Di sela-sela
kesibukannya bekerja di
Jawabatan Penerangan Kabanjahe, Djaga Depari melatih
pemuda-pemudi desa Seberaya
belajar menari dan
menyanyi sekaligus membentuk
group Sandiwara desa
bersama temannya Nuhit Bukit
dan Dolar Depari. Group ini pada
awalnya diberi nama Irama Desa dan berubah menjadi Seni Drama Piso Serit dan berubah lagi
menjadi Sinar Desa Piso Serit. Pemain-pemainnya
saat itu antara lain : Tekuk Meliala,
Nempel Tarigan, Bp. Sulaiman Tarigan. Kemudian muncul pemain baru seperti : Firman
Depari, Mental, Petrus
Tarigan, Kelas Colia,
Murni Br Ginting,
Mintakin Depari serta
penyanyi wanita yang
sangat terkenal saat
itu Mbiri Br Tarigan
serta Payo Br Ginting.
Petrus Tarigan berikut ini menceritakan proses terciptanya lagu Padang Sambo :
Sore itu
tidak seperti biasanya,
Djaga Depari tiba di
Seberaya lebih awal
dari Kabanjahe. Sedangkan
jadwal latihan adalah
malam hari. Kebetulan
saya sedang duduk-duduk di kedai kopi dan munculah beliau.
Saya sedikit terkejut melihat air mukanya yang sedikit agak murung. Kemudian
saya bertanya kenapa? Kemudian beliau
menjawab sambil meletakkan
sebuah buku tulis
biasa di atas
meja dan berkata
:
“Enda, Pertangisen
anak pejuang Nak!”
(Ini, kesedihan Anak
Pejuang Nak!).
Saya bingung
tak tau apa
maksudnya. Kemudian beliau
bercerita : “Tadi,
saya berjumpa seorang
anak-anak yang sedang
menangis sambil memangil-mangil Bapaknya. Lalu saya bertanya
kepada seorang, anak siapa yang nangis ini?
Mereka menjawab
sambil menyebut satu
nama yang saya
kenal adalah nama seorang pejuang
yang telah gugur
di medan juang.
Peristiwa itu membuat
saya sedih, terkenang
kembali pengalaman semasa
mengongsi bersama teman-teman
pada perang kemerdekaan
dulu. Semula lagu
itu diberi judul Pertangisen
Anak Pejuang, namun, setelah
dipadu dengan pengalaman perjuangan sendiri, judulnya diubah menjadi Padang Sambo.
Padang Sambo
Seh kal bergehna bage i tengah juma
Rikut udanna gembura
Wari si ben pe bage ndabuh kugelapna
I juma-juma i padang sambo
Doah kudidong ola megogo
Karaben i padang sambo
Ula kal tangis turang ula metuli
De langa gia bapanta mulih
Ibas tugasna nari la erlatih-latih
ngkawali rayat si la
erpilih
Doah kudidong ula megogo
Karaben i padang sambo
Tangis kal turang singuda ari
Terbapa-bapa la erngadi-ngadi
Mejuah-juah kal gelah bapanta
Mulih ia pagi mbaba berita si mehuli
I juma-juma I padang sambo
Doah kudidong ula megogo
Doah kudidong ula megogo
Coba perhatikan
diksi “terbapa-bapa la
erngadi-ngadi” yang menyatakan pada asosiasi kesedihan yang
mendalam akibat kehilangan Ayah pada
perang kemerdekaan. Tangisan itu
terasa sangat haru
dan menyedihkan.
Sumber bacaaan :
Penulis : Marco Bangun
Repository.usu.ac.id
Comments