Rakutta Sembiring Brahmana (1914-1964)
Pada awalnya beliau menjabat sebagai Bupati Tanah Karo pada tahun 1946 hingga 2 priode. Pada tahun 1954-1960 Rakutta Sembiring Brahmana dipindah tugaskan ke daerah Asahan. Di Asahan beliau menjabat sebagai Bupati sekaligus merangkap sebagai Walikota Tanjung Balai. Dan yang terakhir beliau menjabat sebagai Walikota Pematang Siantar 1960-1964. Walaupun Rakutta Sembiring Brahmana bukan putra daerah tetapi dia bisa menjadi seorang pemimpin di daerah orang lain. Selama ia memimpin di tiga wilayah beliau telah memberikan sumbangsih yang sangat besar melalui kebijakan-kebijakan yang ia buat.
BIOGRAFI RAKUTTA
SEMBIRING BRAHMANA (1914-1964)
Oleh Eva Angelia Sembiring
DEPARTEMEN SEJARAH
FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010
ABSTRAK
Rakutta Sembiring merupakan salah satu tokoh penting
pada masa awal kemerdekaan Indonesia yang belum pernah dituliskan orang dalam
bentuk biografi, memoar atau otobiografi. Rakutta Sembiring Brahmana lahir di
Tanah Karo tepatnya di Desa Limang pada tanggal 4 Agustus 1914. Awal kariernya
dimulai dengan mengikuti pelatihan sipil dan kemudian turut serta dalam
perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia. Pada awalnya beliau menjabat sebagai
Bupati Tanah Karo pada tahun 1946.
Pada tahun 1954-1960 Rakutta Sembiring Brahmana dipindah tugaskan ke daerah
Asahan. Di Asahan beliau menjabat
sebagai Bupati. Dan yang terakhir beliau menjabat sebagai Walikota Pematang Siantar 1960-1964.
Walaupun Rakutta Sembiring Brahmana bukan putra daerah tetapi dia bisa menjadi
seorang pemimpin di daerah orang lain. Selama
ia memimpin di tiga wilayah beliau telah memberikan sumbangsih yang sangat
besar melalui kebijakan-kebijakan yang ia buat.
Tulisan ini membahas latar belakang sisi kehidupan Rakutta
Sembiring Brahmana, baik kehidupan pribadinya maupun kebijakan-kebijakan yang
ia lahirkan selama periode kepemimpinanya menjadi kepala daerah. Tujuan
penulisan ini adalah menjelaskan latar belakang kehidupan Rakutta Sembiring
Brahmana, aktivitas politik selama menjabat sebagai pemimpin dan akhir hayat
Rakutta Sembiring Brahmana.
Metode yang dipakai dalam penulisan ini adalah metode
sejarah, yaitu Heuristik (pengumpulan sumber), Verifikasi (kritik sumber),
Interpretasi dan yang terakhir adalah Historiografi (penulisan). Pada tahap
heuristik, penulis menggunakan dua metode penelitian yakini, metode kepustakaan
(Library Research) dan metode lapangan (Field Research).
Masa Kecil Rakutta
Sembiring Brahmana
Rakutta Sembiring
Brahmana lahir di
sebuah desa yang berada di dataran tinggi Tanah Karo tepatnya Desa Limang. Pada masa pendudukan
Belanda, Desa Limang termasuk ke dalam wilayah
Landschaap (10) Sarinembah khususnya Urung Perbesi. (11)
Saat ini Desa Limang merupakan salah satu Desa yang berada padawilayah Kecamatan Tiga Binanga.
Mayoritas masyarakat Desa Limang berasal dari klan Marga Sembiring (12) khususnya
Sembiring Brahmana. (13) Hal ini terjadi karena menurut sejarah yang
beredar di dalam masyarakat desa ini, pendiri
Desa Limang adalah Marga Sembiring Brahmana. Oleh karena itu tidak
mengherankan bila hingga saat ini marga Sembiring Brahmana mendominasi wilayah
Desa Limang.
Desa Limang ini didirikan oleh Sembiring Brahmana sekitar
tahun 1650-1700. Perhitungan ini
didasarkan kepada generasi keempat
Singian Sampalen yaitu Mangasi
Sembiring Brahmana (1841-1923) dan Mbeliting
Sembiring Brahmana (1943-1924). (14)
Rakutta Sembiring
Brahmana lahir dari
buah cinta perkawinan pasangan Malem
Sembiring Brahmana dengan Bayang Tua
br Sebayang. Pasangan ini dikaruniai tiga orang anak yaitu, Rakutta Sembiring Brahmana sebagai
putera sulung, Ngaloken Sembiring
Brahmana sebagai putera kedua, dan yang terakhir pasangan ini dikaruniai
seorang puteri, namun nama dan jejaknya tidak diketahui karena pada saat usianya
yang masih belia ia meninggal dunia, tepatnya pada masa penjajahan Belanda.
