Serangan lalat buah di kebun-kebun jeruk petan di Karo Sumber gambar : Beritadaerah.com |
Lantaran gagal panen terus-menerus
akibat serangan lalat buah (bactrocera
dorsalis), banyak kebun-kebun jeruk di tanah karo ditelantarkan pemiliknya.
Tapi, satu pekebun di Desa Salit terus bersemangat merawat kebunnya dengan cara
yang ia yakini sebagai jalan penyelamat jeruk Karo. Jalan organis!
Ir. Usaha Barus, namanya. Seorang pekebun buah yang oleh konsumen di Pulau Jawa disebut “Jeruk Medan”. Seperti para pekebun lainnya, di kebunnya gampang dijumpai jeruk yang jatuh busuk setelah terserang lalat buah. Padahal sejumlah upaya telah dilakukan untuk mengatasi serangan jenis serangga ini.
Ir. Usaha Barus, namanya. Seorang pekebun buah yang oleh konsumen di Pulau Jawa disebut “Jeruk Medan”. Seperti para pekebun lainnya, di kebunnya gampang dijumpai jeruk yang jatuh busuk setelah terserang lalat buah. Padahal sejumlah upaya telah dilakukan untuk mengatasi serangan jenis serangga ini.
Salah satunya dengan memasang
perangkap. Baik perangkap berupa lembaran plastik berwarna oranye diolesi
perekat maupun perangkap dari botol kemasan berumpan metil eugenol. Kedua perangkap ini menggandul di setiap pohon. Pada
masing-masing perangkap, berpuluh-puluh lalat buah mati terjebak.
Meski banyak lalat buah
terperangkap, serangan lalat buah tak kunjung reda. Sesekali, lelaki berusia 51
tahun ini menyemprotkan pestisida kimiawi buatan pabrik. Tapi tak terlalu
efektif. Diakuinya, tingkat keberhasilan penggunaan pestisida kimiawi hanya
sekitar 10 %.
Upaya
pengendalian organisme pengganggu tanaman atau biasa disebut hama mesti disasarkan
pada memutus daur hidup sang “pengganggu”. Untuk memutus daur lalat buah, Usaha
Barus rajin mengumpulkan buah-buah jeruk yang berjatuhan lalu memasukkannya ke
dalam kantung-kantung plastik. Setelah penuh, plastik diikat agar kedap udara. Larva
atau belatung dari akan keluar dari dalam buah jeruk, lalu setelah sehari
semalam dalam kondisi kedap udara, larva-larva tersebut mati.
Jeruk-jeruk
busuk itu kemudian dimanfaatkan untuk dijadikan kompos. Metode pengomposannya
sederhana. Dikubur ke tanah secara berlapis antara lapisan jeruk-tanah-jeruk-tanah
lalu diberi bio-aktivator.
Kombinasi
teknik pengendalian lalat buah yang dilakukan Usaha Barus tak berhasil menekan
serangan lalat buah hingga nol persen. Tapi tetap memberi keuntungan bagi sang
pekebun. Usaha Barus mampu memetik hasil panen 15 – 20 ton per hektar per
tahun. Angka yang hanya separuh dari hasil panen ideal tiap tahun, yaitu 30 –
40 ton per hektar. Meski demikian, hasil panen jeruk dari kebunnya jauh lebih
baik ketimbang para pekebun lain yang hanya berkisar 5 – 10 ton per hektar per
tahun.
“Banyak pekebun
yang gagal panen hingga 90%. Biaya produksi jeruk bisa mencapai 40 ton per
hektar tiap tahun. Dengan hasil panen sekitar 5 ton dan harga jual lima ribu
rupiah per kilogram, bisa ketahuan berapa kerugian yang dialami pekebun jeruk,”
urai Usaha Barus dengan mimik prihatin. “Akibatnya banyak pekebun memilih
menelantarkan kebun mereka, takut biaya produksi menguap tanpa hasil. Pilihan
lain, menyisipkan tanaman pengganti berupa kopi atau kakao.”
Angka
kerugian yang diderita petani jeruk sekabupaten Karo memang fantastis. Menurut pekebun
yang menjabat Ketua organisasi Masyarakat Jeruk Indonesia Sumatra Utara ini, di
tahun 2011 saja kerugian petani jeruk karo mencapai 1 triliun rupiah. Hampir
lipat dua dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Karo
yang 638 milyar rupiah. Sedang anggaran penanganan lalat buah yang disiapkan
pemerintah kabupaten Karo selama tahun 2011 hanya 1,25 miliar rupiah.
Solusi atas
bencana lalat buah di tanah Karo, menurut Usaha Barus perlu ada gerakan memutus
daur hidup jenis hama ini secara serentak. Supaya efektif aktif dia
mengharapkan pemerintah kabupaten menerbitkan peraturan pemerintah berupa menyeru
seluruh petani untuk melakukan aksi pemutusan daur hidup lalat buah secara
serentak dan massal. Tanpa usaha serentak, daur hama tidak terputus. Kebun yang
diterlantarkan pun justru berpotensi menjadi inang hama. Jika kondisi ini tak
berhasil diatasi, lama-lama identitas Karo sebagai sentra jeruk hanya tinggal
nama.”
Usaha Bangun Barus, ketua Masyarakat Jeruk Indonesia
Sumber foto : Sorasirulo.net
|
Organis Lebih Ekonomis
Berbagai
usaha mengendalikan hama lalat buah yang dilakukan Usaha Barus mengantarkannya
pada keinginan membuat demplot jeruk organis. Dari 12 hektar kebun jeruk Usaha
Barus di Desa Salit Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo, dibangun 4 demplot
dengan total luas 4 hektar. Masing-masing demplot disekat dengan jaring paranet dan bagian atas dibiarkan
terbuka.
Di sana ia
menerapkan pola budidaya tanpa bahan kimia sama sekali. Selain menggunakan
perangkap hama, dia menggunakan pestisida nabati yang diraciknya sendiri dari
bahan-bahan alami yang gampang didapat. Pada sela-sela tanaman jeruk, rumput
dibiarkan tumbuh sebagai mulsa hidup. Selain sebagai penutup tanah dan agar
mikroba yang bermanfaat tetap mudah berkembang-biak, keberadaan rumput juga
menjadi tempat berkembang musuh alami hama.
Diakuinya, biaya
produksi system organis sedikit meningkat. Salah karena biaya pembuatan sekat
jaring. Tapi hasilnya memuaskan. Panen meningkat 20 %. Ditambah lagi buah tekad
Usaha Barus telah membuat sebuah kelompok supermarket internasional yang
memiliki waralaba di Indonesia meliriknya. Mereka berminat menampung jeruk
organis produksi kebunnya dengan harga jual lipat dua harga biasa.
Tapi Usaha
Barus masih ingin berbuat lebih, menyelamatkan Karo sebagai sentra jeruk. Sebagai
konsultan pertanian ia telah melakukan sosialisasi sistem pertanian organis kepada
sekitar 500 petani. Sebanyak 25 petani di antaranya mulai memilih jalan organis sebagai jalan penyelamat
jeruk karo.
Comments