Skip to main content

Pa Datas, Beethoven dari Karo (1920) - bagian 2



  (Sumber : Majalah Nederlandsch IndiĂ« oud en nieuw : maandblad gewijd aan bouwkunst, archaeologie, land- en volkenkunde, kunstnijverheid, handel en verkeer, cultures, mijnbouw, hygiène, 
Volume 13, Number 8, 1 December 1928 — INDONESISCHE MUZIEKINSTRUMENTEN)



 

Pada bagian pertama disebutkan J. Koning pada tahun 1920 menulis sebuah artikel pendek berjudul "Si Datas, de Bataksche Beethoven." Artikel ini membicarakan kepiawaian permainan instrumen Kulcapi Pak Datas Surbakti yang tinggal di Brastagi pada saat itu. (Link : Pa Datas, Beethoven dari Orang Karo (1920) - bagian 1).

Maka, pada bagian kedua ini saya coba menterjemahkan tulisan : "Si Datas, de Bataksche Beethoven" ke dalam bahasa Indonesia. Mohon maaf bila terjemahannya belum begitu sempurna.


 Pa Datas, Beethoven dari Karo

Saya telah berada di Medan di mana Pa Datas Soerbakti dibicarakan. Jika Anda pergi ke Dataran Tinggi Deli (Karo maksudnya) – anda akan ingat Beethoven. Jika Anda menarik lebih dalam ingatan Anda, Anda akan dapat mengenalinya segera, ketika Anda (mungkin) menemuinya berpapasan di sebuah jalan.

Kami telah berada seminggu (di Medan) dan  selama itu pula kami mendengar pembicaraan tentang keistimewaan Dataran Tinggi Deli (Karo) dan juga tentang Beethoven-nya  orang Karo yang akan kami temui. Di tengah perjalanan, di sebelah barat Kaban DjahĂ©, kami sampai di sebuah rumah kecil, bentuknya sama seperti semua rumah asli di daerah itu yang tertutup oleh Atap, penampilannya yang agak rusak saat itu dengan gaya bambu terdorong miring ke tanah. Di balik rumahnya, lenyap warna terakhir. Saat ini langit dan malam daerah tropis datang dan keindahan menyatu dalam keagungan yang diam bersemayam di negeri yang berpenduduk jarang.

“Beethoven” berjongkok di teras bambu rumahnya, membawa malam akan menjadi milik alunan musik. Dia mengundang kami masuk dengan sopan, sederhana, tanpa terlalu banyak berbicara. Di dalam rumahnya, di mana ia membuka gulungan tikar di mana kita bisa mengambil tempat. Dia sendiri berjongkok dan bertanya tentang rute perjalanan kami. Interior rumah tidak berbeda dari tempat tinggal asli lainnya : lampu minyak, dipan, beberapa kaleng minyak tanah dan beberapa kain warna-warni yang mengerling dan sedikit berdebu.

Istri Pa Datas mengenakan pakaian agak gelap layaknya milik perempuan Karo, duduk di samping kami di tempat tikar yang berbeda dan dibaliknya lampu minyak menerangi, sedikit redup sambil menyadari bahwa kegelapan akan dikoyak oleh alunan musik suaminya yang segera datang.

Instrumen milik Beethoven dari Karo *) ini adalah sejenis biola, Koeltjapi dalam bahasa Karo, diukir dari kayu bahan pohon aren dan hanya ada dua senar. Tentang alat musik sederhana ini, yang baru mengetahuinya  pasti heran, hingga segera emosi datang, emosi dari musik jiwa yang lembut bergayut. Begitu kuatnya akan datang padamu, bahwa Anda tidak akan lagi berani melihat lebih dalam pada mata dengan cahaya yang menakjubkan milik musisi ini, yang melihat dalam kegelapan, ketika mereka melihat visi yang paling indah, yang berada di ranah suara indah yang bisa dari bentuk kekacauan.

