Skip to main content

Orangan Sawah di Karo

Orangan sawah di Karolanden (Tanah Karo)
"Di tengah lapangan berdiri di atas bambu perancah seorang wanita (atau pria), yang melalui garis bambu obyek berbagai menakutkan Banyak gerak." (Adam 1919:38). Hasil panen padi bisa gagal karena berbagai alasan. Mereka sering menghadapi penyimpangan dalam cuaca yang menyebabkan gagal panen. Maka perlu dipikirkan masa kekeringan, sawah yang lebih sensitif dari pada ladang. Tapi Banjir atau hujan yang berkepanjangan dan banjir pada waktu yang salah adalah sebuah kekhawatiran hasil panen padi akan sangat tipis. Ada juga penyakit dan hama, yang sering terjadi dalam kombinasi dengan cuaca buruk. Dengan demikian wabah tikus sering terjadi selama kekeringan yang berkepanjangan. Akhirnya selalu ada burung maka bulir padi terancam (P. Orchard, 2001). Orangan sawah di Tanah Karo.
 
"In het midden van het veld zit op een bamboe stellage eene vrouw (of man), welke door middel van bamboelijnen de diverse schrikaanjagende voorwerpen in beweging brengt. Vele, n.l. die in de sawahs, ontleenen hun voortdurende beweelijkheid aan waterkracht en wel door middel van een scheprad." (Adam 1919:38) De rijstoogst kon om verschillende redenen mislukken. Vaak waren onregelmatigheden in het weer de oorzaak van een misoogst. Daarbij moet gedacht worden aan een langere periode van grote droogte, waarvoor sawahs trouwens iets minder gevoelig waren dan ladangs. Maar ook een banjir of watervloed en te langdurige regens op het verkeerde moment konden voor een zeer magere rijstoogst zorgen. Verder waren er ziektes en plagen, die niet zelden in combinatie met slecht weer optraden. Zo traden rattenplagen vaak op tijdens langdurige droogtes. Tenslotte waren er altijd de vogels die het rijpe(nde) graan bedreigden, vooral het niet voor niets zo genoemde rijstdiefje. (P. Boomgaard, 2001). Vogelverschrikkers op de Karolanden

Date : 1914-1919
Author : T. (Tassilo) Adam (Fotograaf/photographer).
Source : Tropenmuseum

Comments

Popular posts from this blog

Nasehat-Nasehat dan Ungkapan-Ungkapan

Nasehat-Nasehat Orang tua Karo, termasuk orang tua yang suka memberikan nasehat-nasehat kepada anggota keluarganya. Dalam nasehat yang diberikan selalu ditekankan, agar menyayangi orang tua, kakak/abang atau adik, harus berlaku adil. Menghormati kalimbubu, anakberu, senina sembuyak, serta tetap menjaga keutuhan keluarga.   Beberapa nasehat-nasehat orang-orang tua Karo lama, yang diungkapkan melalui ungkapan-ungkapan antara lain: Ula belasken kata la tuhu, kata tengteng banci turiken . Artinya jangan ucapkan kata benar, tetapi lebih baik mengucapkan kata yang tepat/pas. Ula kekurangen kalak enca sipandangi, kekurangenta lebe pepayo , artinya jangan selalu melihat kekurangan orang lain, tetapi lebih baik melihat kekurangan  kita (diri) sendiri atau  Madin me kita nggeluh, bagi surat ukat, rendi enta, gelah ula rubat ,  artinya lebih baik kita hidup seperti prinsip  surat ukat (surat sendok), saling memberi dan memintalah agar jangan sampai berkelahi. Beliden untungna si apul-apulen

Kumpulan Teks dan Terjemahan Lagu-lagu Karya Djaga Depari (bagian 2)

8. Mari Kena Mari turang geget ate mari kena Sikel kal aku o turang kita ngerana Aloi, aloi kal aku Kena kal nge pinta-pintangku Mari turang iah mari kena Mari turang iah mari kena Tebing kal kapen o turang ingandu ena Nipe karina i jena ringan i jena Tadingken kal ingandu ena Mari ras kal kita jenda Mari turang iah mari kena Mari turang iah mari kena Tertima-tima kal kami kerina gundari Kalimbubu, anak beru ras seninanta merari Mulih kal gelah kena keleng ate Ras kal kita jenda morah ate Ula lebe meja dage Mari turang iah mari kena Mari turang iah mari kena (sumber : Henry Guntur Tarigan, Piso Surit tahun 1990 halaman : 132) Mari Kena (Marilah mari) Mari adinda sayang marilah mari Ingin daku kita berbicara Dengar, dengarkanlah daku Dikaulah yang sangat kurindukan Mari, marilah sayang Mari, marilah sayang Sangat terjal jalan ke rumahmu sayang Ada banyak ular pula di situ Tinggalkanlah rumahmu itu Mari kita bersama di si

Musik Karo - Gendang Tiga Sendalanen (bagian 5)

7.2 Gendang telu sendalanen Secara harfiah Gendang telu sendalanen memiliki pengertian tiga alat musik yang sejalan atau dimainkan secara bersama-sama (sama seperti pengertian Gendang Lima Sendalanen). Ketiga alat musik tersebut adalah (1)  Kulcapi/balobat , (2)  ketengketeng,  dan (3)  mangkok.  Dalam ensambel  ini ada dua istrumen yang bisa digunakan sebagai pembawa melodi yaitu   Kulcapi  atau  balobat.   Pemakaian  Kulcapi atau balobat  sebagai pembawa melodi dilakukan secara terpisah dalam upacara yang berbeda.  Sedangkan  Keteng-keteng dan  mangkok merupakan alat musik pengiring yang menghasilkan pola-pola ritem yang bersifat konstan dan repetitif. Jika  Kulcapi digunakan sebagai pembawa melodi, dan  keteng-keteng  serta mangkok sebagai alat musik pengiringnya, maka istilah  Gendang telu sendalanen sering disebut   Gendang Lima Sendalanen Plus Kulcapi ,  dan jika balobat sebagai pembawa melodi, maka istilahnya  tersebut  menjadi  gendang balobat.  Masing-masing alat mu