Skip to main content

Sumpah Karolina



jika jantung ini sesaat tanpa detak
bukan karena ragaku sekarat
sorot tajam mata elangmu
betapa mengalahkan hujaman sipiso-piso
pada kerasnya karang hatiku

jika hujan panas dan topan
mampu melapukkan kokohnya si waluh jabu
namun anyaman cinta yang tersulam perlahan
tak akan rentan oleh kejamnya jaman

seperti sumpah yang terucap
agar diri jauh dari la eradat
dan diantara dogma yang tergenggam erat
rengkuhanmu adalah hidupku sepanjang hayat

(Dewi Maharani)

SUMPAH KAROLINA
PENERBIT : GALLERY ILMU

HARGA : RP. 37.500

Berdasar skenario “ Oh. Impal…” karya Agung Waskito & El Manik, dinovelkan oleh Dewi Maharani.

“Satu hal yang harus kam ingat, aku ini orang Karo, dan aku beru Ginting!! Aku tak akan pernah melanggar sumpahku pada Ibu kandungku sendiri !!”

Meskipun sangat tidak setuju dan ingin sekali mengutarakan kebenaran, Karolina terpaksa harus bungkam. Kebenaran akhirnya memang terungkap. Nande , Ibunya, yang dianggap la eradat (tidak tahu adat), ternyata adalah seorang wanita mulia. Bagi masyarakat Karo, la eradat adalah sebutan untuk orang yang hina dan rendah.
 “Sumpah anak pada ibunya itu sakral. Ibaratnya, anak itu pemimpin, dan rakyat adalah ibu pertiwi; sumpah pemimpin pada rakyatnya harus dijunjung tinggi. Seandainya semua pejabat dan pemimpin di negeri ini menjunjung tinggi sumpah jabatannya, seperti sumpah Karolina pada ibunya, niscaya negeri ini akan makmur sentosa!”.
Novel yang diangkat dari skenario filem layar lebar “Oh, Impal...” berlatar belakang budaya Karo ini harus dibaca oleh semua anak bangsa di negeri kita, yang terdiri dari banyak suku, bangsa dan budaya. Dalam novel ini, kita melihat sosok manusia Indonesia sama seperti Amerika memiliki Biily joe the kid, atau Jepang melahirkan Oshin, Samurai, Torajido, dll.



Membaca novel ini, kita akan tertawa terbahak-bahak, atau menangis tersedu-sedu, bisa juga mengumpat geram oleh polah tingkah karakter yang begitu hidup dan sangat Indonesia. Mudah-mudahan dengan terbitnya novel ini, akan disusul oleh novel-novel berlatar belakang budaya lain di tanah air kita ini, supaya kita punya kebanggaan dan berhenti berbuat semena-mena melupakan akar budaya kita sendiri. Selamat membaca.

El Manik
Aktor kawakan ini sudah sejak lama punya obsesi besar untuk membuat filem layar lebar yang berlatar belakang budaya. Kebetulan, Karo adalah sukunya dan beliau merasa punya kewajiban untuk mefilemkan cerita ini. Mudah-mudahan tidak lama lagi.

Agung Waskito
Sutradara teater dan penulis skenario sinetron ini awalnya diajak El Manik ke Medan, Brastagi, Kabanjahe, dll., untuk mengenal budaya Karo. Agung mengaku langsung jatuh cinta pada tradisi dan seni budaya Karo. Hampir setahun bersama El Manik membuat skenario “Oh, Impal...” dan sangat berharap segera menjadi filem layar lebar.

Dewi Maharani
Selama menulis novel “Sumpah Karolina” yang berpijak pada skenario “Oh, Impal...”, Dewi mengaku tertawa geli, meneteskan air mata, marah-marah sendiri, ikut hanyut dalam alur ceritanya yang sangat menarik, khususnya komplikasi dan konflik karakter tokoh-tokohnya yang kuat dan beragam. “Saya sangat berterima kasih sekali diberi kepercayaan untuk menovelkan cerita yang luar biasa menarik ini,” ujarnya.

Semoga akan kembali bangkit filem berlatar belakang masyarakat Karo atau buah karya orang Karo, seperti yang filem berjudul Piso Surit (1960) dan  Turang (1957) yang terpilih sebagai Filem Terbaik FFI (Festival Filem Indonesia) 1960. Filem ini disutradarai oleh 
Bachtiar Siagian, produksi REFIC (Rencong Film Cooperation). Pernah diputar di Bioskop Broadway New York. (selengkapnya baca kembali : Lenyapnya Film Turang (1957) dan Piso Surit (1960) bagian 1 dan bagian 2). Semoga.
 