Nama Rakutta Sembiring Brahmana yang diberikan oleh kedua orangtuanya diambil
dari Bahasa Karo yang artinya pengikat.
Nama ini diberikan dengan harapan kelak Rakutta dapat menjadi pengikat atau pemersatu dalam keluarga.
Ayah kandung Rakutta Sembiring Brahmana memiliki lima orang isteri. Isteri pertama Bayang Tua br Sebayang yang merupakan ibu kandung
dari Rakutta sendiri. Seperti yang telah diuraikan pada paragraf terdahulu,
pasangan ini memiliki tiga orang anak. Sesuai kebiasan dalam masyarakat Karo, nama anak pertama dijadikan sebagai nama
panggilan bagi orangtuanya. Oleh karena Rakutta merupakan anak pertama,
maka ayahnya dipanggil dengan Pa Rakutta
dan ibunya dipanggil dengan Nd Rakutta.
Isteri kedua dari Malem Sembiring Brahmana adalah Nd Malem Sembiring br Sebayang. Dari
perkawinan kedua ini, Malem Sembiring Brahmana memperoleh lima orang anak,
empat orang perempuan dan satu laki-laki. Adapun nama dari anak-anak tersebut
adalah Sendeng br Sembiring Brahmana, Nd
Bahari br Sembiring Brahmana, Nd Sopan Sembiring Brahmana, Nd Rosmasari
Sembiring Brahmana, dan Dr Kamsah Sembiring Brahmana. Isteri kedua ini kemudian akhirnya cerai dari ayah Rakutta
Sembiring Brahmana karena beliau tidak menyetujui adanya pernikahan-pernikahan
selanjutnya setelah pernikahanya. Setelah cerai isteri kedua dari Malem Sembiring
Brahmana ini tidak pulang ke rumah orangtuanya. Beliau tetap tinggal di Desa
Limang karena tidak diijinkan oleh
saudara laki-lakinya pulang ke rumah orang tuanya.
Isteri ketiga dari Malem Sembiring Brahmana adalah Terkelin br Sebayang. Dari perkawinan
ketiga ini beliau dikaruniai tiga orang anak yang seluruhnya adalah perempuan.
Adapun nama ketiga anak ini adalah Ronang
br Sembiring Brahmana,Ingan br Sembiring Brahmana dan Layas br Sembiring
Brahmana.
Pernikahan untuk keempat kalinya, Malem Sembiring Brahmana
menikahi seorang gadis bernama Kapalen
br Sebayang. Pernikahan ini dikaruniai empat orang anak yang terdiri dari
satu orang perempuan dan tiga orang laki-laki. Adapun nama anak-anak dari
pasangan ini antara lain Banta Mulia br
Sembiring Brahmana, Imat Sembiring Brahmana, Kitetena Sembiring Brahmana, dan
Rajun sembiring Brahmana.
Pernikahan kelima sekaligus merupakan pernikahan terakhir
dari Malem Sembiring Brahmana dilakukannya dengan seorang gadis yang mempunyai
marga yang sama dengan keempat isterinya. Gadis itu bernama Mulia br Sebayang. Pernikahan ini
dikaruniai lima orang anak, empat orang perempuan dan satu orang laki-laki.
Adapun nama kelima anak tersebut adalah Ukur
br Sembiring Brahmana, Jumpa Sembiring Brahmana, Baru br Sembiring Brahmana, Tuah
br Sembiring Brahmana dan yang terakhir Riah br Sembiring Brahmana.
Seluruh isteri dari Malem Sembiring yang merupakan ayah
kandung Rakutta Sembiring Brahmana ini hidup berdampingan secara damai. Hal ini
terjadi karena pada dasarnya mereka masih
mempunyai ikatan kekerabatan yang sangat dekat. Bahkan isteri keempat dan
kelima tinggal bersama dalam satu atap.
Setelah meninggal isteri-isteri dari Malem Sembiring Brahmana ini dikuburkan dalam satu semen kecuali isteri
kedua karena beliau telah diceraikan oleh ayahanda Rakutta Sembiring
Brahmana ini.
