Menurut profil surat kabar (yang
memuat foto dirinya terlihat masih muda) pada 31 Januari 1914 edisi “Berita
Hari Ini Untuk Hindia Belanda,” Si Narsar dikatakan berusia sekitar tiga puluh
tahun, memiliki tiga istri, dan tinggal di Berastagi, sebuah daerah pegunungan
di barat laut Danau Toba. Saat itu, ketika Perang Dunia I pecah di Eropa, Si
Narsar melakukan pameran di Sumatera dan pertandingan melawan pemain top
Belanda atas wilayah tersebut, kegiatan ini ia lanjutkan hingga dua tahun ke
depan. Tapi mengingat konflik di seluruh dunia, harapan penggemar Belanda agar
Si Narsar dapat tur ke Eropa semakin tak terwujud.
sebelumnya : bagian 1
Setelah pasca perang Dunia I,
berita tentang Si Narsar meredup. Pada awal tahun 1923, Meyer menemui Si Narsar di Berastagi. Ia melaporkan Si Narsar jarang
sekali bertanding catur selama beberapa tahun. Disebabkan beras semakin mahal
dan tidak ada waktu untuk bermain catur. Tenaganya dihabiskan untuk bekerja
mendapatkan kebutuhan rumah tangga. Pada kesempatan itu dua pertandingan ulang
dimainkan (1 -1). Kedua permainan ini diterbitkan dalam edisi 11 Mei pada kolom
Meyer dalam Het nieuws van den dag voor
Nederlandsch-Indië (Berita Hari Ini Untuk Hindia Belanda). Meyer bersaksi
Si Narsar itu, meskipun kurang melakukan praktek dan hanya menguasai teori
dasar, tetap menjadi lawan berbahaya.
Foto pecatur Si Narsar dengan istri dan anaknya tahun foto antara 1914-1919 Portret van een Karo Batak echtpaar van aanzien; de schaker Si Narsar met zijn echtgenote en hun baby Sumber : Tropenmuseum |
Meskipun bisa dibilang ia pemain dari Karo yang paling banyak dipublikasikani, ternyata ada dua pemain kuat lainnya
yang mengikuti jejak Si Narsar yaitu : Si
Ngoekoem dan Si Toemboek. Pada tahun
1918-1919 keduanya dikenal sebagai pemain catur dari Karo yang sangat baik.
Mereka naik mungkin ada hubungannya dengan menghilangnya Si Narsar dari arena
percaturan lokal.
Si Toemboek |
Pada malam 6 Oktober, mulai pukul
07:00, Kostic mulai melakukan pertandingan simultan yang tidak biasa pada tiga
papan di Hotel Medan. Lawannya adalah orang Karo yaitu Si Ngoekoem, Si Toemboek dan Si Narsar, dan yang terakhir ini tiba
di Medan dari Brastagi. Harian De
Sumatera Post bertanggal 7 Oktober menggambarkan proses dengan sangat
rinci, menggaris bawahi kecemasan
orang-orang Karo yang bertemu dengan kesempatan sekali dalam seumur hidup untuk
menghadapi lawan sekaliber itu. Intensitas permainan berlangsung hingga pukul
01:00, dan Kostic berhasil memenangkan ketiga permainan. Ia memuji Si Toemboek,
pemain peringkat tertinggi di antara orang Karo pada saat itu, yang memberinya
perlawanan terkuat.
Skor dari seluruh tiga
pertandingan, di bawah ini, muncul pada tanggal 18 November dalam kolom Meijer
di harian Het Nieuws van den dag voor
Nederlandsch Indië. Pada pertandingan pertama, pembukaan yang dilakukan Si Ngoekoem
begitu rapuh, ia ditakdirkan benar-benar melawan seorang master.
