Orang pertama yang tertangkap, setelah pendaratann parasut/terjun payung di semenanjung Onin, adalah Orang Karo, Sabar Ginting Munthe. |
Komponis Djaga Depari hidup di 3 jaman dan telah
menghasilkan banyak lagu. Ada yang
mengatakan lebih dari 200 lagu.
Proses penciptaannya berlangsung
sejak ia muda. Saat ia ikut berperang, ia juga menjadi bagian yang menambah
semangat. Djaga Depari yang
berpangkat Sersan Mayor, bergabung
menjadi anggota tentara
Sektor III yang
berkedudukan di Sidikalang,
pimpinan Mayor Selamat
Ginting dengan jabatan
seksi penyiaran Radio
dan sandiwara. Tugas
utamanya adalah menginformasikan berita-berita pimpinan kepada
laskar-laskar di pedalaman.
Di samping itu,
Djaga Depari juga
menghibur laskar dan masyarakat melalui sandiwara yang dilakoninya.
Ini mempertegas keberadaan
Djaga Depari selaku
pemusik pejuang. Dia mulai
mengarah pada penciptaan
lagu-lagu perjuangan hingga lagu
bertema cita sepasang manusia, alam dan
keindahan tempat-tempat tertentu di Taneh Karo.
Lagu yang
diciptanya pada masa
perang Kemerdekaan itu
antara lain Padang
Sambo, Sora Mido,
Tanah Karo Simalem, Rudang Mejile, Roti Manis, Tiga Sibolangit,
Lasam-lasam, Make Ajar, Pecat-pecat
Seberaya, Didong-didong Padang
Sambo, Io-io Lau
Beringin, Andiko Alena, Sue-sue dan Rudang-rudang. Sementara Erkata Bedil
judul sebuah lagu
yang digubahnya pada
Agresi pertama akibat ditentukannya
Fixed Boundaris Medan
Area oleh Inggris.
Dia melihat sendiri
seorang anak gadis
yang penuh harap
dan sendu melepas
sang kekasih berperang ke
Medan juang untuk
mempertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia. Kejadian itulah
diterjemahkannya ke dalam syair-syair
lagu yang membangkitkan semangat
para pemuda pejuang
agar tetap percaya
diri walaupun apa yang terjadi.
Lagu Erkata Bedil sangat besar pengaruhnya terhadap masyarakat dan pejuang pada
waktu itu.
Setelah Indonesia memperoleh
kedaulatannya, Djaga Depari pun
bekerja pada Jawatan
Penerangan Kabupaten Karo
dan mengepalai seksi penerangan
dan pertunjukkan rakyat. Jabatan ini
dipegangnya 1954. Kemudian
Djaga Depari dipromosikan menjadi Kepala jawatan Penerangan
Kecamatan Tiga Binanga. Setahun kemudian 1
September dipindahkan sebagai
Kepala Jawatan Penerangan
Kecamatan Tiga Panah. Selanjutnya dipindahkan sebagai
Kepala Jawatan Penerangan
Kabupaten Karo di Kabanjahe hingga akhir hidupnya.
Melalui jawatan
penerangan ini, Djaga
Depari membentuk group
musik Sandiwara disamping
tugas pokoknya melakukan
penerangan tentang program-program pemerintahan
diselingi dengan hiburang
rakyat ke hampir seluruh
Desa-desa di Kabupaten
Karo. Di sela-sela
kesibukannya bekerja di
Jawabatan Penerangan Kabanjahe
inilah, Djaga
Depari melatih pemuda-pemudi desa
Seberaya belajar menari
dan menyanyi sekaligus
membentuk group Sandiwara
desa bersama temannya
Nuhit Bukit dan
Dolar Depari.
Group ini
pada awalnya diberi nama Irama Desa dan berubah menjadi
Seni Drama Piso Serit dan berubah lagi menjadi Sinar Desa Piso Serit.
Pemain-pemainnya saat itu antara lain : Tekuk Meliala, Nempel Tarigan, Bp.
Sulaiman Tarigan. Kemudian muncul pemain baru seperti :
Firman Depari, Mental,
Petrus Tarigan, Kelas Colia,
Murni Br Ginting,
Mintakin Depari serta
penyanyi wanita yang
sangat terkenal saat itu Mbiri
Br Tarigan serta
Payo Br Ginting.
Acara seni drama
yang dikemas mereka
diberi tajuk Hiburan
Pahlawan, Hiburan untuk
Tentara, Hiburan Malam
Minggu, Hiburan untuk
Rakyat, dan Hiburan
Penawar Rindu. Selain
secara berkala mentas di
desa Seberaya, juga
menerima undangan langsung ke
pelbagai desa di
Tanah Karo bahkan
ke daerah Simalungun,
Deli Serdang dan
Kota Medan.
Djaga Depari juga tergerak
hatinya mensosialisasikan Manifesto
politik yang dikeluarkan
Bung Karno tersebut
melalui kata seorang
seniman, terciptalah sebuah lagu yang diberi judul “Usdek”. Pada lagu
ini, Djaga Depari menekankan kepada
seluruh masyarakat Indonesia
bahwa “Usdek” merupakan alat mempersatu dan perekat bangsa
yang sangat kokoh.
Ketika Bung Karno menyerukan
pembebasan Irian Barat , Djaga Depari pun menciptakan lagu Kaimana.
Kaimana adalah nama
sebuah kota di Irian
Barat. Operasi pendaratan di Irian Barat balk melalui laut maupun
penerjunan udara dilakukan. Salah satunya operasi Banteng dengan sasaran
wilayah Fak-fak dan Kaimana.
Lagu Kaimana tercipta pada tahun
1962, Djaga Depari tergugah hatinya,
melalui lagu yang dia ciptakan, beliau berpesan kepada saudara sebangsa di Irian
Barat, agar tetap
tabah dan sabar
menanti waktu, karena
kelak kita akan
pasti bersama.
Kaimana
Enggo aman i Kaimana o
turang
Perban musuh enggo talu
Perban musuh lanai erlawan
Tentera payung banci me ngadi
erperang
Tentera payung banci jumpa
erteman
Teman-teman salam-salamen ras
teman-teman
Teman Irian
Nakan Pangan
La ertentu
Lalap igiu-giu
Gundari enggo aman
Tanah Irian
Ada kabar yang juga mengejutkan
di bulan Mei tahun 1962. Sabar Ginting Munthe adalah penerjun pertama yang
tertangkap di Fakfak setelah pendaratan penerjun payung di dekat Fakfak dalam
usaha operasi pembebasan Irian Barat. Sabar Ginting Munthe adalah pemuda yang
berasal dari Taneh Karo.
Entah sebuah kebetulan atau
memang Djaga Depari juga membaca berita itu dan membuatnya terinspirasi membuat
lagu Kaimana. Tapi pastinya hingga akhir hayat menutup mata, Djaga Depari tetap
setia pada Bung Karno.
-----------------------
Tertulis di keterangan foto :
Orang pertama yang tertangkap,
setelah pendaratann parasut/terjun payung di semenanjung Onin, adalah Orang
Karo, Sabar Ginting Munthe. Baru-baru ini Link van Brunggen di Fakfak
menginterview beliau melalui telegram. (melakukan interview telegram.). Pada
photo diatas yang dia buat, berdiri Orang Indonesia (Sabar Ginting tentunya),
berada di tengah-tengah dua penjaga Belanda...
Kabar tertangkapnya Sabar Ginting
Munthe tertulis di halaman depan Koran Limburgs Dagblad yang terbit tanggal 17
mei 1962.
Comments