Skip to main content

Si Narsar Karokaro, Master Catur Dunia Jaman Hindia Belanda

Kostic Melawan Pemain Catur Karo, Medan 1925

(Tulisan ini bersumber dari tulisan Olimpiu G. Urcan berjudul : "An Unusual Clash. Kostić vs. Bataks, Medan 1925" yang dimuat di ChessCafe.com.)

Sudah lama beredar kabar tentang pemain catur Karo yang mampu menarik perhatian dunia, para master catur terkemuka. Dan awal Oktober 1925 terdapat 3 permainan yang tak terlupakan.

Akhir abad ke sembilan belas dan awal kedua puluh, di Hindia Belanda, diberitakan sebuah pulau bernama Sumatera begitu mengagumkan, memiliki karunia luar biasa yang melahirkan pemain catur. Di masa itu, dalam versi regional catur mendominasi Asia Tenggara, dan akhirnya beberapa orang Karo terbukti sama-sama mahir di versi Eropa. Segera setelah klub catur didirikan Belanda di beberapa kota besar di Sumatera dan Jawa pada 1800-an, orang Karo menantang pemain terkuat Belanda dan sering melahirkan skor menakjubkan. Pada awal 1900-an, berbagai jurnal catur Eropa mulai melaporkan pemain catur pribumi sering menghasilkan kemenangan cerdas mereka melawan pemain top klub kolonial. Pada tahun 1905, Armin Van Oefele menerbitkan brosur setebal enam puluh tiga halaman berhubungan dengan topik, Das Schachspiel der Bataker, sebuah esai etnografis pada kebiasaan orang Karo bermain catur.  Tidak mengherankan, H.J.R. Murray, dalam monumental History A Chess (1913), merasa terdorong untuk menyertakan aspek yang menarik geo-sejarah evolusi.

Berbagai majalah catur Belanda dan Eropa, termasuk yang sangat baik Tijdschrift van den Nederlandsch-Indischen Schaakbond (Jurnal dari Federasi Catur Hindia Belanda), berisi sejumlah referensi yang baik akan permainan catur pada masa Hindia Belanda. Informasi yang diberikan ini terutama didasarkan pada kolom catur lokal yang bermunculan di seluruh Hindia Belanda pada akhir 1890-an. Kolom seperti ini sering sulit dilacak, tetapi proyek digitalisasi yang relatif baru terlihat menjanjikan untuk penelitian lebih lanjut. Didukung oleh Koninklijke Bibliotheek, surat kabar utama Belanda 1618-1995 adalah sumber daya yang luas dan mudah digunakan surat kabar sejarah dari berbagai koloni Belanda. Beberapa dari mereka, seperti De Sumatera Pos dan Het Nieuws van den dag voor Nederlandsch Indië. Berikut ini sejumlah ringkas kisah dan pertandingan yang belum pernah terjadi sebelumnya antara master top Eropa dan pemain Batak terkuat dari 1910-an dan 1920-an.
Sebuah karya seni yang menggambarkan Si Narsar 1920,
pemain catur terkenal tahun 1910-an.
[Courtesy of Memory Belanda; Artist: HF van Prapaskah-Gort]
Orang Karo pertama yang diakui pada 1910-an awal adalah Si Narsar Karokaro, seorang Karo, anak seorang kepala desa, dan yang tinggal di utara Danau Toba, sebuah danau vulkanik besar. Seperti yang diumumkan oleh De Sumatera Post pada tanggal 30 Agustus 1910, donatur lokal menyusun rencana untuk membawa Si Narsar dan pemain catur Karo yang berbakat lainnya untuk tinggal selama sepuluh bulan di Eropa. Pada bulan Oktober rencana untuk perjalanan besar belum terwujud, namun Si Narsar mulai melakukan kegiatan yang menarik dengan bermain catur di Jawa, melawan pemain klub terkemuka seperti L.G. Eggink, yang juga mengedit kolom untuk Weekblad voor Indië. Koresponden De Sumatera Post, menulis bahwa Si Narsar memenangkan mayoritas permainan, dan bahwa ia, Eggink, adalah gembira atas pertandingan ini, terutama dapat belajar teori catur oleh orang Karo dari Chess Club Medan.