Musik dari sang "Beethoven" mungkin terbaik jika dibandingkan dengan puisi tradisional lama Brittania, di mana kini semangat rakyat Breton (Brittany) hanya ada dalam lagu kebangsaan dan ketika jiwa Brittany murni dimainkan. Dan dalam lagu-lagu cinta Brittany adalah banyak kesedihan, duka jauh lebih pahit, sementara wanita merasa nyanyian kecintaan si gadis Karo pada permainan Koeltjapi nya si "Beethoven.” Ada juga nyanyian-nya tentang ketidaksetiaan, gadis yang hilang di hutan, ada lagu dari jiwa-jiwa yang mengembara, nyanyian dari perempuan yang menumbuk padi, resah dari burung-burung saat sarang mereka hilang ketika hutannya terbakar. Semangat Karo tersisa sebagai semangat Breton dalam lagu rakyat, masyarakat yang tinggal di cara-cara lama, dalam pemujaannya pada orang mati, dan dari semua yang terdengar, bunyi yang mengagumkan adalah ketika “Beethoven” menggunakan senar-nya untuk menciptakan lagu tentang burung. Tentang keluhan dari beberapa penghuni hutan bersayap kecil, yang melarikan diri dari hutan terbakar, menyentuh kesederhanaan, lagu cinta-nya Karo dengan kata melawan kata dalam setiap nada suara yang kaya,  koeltjapi penuh kerinduan dan kemudian diisi dengan desah dan air mata.

"Beethoven" adalah memang seorang pria dengan keajaiban musikal. Seperti karya klasik kuno, yang merupakan pekerjaan tangan yang dipraktekkan (dilatih) dalam waktu berjam-jam dimana mereka merenung dan tak ingin tidak dilayani (diganggu), “Beethoven” adalah seperti pandai emas dari profesinya. Terkadang dapat dapat bertemu dengannya di dalam hutan, mencari bahan dari pohon aren  untuk membuat sebuah tali senar yang baru sebagai salah satu dari instrumen-nya yang terputus. Dan pada salah satu malam “Beethoven” terlihat bermeditasi sangat dalam, kepalanya ditopang oleh tangan.

“Beethoven” tidak pernah menyebutkan (meminta) uang. Kepuasan untuknya adalah dengan musik koeltjapi ia menghadirkan emosi dalam pikiran para tamu untuk membangkitkan rasa tahu. Saat larut malam kami berangkat pulang, ia membawa kita ke jalan utama. Dia merasakan suasana malam tropis yang tenang. Dan tak lama kemudian setelah berpisah dengannya kami mendengar nada halus biola yang aneh, sebuah lingkaran cahaya di sekitar bintang-bintang memiliki warna biru, jauh tinggi di atas kami, muncul di langit malam.

Johan Koning

*) Ketika satu tangan pada bagian bawah gambar tertutup kain dan terletak di samping Beethoven, akan memang ada kemiripan yang mencolok untuk mengekspresikan pasifnya kepalanya memandang.


Si Datas, de Bataksche Beethoven.

Men had mij in Medan over Si Datas gesproken.  Als ge naar de Delische Hoogvlakte gaat –heet het- vergeet dan Beethoven niet. Als ge de trekken van den grooten meester in uw gedachten hebt, zult ge hem onmiddellijk herkennen, wanneer ge hem langs den weg ziet zwerven.

Wij hadden een week later gedurende een zwerftocht over de Delische Hoogvlakte het voorrecht den Beethoven van het Batak-volk te ontmoeten. Aan den weg, welke van Kaban Djahé naar het Westen gaat, staat een kleine woning, als alle inlandsche huisjes in de streek met atap gedekt, ietwat bouwvallig van uiterlijk doordien de bamboe-stijlen schuin in den grond werden gedreven. Achter zijn woning verstierven de laatste kleuren aan den daareven nog flamboyant en hemel en de nacht der Tropen kwam naderbij, de schoonheid van zijn stille majesteit parend aan den weedom der verlatenheid van dit schaarsbevolkte land.

