Skip to main content

Asal Mula Markisa di Karo





Dari tulisan di Kolonial Institute di Amsterdam, Volume 0, Nomor 14, 1 Desember 1934 : 
Markisa atau markieza dari Deli (Karo).

Markieza atau markisa) adalah buah dari pohon anggur Passiflora cdulis Sims 1), yang tumbuh awalnya di Amerika Selatan. Lalu ditanam di  Indisc (Hindia Belanda). Tanaman ini baik tumbuh di daerah pegunungan, atau dalam iklim yang relatif tidak begitu panas. Seperti pada gambar tanaman tumbuh meluas dengan banyak cabang, menjulur di tiang-tiang seperti membentuk tempat berteduh.  Di daerah pegunungan Jawa Barat telah lama dikenal, adalah perkebunan pertama di tahun 1914 dibuat Prof. L. P. DE Bussy. kemudian dibawa dari Jawa ke Dataran Tinggi Karo daerah Pantai Timur Sumatera. Beberapa tahun terakhir memang sedang tumbuh ekpansi ke arah sana.

Di dataran rendah, misalnya di Medan, tanaman akan tumbuh, tapi tidak pernah mekar. Namun sebaliknya di Dataran Tinggi, hampir sepanjang tahun semua buah bisa dipanen dan beberapa kali di mana mereka diperoleh lebih banyak. Setelah dua tahun kami menerima paket kecil Markisa bersama dengan Terong Blanda {Cyphomandra betacea Sendtn). Paket pertama tiba di Rotterdam tanggal 13 Juni 1933 yang dimasukkan pada ruang pendingin dari kapal MS "Indrapoera", yang kedua tiba pada tanggal 26 Juli 1933 dengan kapal MS "Sibajak". Kehadiran buah itu layak diperhitugkan, sukses memancing minat yang ingin mengetahuinya.

Di Medan, seluruh isi buah sering dicampur dengan terong blanda oleh banyak orang Eropa dengan cara dimakan sebagai makanan penutup. Melalui deskripsi yang digambarkan dalam beberapa majalah tentangnya selanjutnya menarik banyak  perhatian.



Mohon maaf bila penterjemahannya kurang baik. Diterjemahkan dari tulisan awal :


Mededeling / Afdeeling handelsmuseum, Koloniaal instituut te Amsterdam, Volume 0, Number 14, 1 January 1934 — 

Passievrucht of markieza uit Deli. 

De passievrucht of markieza (marquisa) is de vrucht van de klimplant Passiflora cdulis Sims 1 ), oorspronkelijk in Zuid-Amerika thuis hoor end, vanwaar zij echter reeds jaren geleden naar IndiĂ« is overgebracht. Zij groeit daar in de bergstreken, dus in een naar verhouding niet zoo warm klimaat. Zooals uit om me staan de afbeelding blijkt, groeien de planten wijd uit, met tal van ranken, die men bij voorkeur over een latwerk of tegen een waranda of prieel leidt. Hoewel in de bergstreken van West-Java reeds lang bekend, is de plant eerst in 1914 door Prof. L. P. DE Bussy, toen ma als Directeur van het Dcli Proef station te Medan, van Java naar de KaroHoogvlakte ter Oostkust van Sumatra overgebracht. De „cultuur" van de passievrucht heeft de laatste jaren bij de Batakkers op de Karo-hoogvlakte een groote uitbreiding ondergaan, hoewel eigenlijk van cultuur nauwelijks kan worden gesproken, de plant is er thans overal als wilde opslag in de graswildernissen en het jonge bosch te vinden.

In het laagland, in Medan b.v., wil de plant wel groeien, maar bloeit zij nooit. Op de Hoogvlakte daarentegen kunnen vrijwel het geheele jaar door vruchten geoogst worden al zijn er wel enkele tijdstippen, waarop zij ruimer verkregen worden. Door de welwillende tusschenkomst van het Dcli Proefstation ontvingen wij in het  verslagjaar twee kleine zendingen passievruchten, tegelijk met partijtjes terong blanda {Cyphomandra betacea Sendtn.), welke zendingen door de goede zorgen van den Rotterdamschen Lloyd in uitstekenden toestand overkwamen. De eerste zending kwam 13 Juni 1933 in de koelkamer van het m.s. „Indrapoera" te Rotterdam aan, de tweede 26 Juli d.o.v. per m.s. „Sibajak". De betrekkelijke onbekendheid der vrucht in aanmerking genomen, is het gelukt, er ook hier te lande belangstelling voor te wekken.