Perjalanan ke Eropa sayangnya tidak terwujud, dan Si Narsar melakukan perjalanan bolak-balik antara rumah asalnya dan Medan. De Sumatera Pos menyebutkan lagi pada bulan Juni 1912, menyatakan Si Narsar sering bepergian ke Medan untuk permainan. Ia disebutkan telah menjadi pemain yang lebih kuat, dan diundang untuk menawarkan eksibisi simultan di berbagai klub dan kelompok masyarakat di kota. Pada tahun 1913, ia terus melakukan prestasi tersebut untuk klub catur terkemuka di Sumatera dan Jawa dan, penting bagi seorang pribumi terpaksa harus melakukan perjalanan dan sekaligus memperoleh nafkah di situ. Ia mulai mengumpulkan pembayaran untuk eksibisi itu. Pada kenyataannya, dia akan menjadi pemain catur profesional penuh waktu pada Desember 1913, ketika beberapa klub tertarik mengontrak dia untuk pertandingan dan eksibisi, sehingga untuk membangkitkan kembali minat catur di komunitas mereka. Pada Januari 1914, dia memberi eksibisi simultan di Klub Catur Batavia (Jakarta hari) dan di "Concordia," sebuah kumpulan masyarakat militer. Pada tanggal 6 Januari, misalnya, di aula markas besar komunitas militer terisi penuh, Si Narsar memberikan tujuh papan eksibisi simultan dan berakhir empat setengah jam tanpa kekalahan (+6 = 1). Pada hari berikutnya, ia memenangkan lima papan simultan (memenangkan semua permainan), dan pada tanggal 8 Januari ia memberikan delapan papan simultan (+7 -1). Pada tanggal 9 januari, ia memberikan sembilan papan simultan, sekali lagi memenangkan semua permainan.

Saat di "Concordia," Si Narsar juga menatang Henrik DB Meijer, wakil-presiden Chess Club Batavia dan editor catur dari Het Nieuws van den dag voor Nederlandsch Indië-, sebuah koran yang sering dilaporkan mengekspos Si Narsar dan keberadaannya. Setelah Si Narsar memberikan tujuh pertandingan simultan (+6 -1), ia memenangkan pertandingan pendek terhadap Meijer (2 = 2). Selain di Batavia, Si Narsar memberikan pertunjukan serupa di provinsi Jawa lainnya. Pada tanggal 23 Januari, ia mengakhiri turnya ke Jawa dengan pameran sembilan papan simultan pada Masyarakat "De Harmonie" di Batavia (8 -1). Pers lokal menyorot tur dengan banyak detail (dan skor beberapa pertandingan), dan berita tentang si Narsar juga sampai ke Belanda pada bulan yang sama, terlihat perkumpulan catur di Belanda menyanjung apa yang sedang terjadi di Hindia Belanda dengan memuat pendapat di beberapa kolom catur, antara lain tulisan berjudul  : "Bataksche Capablanca" dan "Oostkustsche Tarrasch."

Menurut profil surat kabar (yang memuat foto dirinya terlihat masih muda) pada 31 Januari 1914 edisi “Berita Hari Ini Untuk Hindia Belanda,” Si Narsar dikatakan berusia sekitar tiga puluh tahun, memiliki tiga istri, dan tinggal di Berastagi, sebuah daerah pegunungan di barat laut Danau Toba. Saat itu, ketika Perang Dunia I pecah di Eropa, Si Narsar melakukan pameran di Sumatera dan pertandingan melawan pemain top Belanda atas wilayah tersebut, kegiatan ini ia lanjutkan hingga dua tahun ke depan. Tapi mengingat konflik di seluruh dunia, harapan penggemar Belanda agar Si Narsar dapat tur ke Eropa semakin tak terwujud.

