Skip to main content

Djaga Depari, Sabar Ginting dan Lagu Kaimana (Irian Barat-1962)



Orang pertama yang tertangkap, setelah pendaratann parasut/terjun payung di semenanjung Onin, adalah Orang Karo, Sabar Ginting Munthe.
Komponis Djaga  Depari hidup di 3 jaman dan telah menghasilkan banyak lagu.  Ada yang mengatakan lebih dari 200 lagu.

Proses penciptaannya berlangsung sejak ia muda. Saat ia ikut berperang, ia juga menjadi bagian yang menambah semangat. Djaga  Depari  yang  berpangkat  Sersan Mayor,  bergabung  menjadi  anggota  tentara  Sektor  III  yang  berkedudukan  di  Sidikalang,  pimpinan  Mayor    Selamat  Ginting  dengan  jabatan  seksi  penyiaran  Radio  dan  sandiwara.  Tugas  utamanya  adalah  menginformasikan  berita-berita pimpinan  kepada  laskar-laskar  di  pedalaman.  Di  samping  itu,  Djaga  Depari  juga  menghibur laskar dan masyarakat melalui sandiwara yang dilakoninya.

Ini mempertegas  keberadaan  Djaga  Depari  selaku  pemusik  pejuang.  Dia mulai  mengarah  pada  penciptaan  lagu-lagu  perjuangan hingga lagu bertema  cita sepasang manusia, alam dan keindahan tempat-tempat tertentu di Taneh Karo.

Lagu  yang  diciptanya  pada  masa  perang  Kemerdekaan  itu  antara  lain  Padang  Sambo,  Sora  Mido,  Tanah Karo Simalem, Rudang Mejile, Roti Manis, Tiga Sibolangit, Lasam-lasam, Make  Ajar,  Pecat-pecat  Seberaya,  Didong-didong  Padang  Sambo,  Io-io  Lau  Beringin, Andiko Alena, Sue-sue dan Rudang-rudang. Sementara Erkata  Bedil  judul  sebuah  lagu  yang  digubahnya  pada  Agresi pertama  akibat  ditentukannya  Fixed  Boundaris  Medan  Area  oleh  Inggris.  Dia  melihat  sendiri  seorang  anak  gadis  yang  penuh  harap  dan  sendu  melepas  sang kekasih   berperang   ke   Medan   juang   untuk   mempertahankan   Kemerdekaan   Republik Indonesia. Kejadian itulah diterjemahkannya ke dalam syair-syair  lagu yang  membangkitkan  semangat  para  pemuda  pejuang  agar  tetap  percaya  diri  walaupun apa yang terjadi. Lagu Erkata Bedil sangat besar pengaruhnya terhadap masyarakat dan pejuang pada waktu itu. 

Setelah Indonesia memperoleh kedaulatannya, Djaga Depari pun   bekerja   pada   Jawatan   Penerangan  Kabupaten  Karo  dan mengepalai  seksi  penerangan  dan  pertunjukkan  rakyat. Jabatan  ini  dipegangnya  1954.  Kemudian  Djaga  Depari  dipromosikan menjadi Kepala jawatan Penerangan Kecamatan Tiga Binanga. Setahun kemudian 1  September  dipindahkan  sebagai  Kepala  Jawatan  Penerangan  Kecamatan  Tiga Panah.  Selanjutnya dipindahkan  sebagai  Kepala  Jawatan  Penerangan  Kabupaten Karo di Kabanjahe hingga akhir hidupnya. 

Melalui   jawatan   penerangan   ini,   Djaga   Depari   membentuk   group   musik   Sandiwara  disamping  tugas  pokoknya  melakukan  penerangan  tentang  program-program  pemerintahan  diselingi  dengan  hiburang  rakyat  ke hampir  seluruh  Desa-desa   di   Kabupaten   Karo.   Di   sela-sela   kesibukannya   bekerja   di   Jawabatan   Penerangan   Kabanjahe   inilah,   Djaga   Depari   melatih   pemuda-pemudi   desa   Seberaya  belajar  menari  dan  menyanyi  sekaligus  membentuk  group  Sandiwara  desa  bersama  temannya  Nuhit  Bukit  dan  Dolar  Depari. 