Blog ChessCafe menuliskan :
In the first game, Si Ngoekoem's
ruinous opening play doomed him against a master of Kostić's stature, yet
24.Rxd3!? (instead of 24.Ra2) could have made things far more interesting:
Berikut laporannya :
Si Ngoekoem – Boris Kostić
Medan Chess Club, Medan Hotel
Simultaneous Exhibition at three
boards
6 October 1925
1.e4 e5 2.d3 Nf6 3.Nf3 Nc6 4.Be2 d5 5.exd5 Nxd5 6.c3 Be7 7.b4 Bf6 8.Bd2
0–0 9.a3 Bf5 10.0–0 Qd7 11.Ra2 h6 12.b5 Nd8 13.c4 Ne7 14.Bc3 Ng6 15.Rd2 Ne6
16.d4 e4 17.Ne1 Nef4 18.Nc2 Nxe2+ 19.Qxe2 Nf4 20.Qe1 Nd3 21.Qe2 Bg6 22.d5 Bg5
23.Ne3 f5
[FEN "r4rk1/pppq2p1/6bp/1P1P1pb1/2P1p3/
P1BnN3/3RQPPP/1N3RK1 w - - 0 24"]
|
24.Ra2 f4 25.Qg4 Qf7 26.Nc2 Bh5 27.Qe6 Qxe6 28.dxe6 Be2 29.Nd4 Bxf1
30.Kxf1 Rae8 31.f3 e3 32.Rc2 Bf6 33.Ke2 Nc5 34.g3 g5 35.e7 Bxe7 36.g4 Bf6
37.Nf5 Kh7 38.Bb4 b6 39.Nc3 Bxc3 40.Rxc3 Rd8 41.Rc1 Rf7 42.h4 Rfd7 43.hxg5
[FEN "3r4/p1pr3k/1p5p/1Pn2NP1/
1BP2pP1/P3pP2/4K3/2R5 b - - 0 43"]
|
43...Rd2+ 44.Bxd2 Rxd2+ 45.Kf1 hxg5 46.Rb1 Nd3 47.Nd4 Ne5 48.Ne2 Nxf3
49.Rb3 Rxe2 0–1
Permainan Si Toemboek adalah yang
paling tidak biasa. Menurut harian De
Sumatera Post bertanggal 7 Oktober, pemain Karo ini tidak yakin aturan
Eropa.
Blog ChessCafe menuliskan :
According to De Sumatra Post of
October 7, the Batak player was unsure of the European rules and repeatedly
enquired of some of the spectators about how certain pieces moved. He may well
have been pulling the legs of European spectators, who didn't know his strength
at the game. For someone who supposedly needed guidance navigating the game's
basic rules, his French Defense was rather excellent. Perhaps, had he found
28…Rg6!, instead of 28…Bc6?!, he would have put up an even more tenacious fight
:
Boris Kostić – Si Toemboek
Medan Chess Club, Medan Hotel
Simultaneous Exhibition at three
boards
6 October 1925
1.d4 e6 2.e4 d5 3.Nc3 Bb4 4.e5 c5 5.a3 Bxc3+ 6.bxc3 c4 7.Qg4 g6 8.Nf3
h5 9.Qf4 Nh6 10.Ng5 Nc6 11.f3 Bd7 12.g4 hxg4 13.fxg4 Qe7 14.a4 0–0–0 15.Ba3 Qe8
[FEN "2krq2r/pp1b1p2/2n1p1pn/3pP1N1/
P1pP1QP1/B1P5/2P4P/R3KB1R w KQ - 0 16"]
|
16.Bxc4!?
An appealing sacrifice by Kostić.
The alternative was Bf1–g2 and 0–0 with an excellent position.
16...f5
Possible was also 16...dxc4 17.Ne4
Qg8 18.Qf3 Kb8 19.Nf6 Qg7 20.Rb1 with a playable position for both sides.
17.Be2 fxg4?!
17...Na5! would have been a more
subtle positional approach.
18.Bxg4 Nf5 19.Nf3 Na5! 20.Nd2 Bc6
20...Bxa4!? 21.Bb4 Qb5 22.Nb3
Nxb3 23.cxb3 Bxb3 24.Rxa7 Qd3 25.Ra1 Bc4 was a very good alternative for the
Batak player.
21.h4 Rd7 22.Qg5 Rdh7 23.h5 Bd7 24.Bxf5 gxf5 25.h6 Rg8 26.Qf6 Nc4
27.Nxc4 dxc4 28.0–0–0
[FEN "2k1q1r1/pp1b3r/4pQ1P/4Pp2/
P1pP4/B1P5/2P5/2KR3R b - - 0 28"]
|
28...Bc6?!
If 28...Bxa4?!, then 29.Rhg1 Rg4
30.d5! Bd7 31.dxe6 Qxe6 32.Bf8! and Black may have to suffer considerably
before obtaining a clear peace of mind. 28...Rf7?! wouldn't have sufficed
either: 29.h7! Rxf6 30.hxg8Q Qxg8 31.exf6 Qg5+ 32.Kb2 Qxf6 33.Rdg1 Qd8 34.Rh7
a5 35.Rgg7 and White should win. But 28...Rg6! would have been the key: 29.Qf8
(29.Qh4? Bc6 30.Rh2 Be4 and Black is much better.) 29...Bxa4 30.Rdg1 Rh8
31.Qxe8+ Bxe8 32.Rxg6 Bxg6 with chances for an equal endgame.
