Keras Surbakti |
Keras Surbakti : "Penjara Adalah
Tunanganku."
(Bahagian 1)
Orang Karo pasti pernah mendengar nama Nabung
Surbakti. Seorang Panglima pada Perang Sunggal yang mampu mengerahkan 1.000
orang lebih pasukan Simbisa.
Para Simbisa dibawah pimpinan Panglima Nabung
Surbakti bersama 500 orang pasukan Urung Sunggal dibawah pimpinan Datuk Jalil
Surbakti dan Datuk Sulung Surbakti melawan tentara Belanda dan tentara Sultan
Deli.
Perang Sunggal dimulai dari tahun 1872 dan terus
menerus hingga sampai ke dataran tinggi Karo. Hingga akhirnya Panglima Nabung
Surbakti tewas diterjang peluru milik tentara Belanda pada tahun 1907 di desa
Djandi, Kab. Karo.
Nabung Surbakti dipanggil juga Pengulu Djumaraja.
Ia mempunyai saudara yang dipanggil sebagai Pa Sempa Surbakti.
Tanggal 2 September 1914, lahirlah seorang anak
laki-laki dari Pa Sempa di desa Bunga Pariama, Kecamatan Kutalimbaru Deli Hulu
(Deli Serdang). Ia diberi nama Keras Surbakti.
Keras Surbakti dikenal pintar dan bijaksana sejak
kecil. Wajahnya yang tampan dan matanya yang tajam menurun dari Nabung
Surbakti.
Setelah tamat HIS, Keras Surbakti melanjutkan
sekolahnya ke MULO Taman Siswa di Medan. Setelah menjalani 1 tahun di kelas 1
di MULO, Keras Surbakti berhenti karena sesuatu hal (tahun 1933).
Tahun 1934, Keras Surbakti memilih memasuki dunia
pergerakan nasional. Ia bergabung dengan Partai Indonesia (Partindo) dan
menjadi Komisaris (Pengurus) Partindo Cabang Medan.
Rupanya didikan di MULO Taman Siswa membuat ia
menjadi pejuang yang cinta pada tanah air. Ia menuangkan buah pikirnya dengan
tulisan-tulisan yang tajam di Harian Keng PO, Medan. Ia menjadi wartawan harian
itu dan menulis dengan nama samaran GAMPO.
Dia juga masih memakai nama samaran itu ketika
menulis di majalah Radikal. Darah perlawanan dari Pa Sempa dan Nabung Surbakti
tetap mengalir di dadanya.
Selama Keras Surbakti bergabung dengan Parindo
Cabang Medan yang dipimpin oleh Jakup Siregar, karirnya cukup menggembirakan.
Dan banyak pemuda Karo yang juga ikut bergabung.
Keras Surbakti terjun ke pelosok-pelosok desa di
Deli Hulu untuk melakukan propaganda secara rahasia. Juga ia masuki
perkampungan di perkebunan-perkebunan milik orang Eropah. Dia ajak rakyat desa
untuk tidak mau membayar pajak (belasting) dan uang rodi pada pemerintah
Belanda.
Tapi kegiatan ini diketahui oleh pemerintah
Belanda, karena mata-mata dan polisi rahasia Belanda (PID) terus membuntutinya.
Ia ditangkap PID dan oleh keputusan Landred Medan tanggal 21 November 1935,
Keras Surbakti dihukum penjara selama 14 hari dengan tuduhan menghasut rakyat.
Teman-teman seperjuangan Keras Surbakti di
Arnhemia (Pancur Batu) juga dipanggil untuk diperiksa dengan tuduhan menghasut
rakyat. Yang dipanggil antara lain Nahar Purba, Terluda Brahmana, S. Sukarno,
Merei Ketaren, Ali Parinduri.
Setelah diperiksa sekian puluh jam, tidak ada
bukti-bukti yang memberatkan mereka, maka mereka disuruh pulang. Dan ini bukan
kali pertama menghadapi pemeriksaan oleh polisi Belanda.
