Koran “De Indische Courant” bertanggal 12 Agustus 1941 |
Keras Surbakti : Dari
Ancaman Boven Digul Hingga Razia Agustus
(Bahagian 2)
Pengurus-pengurus PNI
Cabang Tanah Karo juga ditangkap di Berastagi dan ditahan di rumah tahanan
polisi Berastagi. Mereka yang ditangkap adalah Tama Ginting, M. Ali, Mengket
Purba, Raja Mantas Surbakti, dan beberapa orang lagi. Tama Ginting menanggung jawabi
semua rekan-rekannya yang ditahan dengan mengatakan semua itu adalah suruhannya
maka hadir di Uruk Tabu-tabu. Lalu kawan-kawannya dibebaskan oleh polisi
Berastagi. Yang tinggal ditahan hanya Tama Ginting dan Syahrin. Kemudian Tama
Ginting dijatuhi hukuman 3 bulan penjara oleh Landreg Kabanjahe.
Koran “De Indische Courant”
bertanggal 12 Agustus 1941 memuat hasil keputusan Landreg Medan, diberitakan 6
orang dijatuhi hukuman dengan dibuang ke Boven Digul,Papua. Enam orang yang
dibuang ke Digoel itu adalah : Sjahrin, Ramawi, Sutan Soelaiman Effendi
Mardjoesan Gelar Sutan Moedó, Mohamad Ishak alias Raden Ishak alias Iskandar
dan Keras Karo-karo Soerbakti.
Awal tahun 1942, Keras
Surbakti dan kawan-kawan diberangkatkan ke Digul dengan kapal laut. Pada saat
itu sedang terjadi juga perang Dai Toa Sanso (perang Asia Timur Raya). Di
tengah perjalanan yaitu di Selat Sunda, kapal ini diserang oleh kapal perang
Angkatan Laut milik Jepang sehingga kapal memilih mendarat di Cilacap. Dari
Cilacap dikirim ke Kamp Garut.
Di Garut, sudah banyak dikumpulkan
pemimpin-pemimpin pergerakan nasional yang ditangkap, diantaranya : Adam Malik,
Pandi Kartawiguna, S.K. Trimurti, AM Sipahutar, Armara Hadi, Imam Puspowinoto,
Syamsuri dll.
Saat Jepang menyerbu Hindia Belanda pada tahun 1942,
pemerintah Hindia Belanda memindahkan lokasi kantor-kantor pemerintahan dari
Batavia ke Melbourne dan kemudian ke Brisbane, Australia. Kapal terbang Qantas
menyelamatkan Gubernur-Jenderal Hindia Belanda dan stafnya dengan jalan
menjemput mereka di Cilacap dan menerbangkannya ke kota Broome di Australia
Barat sebelah utara.
Pemerintah Hindia
Belanda, didukung oleh Jenderal Douglas MacArthur, meminta izin kepada
pemerintah Australia untuk memindahkan tahanan dari Boven Digul di Papua ke
penjara di Australia. Sehingga tahanan-tahanan politik yang ada di kamp Garut
telah disiapkan juga untuk dilarikan ke Australia, melalui pelabuhan Cilacap.
Namun niat ini gagal
karena Pelabuhan Cilacap dibom berkali-kali oleh Angkatan Udara Jepang.
Bandung telah dkuasai
oleh tentara Jepang pada tanggal 11 Maret 1942 dan pada tanggal 15 Maret 1942,
tawanan politik yang berada di Kamp Garut dibebaskan oleh Bala Tentara Jepang.
Kesempatan ini dimanfaatkan oleh Keras Surbakti dan Iskak Kasim untuk kembali
pulang ke Medan.
Sesampai di Medan dan
lanjut menuju Pancur Batu, Keras Surbakti dielu-elukan oleh rekan-rekannya dan
keluarganya setibanya di sana. Mereka menyambut kepulangannya dengan haru
seakan menyambut orang yang sudah tak mungkin akan kembali.
Baru empat bulan Jepang
berkuasa di Indonesia, terjadi situasi politik yang hangat dan gawat di seluruh
Tanah Karo. Orang-orang bekas Gerindo dan Parpindo bergerak melawan Jepang dan
para Sibayak yang diorganisir oleh Jakub Siregar dan Mohd Saleh Umar, dengan
nama Gerindo dan Aron.
Keras Surbakti dan
kawan-kawan diam-diam memasuki pergerakkan Gerindo dan Aron. Orang-orang
Gerindo dan Aron 3 Urung memang banyak meminta nasihat-nasihat pada Keras
Surbakti. Keras Surbakti berpesan, hati-hatilah menghadapi pemerintahan bala
tentara Jepang, supaya kita tidak konyol.
Dari Juli 1942 sampai
tahun 1943, Keras Surbakti berhati-hati dan waspada akibat dari situasi Gerakan
Aron tersebut. Dari tahun 1944 sampai 17 Oktober 1945,ia menjadi ketua BOMPA
(Badan Oentoek Membantu Pertahanan Asia) cabang Deli Hulu dan turut sebagai anggota
PUSERA (Pusat Ekonomi Rakyat) bersama-sama Tama Ginting, Selamat Ginting dan
Rakutta Brahmana.
Dari Oktober 1945
sampai dengan 1946 menjadi Ketua Umum Barisan Pemuda Indonesia (BPI) Cabang
Deli Hulu merangkap Ketua Komite Nasional Indonesia (KNI) Cabang Deli Hulu dan
Wedana pertama Deli Hulu. Deli Hulu atau Karo Jahe masuk ke Kabupaten Tanah
Karo. Kewedanan Karo Jahe berpusat di Pancur Batu dan terdiri dari empat
kecamatan yaitu : Kecamatan Pancur
Batu, Kecamatan Sibiru-biru, Kecamatan Kutalimbaru, dan Kecamatan Namorambe.
