Skip to main content

Lagu Purpur Sage dan Kekecewaan Djaga Depari (1960)



Lagu Purpur Sage tercipta di pertengahan tahun 1960, ketika Djaga Depari dan kawan-kawan sedang mempersiapkan satu pertunjukan di gedung Kesenian Medan. Dari materi pertunjukan sampai dekorasi pentas telah rampung di kerjakan. Namun, satu minggu menjelang pertunjukan terjadi perpecahan di tubuh group, hingga terjadi dua kubu.

Satu kubu di pihak Djaga Depari yang bertanggung jawab dalam kontrak jadwal dan perizinan menjadi kalang kabut karena semua bahan pertunjukan yang digarap pihak kubu kedua tidak diizinkan untuk dipentaskan di Medan.

Bahkan nama group yang semula “Sandiwara Irama Desa Seberaya” terpaksa diganti, berkat kerja keras Djaga Depari dan teman-teman, akhirnya pertunjukan itu dilaksanakan dengan baik dan lancar. Bahkan mendapat sambutan yang sangat antusias dari para penonton.

Sepulang dari Medan, perasaan yang mendera Djaga Depari dituangkannya melalui kertas dan pena. Melalui lagu ini, beliau berpesan bukan kepada perorangan, bukan pula ditujukan kepada lawan, tetapi beliau berpesan secara umum, tidak kasar dengan menggunakan alam dan isinya sebagai jembatan penghubung. Kekecewaan hatinya, dia tuangkan kedalam sebuah lagu yang diberi judul Purpur Sage, dari kutipan lirik lagu tersebut dapat kita pahami, betapa beliau berpesan kepada kita semua agar tetap kompak dan bersatu.


Purpur Sage 

Kai kin nembeh ate erteman 
Kai kin nge menek ate ku kade-kade 
Ku aron, kai nge morahta kai nge 
Ulande lebe ergila ate 
Ukuri kita terjore-jore 
Sialemen kita erpurpur sage

Kerina nge jelma si nggeluh enda 
Labo kal nura mahan si ceda 
Tapi mekatep kap kal salah perlakona 
La ietehna lepak ulina 
Erkadiola dungna ia 

Maka ula lebe murta ula meja 
Ula kal lebe megelut, ceda gia 
Jera kal ia robah jine 
Purpur sage gelah simehulina




Pada bait ini,. “aku” lirik mengharapkan agar tidak terjadi perpecahan di antara kita dan pesan ini ditujukan kepada semua orang secara umum.

Merasa pesan damai yang disampaikan masih kurang memuaskan hatinya, kembali Djaga Depari meluncurkan pesan damainya yang kedua. Ia menciptakan lagu lagu Sue-Sue, iramanya berubah menjadi kocak.


Sue-sue 

Arah kepultaken mbincar matawari 
Ulanai tunduh ota lawes ridi
Gelah min mejingkat
 ras menahang kula 
Sidahi dahinta dahin si erguna 

Sue-sue gelah arihta 
Ue ue ue gelah ningkena

Makanan dahinta lit kari gunana
Arih si ersada me bena-benana 
Perik kabang-kabang iherna rene-rende 
Bage ka pe kita
ola ndele-ndele 
Sidahi dahinta ola sempat murde 

Mari sipesikap gelah jore 
Sue-sue gelah arihta 
Ue ue ue gelah ningkena 

Arih si ersada me bena-benana 
Makanan dahinta lit kari gunana 




Pada bait pertama ini “aku” lirik menyampaikan pesan melalui keindahan alam bahwa dalam setiap melakukan pekerjaan selalu didasarkan atas hasil musyawarah untuk mencapai tujuan bersama hingga bermanfaat bagi semua orang. Sedangkan pada bait terakhir, lirik lagu dibuat sebagai pantun terikat yang sangat bermakna. Arih ersada eme bena-benana yang menyatakan musyawarah mufakat awal dari segalanya.