29.Rhg1 Rgh8 30.Rg6
[FEN "2k1q2r/pp5r/2b1pQRP/4Pp2/P1pP4/
B1P5/2P5/2KR4 b - - 0 30"]
|
30...Bf3?!
Another less inspired idea.
Somewhat better was 30...Bd5!? 31.Rdg1 b6 32.Kd2 Be4 33.Bd6 Kb7 34.Rg7+ Ka6
35.Rxh7 Rxh7 36.Qf8 and White has the upper-hand but there was still some play
for Black.
31.Rdg1 Bg4 32.Rh1
32.Bd6! was much stronger.
32...Rf7?
32...Bf3 33.Rh4 Bd5 was needed.
33.Qxe6+ Qxe6 34.Rxe6 f4 35.Re7 Rxe7 36.Bxe7 Kd7 37.Bf6 Rh7 38.Bg7 Ke6
39.Rh4 Kf5 40.e6
Kostić could have gone for the
straightforward line: 40.Rxg4 Kxg4 41.e6 f3 42.Kd2 Kg3 43.e7 f2 44.e8Q f1Q
45.Qg6+ Kh4 46.Qxh7 and Black has no perpetual check.
40...f3 41.e7 f2 42.Rh1 Kf4 43.e8Q Kf3 44.Qf7+ Kg2 45.Qxc4
45.Rh2+ Kxh2 46.Qxf2+ Kh3 47.Be5
would have mated quicker but somehow Kostić's own choice is still elegant.
45...Kxh1 46.Qf1+ Kh2 47.Be5 mate 1–0
Sebuah penelitian dari permainan
Si Narsar melawan Kostic membuat jelas bahwa permainannya adalah sekelas dengan
Si Toemboek.
Analisa dari blog Chesscafe :
His unfortunate 33.Nxh6? placed
him in a lost position, but with a simple queen exchange and a well-timed c4-c5
thematic push he could have given the Serbian master quite a headache, one
guaranteed to last past midnight:
Si Narsar – Boris Kostić
Medan Chess Club, Medan Hotel
Simultaneous Exhibition at three
boards
6 October 1925
1.d4 f5 2.e3 e6 3.Nf3 Nf6 4.Be2 b6 5.b3 Bb7 6.0–0 g6 7.Bb2 Bg7 8.Nbd2
0–0 9.c4 d6 10.b4 Nbd7 11.a4 a5 12.b5 Ne4 13.Qb3 Qe7 14.Rac1 h6
[FEN "r4rk1/1bpnq1b1/1p1pp1pp/pP3p2/
P1PPn3/1Q2PN2/1B1NBPPP/2R2RK1 w - - 0 15"]
|
15.Nxe4 fxe4 16.Nd2 Rf7 17.Qc2 Nf6 18.f3 exf3 19.Bxf3 Bxf3 20.Rxf3 g5
21.Rcf1 Raf8 22.Qd3 Nd7 23.Rxf7 Rxf7 24.Ba3 e5 25.d5 Rxf1+ 26.Kxf1 Nf6
Interesting yet risky would have
been 26...e4 27.Qxe4 Qxe4 28.Nxe4 Ne5 29.Nd2 Ng4 30.Ke2 Nxh2 31.c5 bxc5 32.Nc4
Ng4
[FEN "6k1/2p3b1/3p3p/pPpP2p1/P1N3n1/
B3P3/4K1P1/8 w - - 0 33"]
|
33.e4 (It appears White can only
draw with 33.Nxa5 Nf6 34.Nc4 Nxd5 35.Kd3 Nc3 36.b6 cxb6 37.Nxb6 g4 38.Bb2 Na2
39.Bxg7 Kxg7 40.Kc4 h5 41.a5 Nb4 42.Nc8 h4 43.Nxd6 h3 44.gxh3 gxh3 45.Kxc5 h2
46.Nf5+ Kf6 47.Ng3 Na6+ 48.Kb6 Nb8 etc.) 33...Bc3 34.Kd3 Bh8 35.Nxa5 Nf2+
36.Kc4 Nxe4 37.Nb3 and perhaps White can try to play for a win.
27.e4
27.Qf5 Qf7 28.Ke1 Qh5 29.h3 Qh4+
30.Ke2 Qh5+ with balanced play.
27...g4 28.Kg1 h5 29.Nf1 Bh6 30.Ng3 Qg7 31.Nf5 Qg5 32.g3
Si Narsar could have complicated
to the extreme with 32.c5!? and a long, illustrative variation could be the
following: 32...bxc5 33.Bb2 Kf8 34.Qf1 Qf4 35.Qe1 Bg5 36.b6 cxb6 37.Nxd6 h4
38.Bc3 h3 39.Nc4 Qxe4 40.Qxe4 Nxe4 41.Bxe5 Bd8 with unclear play.