Details

ISBN:    9781519897
Author:            Dewi Maharani
Language:       INDONESIA
Date Published:           Oktober 2011
Type:   SOFT COVER
Dimensions (cm):        13 x 19

Comments

mirandahtb said…
Permisi, jika saya boleh tau, boleh saya minta kontak pak Agung Waskito mbak/mas? Bujur mejuah-juah :)

Popular posts from this blog

Nasehat-Nasehat dan Ungkapan-Ungkapan

Nasehat-Nasehat Orang tua Karo, termasuk orang tua yang suka memberikan nasehat-nasehat kepada anggota keluarganya. Dalam nasehat yang diberikan selalu ditekankan, agar menyayangi orang tua, kakak/abang atau adik, harus berlaku adil. Menghormati kalimbubu, anakberu, senina sembuyak, serta tetap menjaga keutuhan keluarga.   Beberapa nasehat-nasehat orang-orang tua Karo lama, yang diungkapkan melalui ungkapan-ungkapan antara lain: Ula belasken kata la tuhu, kata tengteng banci turiken . Artinya jangan ucapkan kata benar, tetapi lebih baik mengucapkan kata yang tepat/pas. Ula kekurangen kalak enca sipandangi, kekurangenta lebe pepayo , artinya jangan selalu melihat kekurangan orang lain, tetapi lebih baik melihat kekurangan  kita (diri) sendiri atau  Madin me kita nggeluh, bagi surat ukat, rendi enta, gelah ula rubat ,  artinya lebih baik kita hidup seperti prinsip  surat ukat (surat sendok), saling memberi dan memintalah agar jangan sampai berkelahi. Beliden untungna si apul-apulen

Kumpulan Teks dan Terjemahan Lagu-lagu Karya Djaga Depari (bagian 2)

8. Mari Kena Mari turang geget ate mari kena Sikel kal aku o turang kita ngerana Aloi, aloi kal aku Kena kal nge pinta-pintangku Mari turang iah mari kena Mari turang iah mari kena Tebing kal kapen o turang ingandu ena Nipe karina i jena ringan i jena Tadingken kal ingandu ena Mari ras kal kita jenda Mari turang iah mari kena Mari turang iah mari kena Tertima-tima kal kami kerina gundari Kalimbubu, anak beru ras seninanta merari Mulih kal gelah kena keleng ate Ras kal kita jenda morah ate Ula lebe meja dage Mari turang iah mari kena Mari turang iah mari kena (sumber : Henry Guntur Tarigan, Piso Surit tahun 1990 halaman : 132) Mari Kena (Marilah mari) Mari adinda sayang marilah mari Ingin daku kita berbicara Dengar, dengarkanlah daku Dikaulah yang sangat kurindukan Mari, marilah sayang Mari, marilah sayang Sangat terjal jalan ke rumahmu sayang Ada banyak ular pula di situ Tinggalkanlah rumahmu itu Mari kita bersama di si

Musik Karo - Gendang Tiga Sendalanen (bagian 5)

7.2 Gendang telu sendalanen Secara harfiah Gendang telu sendalanen memiliki pengertian tiga alat musik yang sejalan atau dimainkan secara bersama-sama (sama seperti pengertian Gendang Lima Sendalanen). Ketiga alat musik tersebut adalah (1)  Kulcapi/balobat , (2)  ketengketeng,  dan (3)  mangkok.  Dalam ensambel  ini ada dua istrumen yang bisa digunakan sebagai pembawa melodi yaitu   Kulcapi  atau  balobat.   Pemakaian  Kulcapi atau balobat  sebagai pembawa melodi dilakukan secara terpisah dalam upacara yang berbeda.  Sedangkan  Keteng-keteng dan  mangkok merupakan alat musik pengiring yang menghasilkan pola-pola ritem yang bersifat konstan dan repetitif. Jika  Kulcapi digunakan sebagai pembawa melodi, dan  keteng-keteng  serta mangkok sebagai alat musik pengiringnya, maka istilah  Gendang telu sendalanen sering disebut   Gendang Lima Sendalanen Plus Kulcapi ,  dan jika balobat sebagai pembawa melodi, maka istilahnya  tersebut  menjadi  gendang balobat.  Masing-masing alat mu