Zaman dahulu, sebelum dan sesudah kedatangan Belanda ke Tanah
Karo, menikah lebih dari sekali dan mempunyai
isteri yang banyak merupakan hal yang sangat lumrah terjadi dalam kehidupan
masyarakat. Alasannya sangatlah beragam seperti
untuk membina hubungan kekeluargaan yang erat dengan famili di beberapa desa.
Demikian dengan pernikahan ayah Rakutta yang sampai lima kali juga merupakan
hal yang biasa dan tentunya memiliki alasan. Pernikahan ini terjadi karena adanya
perjodohan.
Orangtua dari kelima
isterinya ini menjodohkan puterinya dengan Malem Sembiring Brahmana karena beliau merupakan salah satu tokoh penetua adat yang terpandang dan
terkaya di daerahnya. Malem Sembiring Brahmana ini mempunyai ternak kerbau
yang cukup banyak. Di samping itu juga beliau memiliki tanah yang cukup luas,
sehingga orangtua dari kelima isterinya ini yakin bahwa kehidupan anaknya tidak akan sengsara bersama Malem Sembiring Brahmana.
Malem Sembiring Brahmana ini dikenal sebagai orang yang
pemberani. Hal ini ditunjukkan dari cerita yang dilontarkan anak bungsunya Riah
br Sembiring Brahmana. Beliau menuturkan bahwa ayahnya mempunyai sekitar 400 ekor kerbau yang dipelihara dalam
tanah yang sangat luas di dekat hutan. Akibat letaknya yang sangat berdekatan
dengan hutan, kerbau ini sering diintai
oleh harimau untuk dimakan sehingga agar menghindari supaya kerbau ini
tidak dimakan maka Malem Sembiring Brahmana harus menjaganya. Beliau tidak takut dalam menghadapi binatang
buas ini dan tidak segan-segan untuk menembaknya apabila kerbau miliknya sudah
terancam bahaya. Dalam menjaga kerbau ini Malem Sembiring Brahmana tidak pernah
melibatkan anak-anaknya termasuk Rakutta Sembiring Brahmana. Rakutta sembiring
Brahmana bersama saudara-saudaranya cukup tinggal di kampung bersama ibunya. (15) Keberanian
Malem Sembiring Brahmana ini turun pada putera sulungnya Rakutta Sembiring
Brahmana yang tampak pada pergulatannya dalam dunia politik ketika ia sudah
dewasa.
Dari penjelasan pada paragraf terdahulu Rakutta Sembiring
Brahmana mempunyai dua orang saudara
kandung dan 17 orang saudara tiri. Jumlah ini bukanlah jumlah yang sedikit
dalam sebuah keluarga. Semua anak-anak dari Malem Sembiring Brahmana ini hidup
dengan rukun dan didik agar kelak menjadi orang yang berguna bagi keluarga dan
masyarakat banyak. Meskipun Rakutta mempunyaia adik-adik tiri, beliau tidak
pernah membeda-bedakan antara adik kandung dan adik tiri. Semua saudaranya
diperlakukanya sama. Rakutta Sembiring Brahmana sering sekali berkumpul bersama
adik-adik tirinya meski mereka tidak tinggal satu atap.
Kebiasaan-kebiasaan Rakutta Sembiring Brahmana yang seperti
ini tetap berlangsung hingga ia menikah kelak. Bagi adik-adiknya dia dikenal
sebagai seorang abang yang mengayomi dan melindungi adik-adiknya. Didikan
seperti ini mengakibatkan dikemudian hari Rakutta peka memperhatikan kondisi
orang-orang disekelilingnya terutama setelah ia menjadi dewasa seperti
mengikuti perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia dan ketika beliau kelak
menjadi salah satu tokoh penting di Sumatera Utara (Bupati dan walikota).
bersambung
bersambung
(10) Landschaap yaitu pemerintahan
bumiputra. Pemerintahan (Landschapp) dibentukberdasarkan perjanjian pendek
dengan pemerintahan Onderafdeling.
(11) Tridah Bangun dan Hendri Chairuddin,
Kilap Sumagan: Biografi Selamat Ginting, Salah Seorang Penggerak Revolusi
Kemedekaan Di Sumatera Utara, Jakarta: Haji Masagung, 1994, hal. 16.
(12) Sembiring merupakan salah satu marga
dari lima marga inti pada masyarakat Karo yang dikenal dengan Merga Silima.
Adapun marga-marga yang termasuk dalam Merga Silima ini antaralain, Tarigan,
Ginting, Karo-Karo, Sembiring dan Perangin-angin.