32...Qd2
[FEN "6k1/2p5/1p1p1n1b/pP1PpN1p/
P1P1P1p1/B2Q2P1/3q3P/6K1 w - - 0 33"]
|
33.Nxh6+?
With 33.Qxd2!, Si Narsar was
still in a good position: 33...Bxd2 34.c5! bxc5 35.b6 cxb6 36.Nxd6 Be3+ 37.Kf1
Kf8 and Kostić had to work very hard to make anything out of this.
33...Qxh6 34.Kg2 Qg6 35.c5
Now this is too late.
35...Qxe4+ 36.Qxe4 Nxe4 37.cxb6 cxb6 38.Kf1 Kf7 39.Ke2 Ke7 40.Kd3 Nc5+
41.Kc4 Nxa4 0–1
Setelah pertandingan itu, Si
Toemboek dan Si Narsar kembali ke tanah asal mereka, mungkin menghidupi rumah
tangga mereka sampai petualangan catur berikutnya. Si Ngoekoem yang hanya tersisa
di Medan dan menawarkan pertandingan simultan di klub lokal. Dengan cara mereka
sendiri, ketiganya tetap berkomunikasi. Lima tahun kemudian, foto Si Toemboek
muncul dalam edisi Oktober-November 1930 terbitan Tijdschrift van den Nederlandsch-Indischen Schaakbond hal ini dalam
rangka tur Max Euwe (juara catur negeri
Belanda). Ia tertarik pada permainan pecatur Karo. Pada awal November 1933,
ketiga orang Karo hebat itu direncanakan untuk berkunjung ke Singapura untuk
eksibisi catur, menurut Straits Times
bertanggal 6 November. Sebagaimana dengan rencana Si Narsar untuk tur Eropa
pada tahun 1910, perjalanan tidak pernah terjadi. Ruang lingkup permainan catur
mereka tetap terbatas pada tanah Karo dan dengan demikian tidak mudah diakses
atau sepenuhnya didokumentasikan. Penyelidikan lebih lanjut diperlukan untuk mendokumentasikan
kehidupan mereka, maupun tentang karir pemain Karo di Sumatera tahun 1930-an
dan 1940-an. Dasar untuk penggalian sumber data lebih mudah diakses saat ini daripada
sebelumnya, dan mungkin membuka titik terang
akan informasi tentang masa lalu.
Catatan penekanan oleh blog ChessCafe :
Pada tingkat yang jauh lebih
luas, dunia orang-orang Karo di Sumatera layak untuk serius dilakukan
penelitian ilmiah yang bersifat multidisiplin, yang menggabungkan antropolog,
etnografer, sejarawan, ahli bahasa, dan lainnya. Antara delapan hingga sepuluh
juta orang Batak saat ini tinggal di Sumatera, dan masa lalu mereka tetap salah
satu daerah yang paling menarik dan sedikit dieksplorasi dalam sejarah Asia
Tenggara. Dan catur bagi orang Karo, berbeda dengan banyak penduduk asli lain
di bawah kekuasaan kolonial, menjadi bagian dari warisan budaya mereka. Di desa-desa
mereka di dataran tinggi di hutan Sumatra, mereka tidak memiliki aturan
tertulis untuk permainan catur. Tak ada buku panduan bagi pemula. Mereka tidak
memiliki café, tidak ada klub, dan tidak ada kabel telegraf untuk menyiarkan
inovasi terbaru. Namun tradisi bermain catur yang baik itu diturunkan dari ayah
ke anak, dari desa ke desa, dari satu dekade ke dekade yang lain. Melalui
catur, sebuah dugaan, orang Karo terkadang juga menemukan sebuah
"bahasa" yang sama atas tekanan kolonial pada mereka. Salah satu di
mana, mereka bisa menunjukkan kemampuan mereka sendiri dan keterampilan sendiri,
setidaknya bidang tingkat lebih tinggi. Si pemain terkemuka seperti Si Narsar,
Si Toemboek, dan lain-lain, mengisyaratkan bahwa tidak hanya yang terpelajar,
yang "beradab," orang kaya, seperti masih banyak diyakini di waktu
itu oleh orang kulit putih, bahwa hanya mereka-merekalah yang mampu bermain
catur.
Tulisan ini bersumber dari tulisan Olimpiu G. Urcan berjudul :
"An Unusual Clash. Kostić vs. Bataks, Medan 1925" yang dimuat di ChessCafe.com.
Comments
Bintan meriah nari..