bersambung ke bagian 2

Comments

jarumpoker said…
makasih gan infonya dan semoga bermanfaat
fun88login said…
semoga sukses terus gan buat usahanya

Popular posts from this blog

Nasehat-Nasehat dan Ungkapan-Ungkapan

Nasehat-Nasehat Orang tua Karo, termasuk orang tua yang suka memberikan nasehat-nasehat kepada anggota keluarganya. Dalam nasehat yang diberikan selalu ditekankan, agar menyayangi orang tua, kakak/abang atau adik, harus berlaku adil. Menghormati kalimbubu, anakberu, senina sembuyak, serta tetap menjaga keutuhan keluarga.   Beberapa nasehat-nasehat orang-orang tua Karo lama, yang diungkapkan melalui ungkapan-ungkapan antara lain: Ula belasken kata la tuhu, kata tengteng banci turiken . Artinya jangan ucapkan kata benar, tetapi lebih baik mengucapkan kata yang tepat/pas. Ula kekurangen kalak enca sipandangi, kekurangenta lebe pepayo , artinya jangan selalu melihat kekurangan orang lain, tetapi lebih baik melihat kekurangan  kita (diri) sendiri atau  Madin me kita nggeluh, bagi surat ukat, rendi enta, gelah ula rubat ,  artinya lebih baik kita hidup seperti prinsip  surat ukat (surat sendok), saling memberi dan memintalah agar jangan sampai berkelahi. Beliden untungna si apul-apulen

Musik Karo - Gendang Tiga Sendalanen (bagian 5)

7.2 Gendang telu sendalanen Secara harfiah Gendang telu sendalanen memiliki pengertian tiga alat musik yang sejalan atau dimainkan secara bersama-sama (sama seperti pengertian Gendang Lima Sendalanen). Ketiga alat musik tersebut adalah (1)  Kulcapi/balobat , (2)  ketengketeng,  dan (3)  mangkok.  Dalam ensambel  ini ada dua istrumen yang bisa digunakan sebagai pembawa melodi yaitu   Kulcapi  atau  balobat.   Pemakaian  Kulcapi atau balobat  sebagai pembawa melodi dilakukan secara terpisah dalam upacara yang berbeda.  Sedangkan  Keteng-keteng dan  mangkok merupakan alat musik pengiring yang menghasilkan pola-pola ritem yang bersifat konstan dan repetitif. Jika  Kulcapi digunakan sebagai pembawa melodi, dan  keteng-keteng  serta mangkok sebagai alat musik pengiringnya, maka istilah  Gendang telu sendalanen sering disebut   Gendang Lima Sendalanen Plus Kulcapi ,  dan jika balobat sebagai pembawa melodi, maka istilahnya  tersebut  menjadi  gendang balobat.  Masing-masing alat mu

Kumpulan Teks dan Terjemahan Lagu-lagu Karya Djaga Depari (bagian 2)

8. Mari Kena Mari turang geget ate mari kena Sikel kal aku o turang kita ngerana Aloi, aloi kal aku Kena kal nge pinta-pintangku Mari turang iah mari kena Mari turang iah mari kena Tebing kal kapen o turang ingandu ena Nipe karina i jena ringan i jena Tadingken kal ingandu ena Mari ras kal kita jenda Mari turang iah mari kena Mari turang iah mari kena Tertima-tima kal kami kerina gundari Kalimbubu, anak beru ras seninanta merari Mulih kal gelah kena keleng ate Ras kal kita jenda morah ate Ula lebe meja dage Mari turang iah mari kena Mari turang iah mari kena (sumber : Henry Guntur Tarigan, Piso Surit tahun 1990 halaman : 132) Mari Kena (Marilah mari) Mari adinda sayang marilah mari Ingin daku kita berbicara Dengar, dengarkanlah daku Dikaulah yang sangat kurindukan Mari, marilah sayang Mari, marilah sayang Sangat terjal jalan ke rumahmu sayang Ada banyak ular pula di situ Tinggalkanlah rumahmu itu Mari kita bersama di si