5. Seni Tenun (Mbayu)
Pakaian tradisional Karo
tentunya merupakan salah
satu hasil dari kebudayaan Karo, oleh
karena itu, seiring berkembangnya kebudayaan, masyarakat Karo telah memiliki banyak ragam pakaian dengan fungsi-fungsi yang berbeda.
Secara tradisional pakaian ini di tenun oleh para wanita Karo
dengan menggunakan kembaya (semacam kapas) yang dijadikan benang dan dicelup
dengan alat pewarna yang dibuat dari bahan kapur, abu dapur, kunyit, dan telep
(sejenis tumbuhan).
Secara umum pakaian tradisional Karo dapat dibagi atas
tiga kelompok, yaitu: pakaian
sehari hari, pakaian untuk pesta, dan pakaian kebesaran. Pakaian yang biasa
digunakan pria adalah pakaian dengan model batu gunting cina lengan panjang, tutup
kepala yang disebut tengkuluk atau bulang dan sarung, sedangkan untuk wanita terdiri
dari baju kebaya leher bulat, sarung (abit), tutup kepala (tudung), dan kain adat
bernama Uis Gara yang diselempangkan.
Pakaian pesta hampir sama dengan pakaian sehari-hari. Hanya
saja, pakaian pesta lebih bersih atau baru dan dikenakan dengan baik, sehingga
terlihat lebih sopan, dan pakaian kebesaran terdiri dari pakaian dengan
aksesoris-aksesoris yang lengkap serta digunakan pada saat pesta saja, seperti
pesta perkawinan, memasuki rumah baru, upacara kematian, dan pesta kesenian.
Di bawah ini akan dijabarkan beberapa ragam/jenis Uis yang ada pada masyarakat Karo, yaitu antara lain :
• Uis Arinteneng
Uis Arinteneng terbuat dari kapas atau kembayat yang ditenun.
Warnanya hitam pekat hasil pencelupan yang disebut ipelabuhken. Pakaian ini
digunakan untuk alas pinggan pasu tempat emas kawin dan tempat makanan
bagi pengantin sewaktu acara mukul (acara makan bersama) pada malam hari
setelah selesai pesta adat, uis ini juga digunakan sebagai pembalut
tiang pada peresmian atau acara adat memasuki rumah baru, dan membayar
hutang adat kepada kalimbubu dalam
upacara adat kematian.
• Uis Julu
Bahannya sama dengan bahan Uis Arinteneng. Warnanya hitam
dengan corak garis-garis putih berbentuk liris-liris. Keteng-keteng-nya
berwarna merah dan hitam dan disebut Keteng-ketang Bujur. Ada juga yang disebut keteng-keteng sirat denan diberi
ragam corak ukiran serta di sisi ujungnnya terdapat rambut (jumbai). Pakaian ini
diguanakan sebagai Gonje (sarung laki-laki),
membayar hutang adat (manehmaneh), nambari (mengganti) pakaian orang tua laki-laki,
dan digunakan juga sebagai selimut (cabin).
• Uis Teba
Hampir sama dengan Uis Julu. Perbedaannya ialah garis-garis
Uis Teba lebih jarang sedangkan Uis Julu
lebih rapat. Warnanya hitam,
di sisi ujungnya juga memiliki
rambut (jumbai). Sama seperti uis Julu
,Uis ini
juga digunakan untuk maneh-maneh
atau membayar hutang adat bagi perempuan yang meninggal, tudung bagi perempuan,
mengganti pakaian orang tua (bagi ibu), dan alas pinggan pasu tempat emas kawin
sewaktu melaksanakan pembayaran kepada pihak mempelai perempuan dalam upacara
adat Perkawinan.
• Uis Gatip
Uis Gatip ini berwarna hitam dan berbintik-bintik putih di
tengah, tepian kain warnanya hitam pekat dan ujungnya terjalin dan berumbai.
Jenis kainnya lebih tebal sehingga sering disebut dengan Uis kapal (kain tebal). Uis ini dipakai
sebagai ose (pakaian) laki-laki pada upacara-upacara adat perkawinan, memasuki rumah baru, guro-guro
aron (pesta muda-mudi) dsb.
• Uis Jongkit
Warna dan bahan Uis ini sama dengan Uis Gatip, hanya saja Uis
Jongkit memakai benang emas dengan motif melintang pada bagian tengah kain
tersebut, hingga warna dan bentuknya lebih cerah. Penggunaan Uis ini juga sama
seperti Uis Gatip, tapi kain ini sekarang lebih disenangi dan banyak dipakai
pada upacara-upacara adat.
• Uis Beka Buluh
Warna dasar kain Uis Beka Buluh ini merah cerah, bagian
tengah bergaris Kuning, Ungu, Putih dan pada tepian dan ujung kain terdapat
motif-motif ukiran Karo yang dibuat dengan benang emas. Kain ini dipakai
sebagai Bulang (penutup kepala/topi)
pada laki-laki, dan juga dipakai sebagai
cekok-cekok (penghias bahu) yang diletakan sedemikian rupa pada
bahu laki-laki, selain itu kain ini juga biasa diletakkan di atas tudung
wanita.
• Uis Kelam-Kelam
Warnanya hitam pekat, bahan kainnya lebih tipis dari Uis yang
lain dan polos tanpa motif, sepintas seperti kain hitam biasa, hanya saja
kain ini lebih keras dibanding Uis yang lain. Uis ini biasa dipakai oleh wanita sebagai
tudung pada upacara-upacara adat, tudung yang bahannya dari uis kelam-kelam
ini disebut Tudung Teger Limpek
dengan bentuknya yang khas dan unik. Memang
proses pembuatan tudung ini sangat sulit dan unik, hingga saat ini tidak
semua orang dapat membuat tudung ini.
• Uis Jujung-jujungen
Warnanya merah bersulamkan emas dan kedua ujungnya juga
berumbai benang emas, kain ini tidak selebar kain yang lainnya, bentuknya hampir
sama dengan selendang. Uis ini biasanya dipakai oleh wanita dan biasanya
letaknya diatas tudung dengan rumbainya terletak disebelah depan. Pada saat
sekarang uis ini jarang digunakan, dan kebanyakan telah digantikan dengan uis
Beka buluh.
• Uis Nipes
Kain ini jenisnya lebih tipis dari kain-kain lainnya dan
memiliki bermacammacam motif dan warna (merah, coklat, hijau, ungu dan
sebagainya), uis ini biasa digunakan sebagai selendang bagi wanita.
1. Uis Gatip |
2. Uis Nipes |
3. Uis Jujung-jujungen |
4. Uis Kelam-kelam |
5. Uis Teba |
6. Uis Jongkit |
Selain beberapa jenis Uis yang telah dijelaskan secara
singkat di atas, masih terdapat beberapa jenis Uis yang lain, diantaranya :Uis
Batu Jala, Uis Gobar Dibata, Uis Pengalkal, dan lain-lain.
Sumber : Repository.usu.ac.id
Comments