In Medan wordt de geheele inhoud van de vrucht, dikwijls gemengd met terong blanda, door vele Europeanen bij wijze van dessert genuttigd. Door een geĂŻllustreerde beschrijving in enkele tijdschriften op huishoudelijk gebied x ) werd er nader de aandacht op gevestigd.

l ) Vermoedelijk is het een spraakgebruik van Dcli om den naam markieza voor deze vrucht te gebruiken, volgens J. J. Ochsk „Vruchten en Vruchtenteelt in Ned. Oost-lndiĂ«" (Batavia 1931) blz. 101 komt die naam  toe aan de vrucht van Passiflora quadrangularis Linn.

a ) W. Spoon: „Indische vruchten in Holland; passievrucht en terong blanda", Voeding & HygiĂ«ne 7, 196, (1932/33) en De Vrouw en haar Huis 28, 338 (1933/34)-
Coll. K.I. o/i», Ć’.. I. de Bussy; v. Holkema & Warendorf U.M Vruchtdragende plant van Passiflnra edidis op de Karo-Hoogvlakte, Sumatra's Oostkust.
Coll. K.1.; v. Holkema & Warendorf U.M. In de koelkamer uit Dcli naar Nederland overgebrachte passievruchten of markieza's.



Comments

adiseo said…
Makasih ya atas sharenya dapat menambah pengetahuan
salam kenal dari Resep Manisan kolang kaling

Popular posts from this blog

Nasehat-Nasehat dan Ungkapan-Ungkapan

Nasehat-Nasehat Orang tua Karo, termasuk orang tua yang suka memberikan nasehat-nasehat kepada anggota keluarganya. Dalam nasehat yang diberikan selalu ditekankan, agar menyayangi orang tua, kakak/abang atau adik, harus berlaku adil. Menghormati kalimbubu, anakberu, senina sembuyak, serta tetap menjaga keutuhan keluarga.   Beberapa nasehat-nasehat orang-orang tua Karo lama, yang diungkapkan melalui ungkapan-ungkapan antara lain: Ula belasken kata la tuhu, kata tengteng banci turiken . Artinya jangan ucapkan kata benar, tetapi lebih baik mengucapkan kata yang tepat/pas. Ula kekurangen kalak enca sipandangi, kekurangenta lebe pepayo , artinya jangan selalu melihat kekurangan orang lain, tetapi lebih baik melihat kekurangan  kita (diri) sendiri atau  Madin me kita nggeluh, bagi surat ukat, rendi enta, gelah ula rubat ,  artinya lebih baik kita hidup seperti prinsip  surat ukat (surat sendok), saling memberi dan memintalah agar jangan sampai berkelahi. Beliden untungna si apul-apulen

Kumpulan Teks dan Terjemahan Lagu-lagu Karya Djaga Depari (bagian 2)

8. Mari Kena Mari turang geget ate mari kena Sikel kal aku o turang kita ngerana Aloi, aloi kal aku Kena kal nge pinta-pintangku Mari turang iah mari kena Mari turang iah mari kena Tebing kal kapen o turang ingandu ena Nipe karina i jena ringan i jena Tadingken kal ingandu ena Mari ras kal kita jenda Mari turang iah mari kena Mari turang iah mari kena Tertima-tima kal kami kerina gundari Kalimbubu, anak beru ras seninanta merari Mulih kal gelah kena keleng ate Ras kal kita jenda morah ate Ula lebe meja dage Mari turang iah mari kena Mari turang iah mari kena (sumber : Henry Guntur Tarigan, Piso Surit tahun 1990 halaman : 132) Mari Kena (Marilah mari) Mari adinda sayang marilah mari Ingin daku kita berbicara Dengar, dengarkanlah daku Dikaulah yang sangat kurindukan Mari, marilah sayang Mari, marilah sayang Sangat terjal jalan ke rumahmu sayang Ada banyak ular pula di situ Tinggalkanlah rumahmu itu Mari kita bersama di si

Musik Karo - Gendang Tiga Sendalanen (bagian 5)

7.2 Gendang telu sendalanen Secara harfiah Gendang telu sendalanen memiliki pengertian tiga alat musik yang sejalan atau dimainkan secara bersama-sama (sama seperti pengertian Gendang Lima Sendalanen). Ketiga alat musik tersebut adalah (1)  Kulcapi/balobat , (2)  ketengketeng,  dan (3)  mangkok.  Dalam ensambel  ini ada dua istrumen yang bisa digunakan sebagai pembawa melodi yaitu   Kulcapi  atau  balobat.   Pemakaian  Kulcapi atau balobat  sebagai pembawa melodi dilakukan secara terpisah dalam upacara yang berbeda.  Sedangkan  Keteng-keteng dan  mangkok merupakan alat musik pengiring yang menghasilkan pola-pola ritem yang bersifat konstan dan repetitif. Jika  Kulcapi digunakan sebagai pembawa melodi, dan  keteng-keteng  serta mangkok sebagai alat musik pengiringnya, maka istilah  Gendang telu sendalanen sering disebut   Gendang Lima Sendalanen Plus Kulcapi ,  dan jika balobat sebagai pembawa melodi, maka istilahnya  tersebut  menjadi  gendang balobat.  Masing-masing alat mu