalan ke rumahmu sayang Ada banyak ular pula di situ Tinggalkanlah rumahmu itu Mari kita bersama di si

Musik Karo - Gendang Tiga Sendalanen (bagian 5)

7.2 Gendang telu sendalanen Secara harfiah Gendang telu sendalanen memiliki pengertian tiga alat musik yang sejalan atau dimainkan secara bersama-sama (sama seperti pengertian Gendang Lima Sendalanen). Ketiga alat musik tersebut adalah (1)  Kulcapi/balobat , (2)  ketengketeng,  dan (3)  mangkok.  Dalam ensambel  ini ada dua istrumen yang bisa digunakan sebagai pembawa melodi yaitu   Kulcapi  atau  balobat.   Pemakaian  Kulcapi atau balobat  sebagai pembawa melodi dilakukan secara terpisah dalam upacara yang berbeda.  Sedangkan  Keteng-keteng dan  mangkok merupakan alat musik pengiring yang menghasilkan pola-pola ritem yang bersifat konstan dan repetitif. Jika  Kulcapi digunakan sebagai pembawa melodi, dan  keteng-keteng  serta mangkok sebagai alat musik pengiringnya, maka istilah  Gendang telu sendalanen sering disebut   Gendang Lima Sendalanen Plus Kulcapi ,  dan jika balobat sebagai pembawa melodi, maka istilahnya  tersebut  menjadi  gendang balobat.  Masing-masing alat mu