Group  ini  pada  awalnya  diberi nama Irama Desa dan berubah menjadi Seni Drama Piso Serit dan berubah lagi menjadi Sinar Desa Piso Serit. Pemain-pemainnya saat itu antara lain : Tekuk Meliala, Nempel Tarigan, Bp. Sulaiman Tarigan. Kemudian muncul pemain baru seperti  :  Firman  Depari,  Mental,  Petrus  Tarigan,  Kelas Colia,  Murni  Br  Ginting,  Mintakin  Depari  serta  penyanyi  wanita  yang  sangat  terkenal  saat  itu  Mbiri  Br  Tarigan  serta  Payo  Br  Ginting.  Acara  seni  drama  yang  dikemas  mereka  diberi  tajuk  Hiburan  Pahlawan,  Hiburan  untuk  Tentara,  Hiburan  Malam  Minggu,  Hiburan  untuk  Rakyat,  dan  Hiburan  Penawar  Rindu.  Selain  secara  berkala mentas  di  desa  Seberaya,  juga  menerima undangan  langsung  ke  pelbagai  desa  di  Tanah  Karo  bahkan  ke  daerah  Simalungun,  Deli  Serdang  dan  Kota  Medan. 

Djaga Depari  juga tergerak  hatinya mensosialisasikan Manifesto  politik  yang  dikeluarkan  Bung  Karno  tersebut  melalui  kata  seorang  seniman, terciptalah sebuah lagu yang diberi judul “Usdek”. Pada lagu ini, Djaga Depari   menekankan   kepada   seluruh   masyarakat   Indonesia   bahwa   “Usdek”   merupakan alat mempersatu dan perekat bangsa yang sangat kokoh. 

Ketika Bung Karno menyerukan pembebasan Irian Barat , Djaga Depari pun menciptakan lagu Kaimana. Kaimana  adalah  nama  sebuah  kota  di Irian  Barat. Operasi pendaratan di Irian Barat balk melalui laut maupun penerjunan udara dilakukan. Salah satunya operasi Banteng dengan sasaran wilayah Fak-fak dan Kaimana.

Lagu Kaimana tercipta pada tahun 1962, Djaga Depari tergugah  hatinya, melalui lagu yang dia ciptakan, beliau berpesan kepada saudara sebangsa di  Irian  Barat,  agar  tetap  tabah  dan  sabar  menanti  waktu,  karena  kelak  kita  akan  pasti bersama. 

Kaimana  

Enggo aman i Kaimana o turang 
Perban musuh enggo talu 
Perban musuh lanai erlawan 
Tentera payung banci me ngadi erperang 
Tentera payung banci jumpa erteman 
Teman-teman salam-salamen ras teman-teman 


Teman Irian 
Nakan Pangan 
La ertentu 
Lalap igiu-giu 
Gundari enggo aman 
Tanah Irian 

Ada kabar yang juga mengejutkan di bulan Mei tahun 1962. Sabar Ginting Munthe adalah penerjun pertama yang tertangkap di Fakfak setelah pendaratan penerjun payung di dekat Fakfak dalam usaha operasi pembebasan Irian Barat. Sabar Ginting Munthe adalah pemuda yang berasal dari Taneh Karo.

Entah sebuah kebetulan atau memang Djaga Depari juga membaca berita itu dan membuatnya terinspirasi membuat lagu Kaimana. Tapi pastinya hingga akhir hayat menutup mata, Djaga Depari tetap setia pada Bung Karno.
-----------------------

Tertulis di keterangan foto :
Orang pertama yang tertangkap, setelah pendaratann parasut/terjun payung di semenanjung Onin, adalah Orang Karo, Sabar Ginting Munthe. Baru-baru ini Link van Brunggen di Fakfak menginterview beliau melalui telegram. (melakukan interview telegram.). Pada photo diatas yang dia buat, berdiri Orang Indonesia (Sabar Ginting tentunya), berada di tengah-tengah dua penjaga Belanda...