Tahun 1946 menjadi
Ketua II PNI Sumatera Utara dan antara Maret 1947 sampai dengan 1949 merangkap
sebagai Ketua PNI Tanah Karo.
Saat Agresi ke 1 (1947)
akibat perjanjian Renville, Keras Surbakti hijrah bersama keluarganya ke
Kutacane. Di sini Keras Surbakti mendirikan organisasi Pusat Pertahanan Rakyat
(PPR) dan ia menjadi Ketuanya. Tujuan pendirian organisasi ini untuk menyokong
dan mendampingi Angkatan Bersenjata RI . Saat itu pula Keras Surbakti ditunjuk
menjadi pengurus Departemen Politik PNI
Sub Daerah Aceh.
Setelah penyerahan
kedaulatan tanggal 27 Desember 1949, terjadi keinginan besar
agar Negara Sumatera Timur (NST) dibubarkan. Konggres
Rakyat Sumatera Timur pada 7 Juli 1950 menuntut pembubaran NST. Keras Surbakti
menjadi team formatur mewakili Deli Serdang. Pada tanggal 15 Agustus 1950, terbentuklah
Negara Kesatuan Republik Indonesia dan NST bubar.
Dari
tahun 1950 sampai 1951 terpilih menjadi Ketua PNI Cabang Kabupaten Deli Serdang
dan tanggal 1 Febuari 1952 Keras surbakti menjadi korban razia Kabinet Sukiman
dan meringkuk 9 bulan dipenjara tanpa alas an hokum.
Razia
ini dikenal sebagai ‘Razia Agustus.” Kabinet Sukiman menandatanggani perjanjian
pertahanan dengan Amerika Serikat. Perjanjian itu berkaitan dengan Perang Korea
yang sedang memanas. Pada saat itu Amerika mendukung Korea Selatan. Sebagai
bentuk kesetiaan pada AS, agar terlihat anti kiri kabinet Sukiman melakukan
penangkapan secara membabi buta terhadap orang-orang komunis. Penangkapan
tersebut didasarkan pada tuduhan palsu, yakni aksi penyerbuan sekelompok pemuda
berkaos “Palu-Arit” ke kantor polisi di Tanjung Periuk. Atas tuduhan rekayasa
tersebut kurang lebih 2.000 orang yang dianggap komunis ditangkap dan
dijebloskan ke penjara. Keras Surbakti yang jelas-jelas pengurus PNI sejak dulu
ikut ditangkap.
Tahun
1953-1954 menjadi Ketua I PNI cabang Medan. Tanggal 10 Oktober 1958
mengundurkan diri dari PNI dan membangkitkan Partai Indonesia (Partindo)
Sumatera Utara dan merangkap Ketua Partindo Cabang Medan.
Tanggal
1 Agustus 1958 menjadi Patih Kabupaten Deli dan Serdang berkedudukan di Medan.
Tanggal
1 Maret 1962 menjadi Pd. Bupati Kabupaten Asahan di Tanjung Balai,
Tanggal
23 Maret 1963 menjadi anggota MPRS
Tanggal
2 Mei 1964 sewaktu Keras Surbakti melakukan tugas partai ke daerah Langkat, ia
mengalami sakit perut dan infeksi, Dan meninggal dunia.
Seorang
putra Karo yang telah berjuang sejak muda belia dan menceburkan diri dalam
pergerakan nasional untuk merebut kemerdekaan patut dikenang dan dicatat dalam
lembar sejarah perjuangan bangsa. Mengalami hidup dari penjara ke penjara yang
juga dialami tokoh-tokoh pergerakan
nasional.
Di PUSERA (Pusat
Ekonomi Rakyat), Keras Surbakti bersama
Tama Ginting, Rakutta Brahmana, Selamat Ginting, Ridwan Tarigan, Terluda
Brahmana, Timur Pane, D. Egon menyusun kader-kader perjuangan bangsa. Banyak
pemuda-pemuda Karo yang dirangkulnya menjadi pejuang kemerdekaan, seperti Tanda
Belawan Purba, Bali Brahmana, Rinte Girsang, Rugun Brahmana, Gumul Brahmana,
Kelewat Purba, Pangkat Brahmana dll.
Semangat perlawanan yang
dimiliki Keras Surbakti mengalir dari semangat Panglima Nabung Surbakti yang
puluhan tahun memimpin pasukan Simbisa Karo menghempang Belanda masuk ke
dataran tinggi Karo. Semangat merangkul semua pemimpin Urung dan para Simbisa
Karo. Kalau Panglima Nabung Surbakti melalui perjuangan fisik, Keras Surbakti tiga
puluh tahun berjuang di jalur politik.
Negara memberikan
penghargaan pada Keras Surbakti. Telah diberikan oleh Presiden Suharto tanda
penghormatan atas jasa perjuangan Keras Surbakti sebegai Perintis Kemerdekaan.
Dan jenazah Keras Surbakti dimakamkan di makan Pahlawan di jalan
Sisingamangaraja, Medan.
Sumber bacaan :
1. Karo dari Zaman ke
Zaman oleh Brahma Putro
2. Koran “De Indische
Courant” bertanggal 12 Agustus 1941
Catatan :
Andalas Utara =
Sumatera Utara
Deli Hulu = Karo Jahe
Comments