Beethoven zat gehurkt voor zijn bamboe-huisje; 't avond-komen hoorde bij muziek. Hij verzocht ons hoffelijk, eenvoudig, zonder een woord te veel te spreken, in zijn huis te komen, waar hij een matje ontrolde waarop wij plaats konden nemen. Hij-zelf hurkte en informeerde naar de route van onze reis. Het interieur week niet af van dat van andere inlandsche woningen: een olielampje, een baleh-baleh, een paar petroleumblikken en wat bonte lappen vormden meubi leering en stof fage.

De echtgenoote van Si Datas, in de donkere stemmige kleedij der Bataksche vrouwen, nam naast ons op een ander matje plaats en draaide het aangestoken olielampje, iets flauwer als besefte zij, dat in het visionair halfduister de muziek van haar echtgenoot beter tot haar recht moest komen.

Het instrument van den Batakschen Beethoven *) is een soort viool, koeltjapi in de taal der Batakkers, gesneden uit het hout van den arèn palm, van slechts twee snaren voorzien. Aan dit eenvoudige instrument weet hij een muziek te ontlokken, waarover men zich eerst verwondert, totdat, al heel spoedig, de ontroering komt, de ontroering van een innig zachte zielsmuziek, zoo sterk over u komend, dat ge niet weer durft opzien naar die diepe oogen met hun wonderlijk licht, van dezen musicus, die in de duisternis zien, als zagen zij er de mooiste visioenen, die zich in het rijk der wonderbare klanken uit den chaos vormen kunnen.

"Beethoven" 's muziek is misschien het best te vergelijken met de oude volkspoĂ«zie van Bretagne, waar de Bretonsche volksgeest leeft in het volkslied en waarin de ziel van Bretagne zuiver wordt vertolkt. In de Bretonsche liefdezangen is veel weemoed, veel wrange smart; men voelt ze ook in het minnelied van het Bataksche meisje, dat „Beethoven" op zijn koeltjapi speelt. Er is het lied van haar, die ontrouw wordt, van het verdwaalde meisje in het woud, daar is de zang van de ronddolende zielen, het lied van de rijststampende vrouwen, de klacht van de vogels, die bij een boschbrand hun nestjes verloren. De geest der Batakkers left als de Bretonsche geest, in het volksliedje, in het volksleven, in de oude gebruiken, in zijn kultus der dooden, en van dat alles vertellen de wond're klanken, die Beethoven te ontlokken weet aan de snaren van Zijn vogelliedje, de klacht der diverse gevleugelde kleine woudbewoners, die uit het brandende bosch zijn gevlucht, is ontroerend van eenvoud; zijn Bataksche minneliedje met woord en wederwoord in elke toon van de zangrijke koeltjapi is vol  van verlangen en later vol zuchten en tranen.

„Beethoven" is inderdaad een muzikaal wondermensch. Als de oude klassieken, die een handwork beoefenden in de uren, dat zij hun muze niet dienden, is Beethoven ook goudsmid van zijn vak. Soms kan men hem in het bosch ont- moeten, de arèn palm onderzoekend, om een nieuwe snaar te vinden, als er Ă©Ă©n van z'n in- strument gesprongen is. En eens werd Beethoven op een avond gezien in diepe meditatie, het hoofd in de handen gesteund, in de voorgalerij der controleurswoning van Kaban DjahĂ©, toen daar in een Europeesch gezelschap eene dame Grieg op het klavier vertolkte.

Voor geld spelt Beethoven niet. De voldoening voor hem is de ontroering, welke hij door de muziek van zijn koeltjapi in het gemoed van zijn gasten te wekken weet. Toen wij dien avond laat zijn woning verlieten bracht hij ons naar den grooten weg. Hij doorvoelde de stemming van den stillen tropennacht. En nog lang na het afscheid hoorden wij de teere tonen van zijn vreemde viool, die een krans van licht om zich had als de blauwe sterren, hoog boven ons aan den nachtelijken hemel.