(13) Sembiring Brahmana merupakan cabang
dari Marga Sembiring. Ada beberapa cabang dari Marga Sembiring ini antara lain,
Brahmana, Pandia, Colia, Meliala, Muham, Maha, Pelawi,Pandebayang, Depari,
Tekang, Gurukinaya, Buhuaji, Keling, Kembaren, Keloko, Sipayung, Sinulaki,dan
Sinukapar.
(14) Wawancara dengan Riah Sembiring
Brahmana di Medan, pada tanggal 14 Juli 2010.
(15) Wawancara dengan Riah Sembiring
Brahmana di Medan, pada tanggal 23 Juli 2010.
Comments
Istri-Istri dari Malem S. Brahmana.
Ayah kandung Rakutta Sembiring Brahmana yang bernama Malem S. Brahmana memiliki lima orang isteri.
Isteri pertama Bayang Tua br Sebayang yang merupakan ibu kandung dari Rakutta sendiri, pasangan ini memiliki tiga orang anak.
Isteri kedua dari Malem Sembiring Brahmana adalah Nd Malem Sembiring br Sebayang. Dari perkawinan kedua ini, Malem Sembiring Brahmana memperoleh lima orang anak, empat orang perempuan dan satu laki-laki. Adapun nama dari anak-anak tersebut adalah Sendeng br Sembiring Brahmana, Nd Bahari br Sembiring Brahmana, Nd Sopan Sembiring Brahmana, Nd Rosmasari Sembiring Brahmana, dan Dr Kamsah Sembiring Brahmana. Isteri kedua ini.
Isteri ketiga dari Malem Sembiring Brahmana adalah Terkelin br Sebayang. Dari perkawinan ketiga ini beliau dikaruniai tiga orang anak yang seluruhnya adalah perempuan. Adapun nama ketiga anak ini adalahRonang br Sembiring Brahmana,Ingan br Sembiring Brahmana dan Layas br Sembiring Brahmana.
Pernikahan untuk keempat kalinya, Malem Sembiring Brahmana menikahi seorang gadis bernama Kapalen br Sebayang. Pernikahan ini dikaruniai empat orang anak yang terdiri dari satu orang perempuan dan tiga orang laki-laki. Adapun nama anak-anak dari pasangan ini antara lain Banta Mulia br Sembiring Brahmana, Imat Sembiring Brahmana, Kitetena Sembiring Brahmana, dan Rajun sembiring Brahmana.
Pernikahan kelima dari Malem Sembiring Brahmana dilakukannya dengan seorang gadis yang mempunyai marga yang sama dengan keempat isterinya. Gadis itu bernama Mulia br Sebayang. Pernikahan ini dikaruniai lima orang anak, empat orang perempuan dan satu orang laki-laki. Adapun nama kelima anak tersebut adalah Ukur br Sembiring Brahmana, Jumpa Sembiring Brahmana, Baru br Sembiring Brahmana, Tuah br Sembiring Brahmana dan yang terakhir Riah br Sembiring Brahmana.
Sebenarnya nama istri Malem S. Brahmana tersebut adalah:
Istri Pertama bernama Linggar Br. Sebayang (Nd. Rakut). Mempunyai dua anak yaitu Rakutta Brahmana, Ngaloken Brahmana.
Istri Kedua bernama Kapalen Br. Sebayang (Nd. Sendeng). Mempunyai 4 orang anak, 3 perempuan yaitu Sendeng S. Brahmana, Banak S. Brahmana, Bolong Br S. Brahmana dan 1 laki-laki yaitu Dr. Kamsah S. Brahmana.
Istri ketiga bernama Benben Br. Sebayang (Nd. Ronang). Mempunyai 3 orang anak., 2 wanita yaitu Ronang Br S. Brahmana, Ingan Nggit Br S. Brahmana, dan 1 pria yaitu Layas S. Brahmana (LS Man).
Istri keempat bernama Kelin Br. Sebayang (Nd. Banta Muli). Mempunyai 4 orang anak, 1 wanita Banta Uli Br. S. Brahmana, dan 3 orang laki-laki yaitu Emat S. Brahmana, Kitatena S. Brahmana, Rajin S. Brahmana.
Istri ke lima bernama Mulia Br. Sebayang (Nd. Ukor). Mempunyai 5 orang anak, 3 perempuan yaitu Ukor Br S. Brahmana, Setianna Br S. Brahmana, dan Tuah Br. S. Brahmana, dan 2 anak laki-laki yaitu Drs Jumpa S. Brahmana Dan Drs. Riah Raja S. Brahmana.