Kabar tertangkapnya Sabar Ginting Munthe tertulis di halaman depan Koran Limburgs Dagblad yang terbit tanggal 17 mei 1962.

Comments

Popular posts from this blog

Nasehat-Nasehat dan Ungkapan-Ungkapan

Nasehat-Nasehat Orang tua Karo, termasuk orang tua yang suka memberikan nasehat-nasehat kepada anggota keluarganya. Dalam nasehat yang diberikan selalu ditekankan, agar menyayangi orang tua, kakak/abang atau adik, harus berlaku adil. Menghormati kalimbubu, anakberu, senina sembuyak, serta tetap menjaga keutuhan keluarga.   Beberapa nasehat-nasehat orang-orang tua Karo lama, yang diungkapkan melalui ungkapan-ungkapan antara lain: Ula belasken kata la tuhu, kata tengteng banci turiken . Artinya jangan ucapkan kata benar, tetapi lebih baik mengucapkan kata yang tepat/pas. Ula kekurangen kalak enca sipandangi, kekurangenta lebe pepayo , artinya jangan selalu melihat kekurangan orang lain, tetapi lebih baik melihat kekurangan  kita (diri) sendiri atau  Madin me kita nggeluh, bagi surat ukat, rendi enta, gelah ula rubat ,  artinya lebih baik kita hidup seperti prinsip  surat ukat (surat sendok), saling memberi dan memintalah agar jangan sampai berkelahi. Beliden untungna si apul-apulen

Kumpulan Teks dan Terjemahan Lagu-lagu Karya Djaga Depari (bagian 2)

8. Mari Kena Mari turang geget ate mari kena Sikel kal aku o turang kita ngerana Aloi, aloi kal aku Kena kal nge pinta-pintangku Mari turang iah mari kena Mari turang iah mari kena Tebing kal kapen o turang ingandu ena Nipe karina i jena ringan i jena Tadingken kal ingandu ena Mari ras kal kita jenda Mari turang iah mari kena Mari turang iah mari kena Tertima-tima kal kami kerina gundari Kalimbubu, anak beru ras seninanta merari Mulih kal gelah kena keleng ate Ras kal kita jenda morah ate Ula lebe meja dage Mari turang iah mari kena Mari turang iah mari kena (sumber : Henry Guntur Tarigan, Piso Surit tahun 1990 halaman : 132) Mari Kena (Marilah mari) Mari adinda sayang marilah mari Ingin daku kita berbicara Dengar, dengarkanlah daku Dikaulah yang sangat kurindukan Mari, marilah sayang Mari, marilah sayang Sangat terjal jalan ke rumahmu sayang Ada banyak ular pula di situ Tinggalkanlah rumahmu itu Mari kita bersama di si

Musik Karo - Gendang Tiga Sendalanen (bagian 5)

7.2 Gendang telu sendalanen Secara harfiah Gendang telu sendalanen memiliki pengertian tiga alat musik yang sejalan atau dimainkan secara bersama-sama (sama seperti pengertian Gendang Lima Sendalanen). Ketiga alat musik tersebut adalah (1)  Kulcapi/balobat , (2)  ketengketeng,  dan (3)  mangkok.  Dalam ensambel  ini ada dua istrumen yang bisa digunakan sebagai pembawa melodi yaitu   Kulcapi  atau  balobat.   Pemakaian  Kulcapi atau balobat  sebagai pembawa melodi dilakukan secara terpisah dalam upacara yang berbeda.  Sedangkan  Keteng-keteng dan  mangkok merupakan alat musik pengiring yang menghasilkan pola-pola ritem yang bersifat konstan dan repetitif. Jika  Kulcapi digunakan sebagai pembawa melodi, dan  keteng-keteng  serta mangkok sebagai alat musik pengiringnya, maka istilah  Gendang telu sendalanen sering disebut   Gendang Lima Sendalanen Plus Kulcapi ,  dan jika balobat sebagai pembawa melodi, maka istilahnya  tersebut  menjadi  gendang balobat.  Masing-masing alat mu