Sumber bacaaan :

Penulis : Marco Bangun
Repository.usu.ac.id


Comments

Popular posts from this blog

Nasehat-Nasehat dan Ungkapan-Ungkapan

Nasehat-Nasehat Orang tua Karo, termasuk orang tua yang suka memberikan nasehat-nasehat kepada anggota keluarganya. Dalam nasehat yang diberikan selalu ditekankan, agar menyayangi orang tua, kakak/abang atau adik, harus berlaku adil. Menghormati kalimbubu, anakberu, senina sembuyak, serta tetap menjaga keutuhan keluarga.   Beberapa nasehat-nasehat orang-orang tua Karo lama, yang diungkapkan melalui ungkapan-ungkapan antara lain: Ula belasken kata la tuhu, kata tengteng banci turiken . Artinya jangan ucapkan kata benar, tetapi lebih baik mengucapkan kata yang tepat/pas. Ula kekurangen kalak enca sipandangi, kekurangenta lebe pepayo , artinya jangan selalu melihat kekurangan orang lain, tetapi lebih baik melihat kekurangan  kita (diri) sendiri atau  Madin me kita nggeluh, bagi surat ukat, rendi enta, gelah ula rubat ,  artinya lebih baik kita hidup seperti prinsip  surat ukat (surat sendok), saling memberi dan memintalah agar jangan sampai berkelahi. Beliden untungna si apul-apulen

Kumpulan Teks dan Terjemahan Lagu-lagu Karya Djaga Depari (bagian 2)

8. Mari Kena Mari turang geget ate mari kena Sikel kal aku o turang kita ngerana Aloi, aloi kal aku Kena kal nge pinta-pintangku Mari turang iah mari kena Mari turang iah mari kena Tebing kal kapen o turang ingandu ena Nipe karina i jena ringan i jena Tadingken kal ingandu ena Mari ras kal kita jenda Mari turang iah mari kena Mari turang iah mari kena Tertima-tima kal kami kerina gundari Kalimbubu, anak beru ras seninanta merari Mulih kal gelah kena keleng ate Ras kal kita jenda morah ate Ula lebe meja dage Mari turang iah mari kena Mari turang iah mari kena (sumber : Henry Guntur Tarigan, Piso Surit tahun 1990 halaman : 132) Mari Kena (Marilah mari) Mari adinda sayang marilah mari Ingin daku kita berbicara Dengar, dengarkanlah daku Dikaulah yang sangat kurindukan Mari, marilah sayang Mari, marilah sayang Sangat terjal jalan ke rumahmu sayang Ada banyak ular pula di situ Tinggalkanlah rumahmu itu Mari kita bersama di si

Musik Karo - Gendang Tiga Sendalanen (bagian 5)

7.2 Gendang telu sendalanen Secara harfiah Gendang telu sendalanen memiliki pengertian tiga alat musik yang sejalan atau dimainkan secara bersama-sama (sama seperti pengertian Gendang Lima Sendalanen). Ketiga alat musik tersebut adalah (1)  Kulcapi/balobat , (2)  ketengketeng,  dan (3)  mangkok.  Dalam ensambel  ini ada dua istrumen yang bisa digunakan sebagai pembawa melodi yaitu   Kulcapi  atau  balobat.   Pemakaian  Kulcapi atau balobat  sebagai pembawa melodi dilakukan secara terpisah dalam upacara yang berbeda.  Sedangkan  Keteng-keteng dan  mangkok merupakan alat musik pengiring yang menghasilkan pola-pola ritem yang bersifat konstan dan repetitif. Jika  Kulcapi digunakan sebagai pembawa melodi, dan  keteng-keteng  serta mangkok sebagai alat musik pengiringnya, maka istilah  Gendang telu sendalanen sering disebut   Gendang Lima Sendalanen Plus Kulcapi ,  dan jika balobat sebagai pembawa melodi, maka istilahnya  tersebut  menjadi  gendang balobat.  Masing-masing alat mu