Ada istilah yang diingat teman-teman Keras
Surbakti karena sering keluar masuk penjara Belanda. "Penjara Adalah
Tunanganku," ucap Keras Surbakti. Walau sering keluar masuk penjara,
semangat Keras Surbakti melawan kolonial Belanda tak pernah surut. Rumah
penjara tidak menakutkan bagi orang-orang pergerakkan.
Pada pertengahan November 1936, Partindo
dibubarkan oleh pengurus pusat di Batavia. Partindo Andalas Utara beserta
cabang-cabangnya pun ikut dibubarkan.
Keras Surbakti melanjutkan perjuangannya dengan
memasuki partai Pendidikan Nasional Indonesia (PNI) pada tanggal 10 Desember
1936. Walau pemimpin-pemimpinnya di Batavia sudah ditangkap oleh Belanda,
Pendidikan Nasional Indonesia tetap hidup dan tidak dibubarkan seperti
Partindo. Pemimpin Pendidikan Nasional Indonesia yang ditangkap adalah Drs.
Moh. Hatta, Sutan Syahrir, Maskun.
Keras Surbakti memperkuat kepengurusan Pendidikan
Nasional Indonesia di Andalas Utara. Ia ikut menjadi Pengurus Besar PNI Andalas
Utara. Yang menjadi sekretaris adalah Syahrin dan pengurus-pengurus lainnnya
adalah Iskak Kasim, Sulaiman Efendy, Marjusan dll. Sedangkan pengurus Cabang
Medan adalah Hutagalung, D. Egon, Rapotan, Djamaluddin, Ani Idrus dll.
Perjuangan Pendidikan Nasional Indonesia lebih
revolusioner dari Partindo. Pimpinan Pendidikan Nasional Indonesia berpendapat,
rakyat Indonesia harus diberikan didikan politik dan dimatangkan terlebih
dahulu sebelum bisa melancarkan gerakan-gerakan.
Keras Surbakti bersama Nahar Purba dan Sampuren
Manik membuka kantor Pengacara Perkara di jalan Sibayak, Kabanjahe. Pada tahun
1937, PNI Cabang Tanah Karo telah berdiri di Berastagi dengan diketuai seorang
pemuda bernama Tama Ginting.
Kantornya bertingkat 2. Bahagian bawah dibuka
perpustakaan berisi buku-buku politik, sejarah dan buku-buku pergerakan
nasional. Di ruangan atas terdapat beberapa tempat tidur/bale-bale tanpa tilam,
hanya beralaskan tikar. Di bale-bale inilah mereka dan para tamunya tidur.
Di dinding terbentang sang saka merah putih
berukuran 1,5 x 1 meter. Di atasnya terdapat foto-foto pemimpin Indonesia
seperti Sukarno, Moh. Hatta, Maskun, Syahrir, Mr. Sartono. Di ruangan inilah
Keras Surbakti dan Tama Ginting menempa pemuda-pemuda nasionalis dari Karo yang
beridealisme tinggi, berjiwa bebas dan merdeka.
Disamping sebagai pembela perkara, Keras Surbakti
juga menjadi Ketua Majelis Taman Siswa cabang Arnhemia (Pancur Batu).
Tahun 1939, langit gelap di atas negeri Belanda.
Perang dunia kedua telah menjalar ke seluruh benua Eropah. Pasukan-pasukan Nazi
Jerman telah menguasai negeri Belanda, Belgia, Polandia, Norwegia, dll. Ratu
Juliana telah mengungsi ke London, kemudian ke Suriname. Negeri Belanda telah
hancur diserang pasukan-pasukan Jerman.
Dalam situasi demikian, pengurus PNI Andalas
Utara mengadakan rapat rahasia di jalan Arjuna Medan, di rumah Djamaluddin.
Kemudian PNI Cabang Tanah Karo mengadakan rapat rahasia di Uruk Tabu-tabu
Berastagi.
Tidak berapa lama menjelang Juli 1940,
pemimpin-pemimpin PNI Andalas Utara ditangkap PID di Medan. Yang ditangkap
adalah Keras Surbakti, Syahrin, Iskak Kasim, Suleman Efendy dan Marjusan.
Kemudian ......
(Bersambung ke bahagian 2)
Comments