Johan Koning

*) Wanneer men met de hand het onderste gedeelte van de foto bedekt en deze legt naast een Beethoven-portret, zal men inderdaad een treffende gelijkenis met diens expressieven kop waarnemen.

Comments

Popular posts from this blog

Nasehat-Nasehat dan Ungkapan-Ungkapan

Nasehat-Nasehat Orang tua Karo, termasuk orang tua yang suka memberikan nasehat-nasehat kepada anggota keluarganya. Dalam nasehat yang diberikan selalu ditekankan, agar menyayangi orang tua, kakak/abang atau adik, harus berlaku adil. Menghormati kalimbubu, anakberu, senina sembuyak, serta tetap menjaga keutuhan keluarga.   Beberapa nasehat-nasehat orang-orang tua Karo lama, yang diungkapkan melalui ungkapan-ungkapan antara lain: Ula belasken kata la tuhu, kata tengteng banci turiken . Artinya jangan ucapkan kata benar, tetapi lebih baik mengucapkan kata yang tepat/pas. Ula kekurangen kalak enca sipandangi, kekurangenta lebe pepayo , artinya jangan selalu melihat kekurangan orang lain, tetapi lebih baik melihat kekurangan  kita (diri) sendiri atau  Madin me kita nggeluh, bagi surat ukat, rendi enta, gelah ula rubat ,  artinya lebih baik kita hidup seperti prinsip  surat ukat (surat sendok), saling memberi dan memintalah agar jangan sampai berkelahi. Beliden untungna si apul-apulen

Kumpulan Teks dan Terjemahan Lagu-lagu Karya Djaga Depari (bagian 2)

8. Mari Kena Mari turang geget ate mari kena Sikel kal aku o turang kita ngerana Aloi, aloi kal aku Kena kal nge pinta-pintangku Mari turang iah mari kena Mari turang iah mari kena Tebing kal kapen o turang ingandu ena Nipe karina i jena ringan i jena Tadingken kal ingandu ena Mari ras kal kita jenda Mari turang iah mari kena Mari turang iah mari kena Tertima-tima kal kami kerina gundari Kalimbubu, anak beru ras seninanta merari Mulih kal gelah kena keleng ate Ras kal kita jenda morah ate Ula lebe meja dage Mari turang iah mari kena Mari turang iah mari kena (sumber : Henry Guntur Tarigan, Piso Surit tahun 1990 halaman : 132) Mari Kena (Marilah mari) Mari adinda sayang marilah mari Ingin daku kita berbicara Dengar, dengarkanlah daku Dikaulah yang sangat kurindukan Mari, marilah sayang Mari, marilah sayang Sangat terjal jalan ke rumahmu sayang Ada banyak ular pula di situ Tinggalkanlah rumahmu itu Mari kita bersama di si

Musik Karo - Gendang Tiga Sendalanen (bagian 5)

7.2 Gendang telu sendalanen Secara harfiah Gendang telu sendalanen memiliki pengertian tiga alat musik yang sejalan atau dimainkan secara bersama-sama (sama seperti pengertian Gendang Lima Sendalanen). Ketiga alat musik tersebut adalah (1)  Kulcapi/balobat , (2)  ketengketeng,  dan (3)  mangkok.  Dalam ensambel  ini ada dua istrumen yang bisa digunakan sebagai pembawa melodi yaitu   Kulcapi  atau  balobat.   Pemakaian  Kulcapi atau balobat  sebagai pembawa melodi dilakukan secara terpisah dalam upacara yang berbeda.  Sedangkan  Keteng-keteng dan  mangkok merupakan alat musik pengiring yang menghasilkan pola-pola ritem yang bersifat konstan dan repetitif. Jika  Kulcapi digunakan sebagai pembawa melodi, dan  keteng-keteng  serta mangkok sebagai alat musik pengiringnya, maka istilah  Gendang telu sendalanen sering disebut   Gendang Lima Sendalanen Plus Kulcapi ,  dan jika balobat sebagai pembawa melodi, maka istilahnya  tersebut  menjadi  gendang balobat.  Masing-masing alat mu