Skip to main content

Wanita Karo (1)

Description Nederlands: Foto. Portret van een jonge Karo Batak vrouw
Date 1910-1930
Source : Tropenmuseum
Author niet bekend / unknown (Fotograaf/photographer).

Description Nederlands: Negatief. De vrouwen van de Toba- en Karo-Bataks droegen veel sieraden, een gewoonte die gesteund werd door en sterke lokale traditie van goud- en zilversmeden. Die werden uiteraard op hun beurt weer in stand gehouden door het dragen van veel opsmuk. Dat had de dubbele functie van het laten zien van welstand en het sparen van inkomsten die niet onmiddelijk uitgegeven hoefden te worden. Betrof het familie-erfstukken, dan werd het dragen ervan ook nog eens geacht de draagster te beschermen en geluk te brengen. Een Karo-vrouw die trouwde legde alle sieraden af, behalve de opmerkelijke padung (zie foto), oorsieraden die zo zwaar waren dat ze verankerd moesten worden aan een hoofddoek. Dit meisje draagt een "batu jala" textiel over haar schouder, en padungpadung als oorversieringen. (P. Boomgaard, 2001). Een jonge vrouw van Karo-Batak afkomst met oorijzers en een halsketting, Noord-Sumatra
Date 1914-1918
Source Tropenmuseum
Author T. (Tassilo) Adam (Fotograaf/photographer).

Description Nederlands: Negatief. Een jonge vrouw van Karo-Batak afkomst met oorijzers (padungs) in de Karo-Bataklanden, Noord-Sumatra
Date 1914-1919
Source Tropenmuseum
Author T. (Tassilo) Adam (Fotograaf/photographer).


Description English: Karo-Batak woman with massive silver earjewels called padung padung, North-Sumatra Nederlands: Negatief. Als hoofddoek ("tudung") draagt deze vrouw een textielsoort die "uwis kelamkelam" heet. Haar zilveren oorsierraden ("padung padung") zijn zeer groot.. Een vrouw van Karo-Batak afkomst met massief zilveren oorspiralen (padoengs), Noord-Sumatra
Date 1914-1918
Source Tropenmuseum
Author T. (Tassilo) Adam (Fotograaf/photographer).


Description Nederlands: Foto. Portret van een oude Karo-Batakvrouw met zilveren padung-padung oorhangers versierd met 'suasa' sterren, Sumatra`s Oostkust
Date 1920-1925
Source Tropenmuseum
Author niet bekend / unknown (Fotograaf/photographer).

Description Nederlands: Repronegatief. Een Batakvrouw met hoofddoek en oorsierraden
(padoeng padoeng), Karolanden
Date 1914-1919
Source Tropenmuseum
Author T. (Tassilo) Adam (Fotograaf/photographer)



Description English: Portrait of a Karo Batak woman Nederlands: Foto. Portret van een Karo Batak vrouw
Date 1910-1925
Source Tropenmuseum
Author niet bekend / unknown (Fotograaf/photographer

Description Nederlands: Foto. Portret van een Karo Batak meisje voor de ingang van een huis
Date 1910-1930
Source Tropenmuseum

Description English: A Karo Batak woman in traditional clothes
Nederlands: Foto. Een Karo Batak vrouw in traditionele kleding
Date 1925
Source Tropenmuseum
Author K.J. (Karl Josef) John (Fotograaf/photographer)

De kleding van deze vrouwen lijkt te bestaan uit een "kelamkelam", een "sambat" en een "batu jala". Alle zijn van ingevoerde handelskatoen (geen met de hand geweven katoen) gemaakt die door de Karo zelf in een indigo verfbad zijn gedompeld om ze de kenmerkende blauwe Karo kleur te geven. De "kelamkelam" bestaat uit een lap indigo geverfde katoen. Het wordt als hoofdbedekking gebruikt. De "sambat" bestaat uit twee aan elkaar genaaide lappen indigo geverfde katoen. Het is dan breed genoeg om het hele lichaam in te wikkelen. De "batu jala" die hier als omslagdoek wordt gebruikt heeft witte tritik motieven.
. Karo vrouw in danshouding
Date 1919
Source Tropenmuseum
Author niet bekend / unknown (Fotograaf/photographer).

Het meisje draagt een "kelamkelam" hoofddoek. De "kelamkelam" bestaat uit een lap indigo geverfde katoen. . Een Karo-meisje met afgevijlde tanden, Noord-Sumatra
Date 1914-1919
Source Tropenmuseum

 Wanita Karo
Collectie: KITLV
Datum/Date: 1920

Comments

Peter O. said…
The the penultimate photo is after she got her teeth filet down and color black.

Popular posts from this blog

Nasehat-Nasehat dan Ungkapan-Ungkapan

Nasehat-Nasehat Orang tua Karo, termasuk orang tua yang suka memberikan nasehat-nasehat kepada anggota keluarganya. Dalam nasehat yang diberikan selalu ditekankan, agar menyayangi orang tua, kakak/abang atau adik, harus berlaku adil. Menghormati kalimbubu, anakberu, senina sembuyak, serta tetap menjaga keutuhan keluarga.   Beberapa nasehat-nasehat orang-orang tua Karo lama, yang diungkapkan melalui ungkapan-ungkapan antara lain: Ula belasken kata la tuhu, kata tengteng banci turiken . Artinya jangan ucapkan kata benar, tetapi lebih baik mengucapkan kata yang tepat/pas. Ula kekurangen kalak enca sipandangi, kekurangenta lebe pepayo , artinya jangan selalu melihat kekurangan orang lain, tetapi lebih baik melihat kekurangan  kita (diri) sendiri atau  Madin me kita nggeluh, bagi surat ukat, rendi enta, gelah ula rubat ,  artinya lebih baik kita hidup seperti prinsip  surat ukat (surat sendok), saling memberi dan memintalah agar jangan sampai berkelahi. Beliden untungna si apul-apulen

Musik Karo - Gendang Tiga Sendalanen (bagian 5)

7.2 Gendang telu sendalanen Secara harfiah Gendang telu sendalanen memiliki pengertian tiga alat musik yang sejalan atau dimainkan secara bersama-sama (sama seperti pengertian Gendang Lima Sendalanen). Ketiga alat musik tersebut adalah (1)  Kulcapi/balobat , (2)  ketengketeng,  dan (3)  mangkok.  Dalam ensambel  ini ada dua istrumen yang bisa digunakan sebagai pembawa melodi yaitu   Kulcapi  atau  balobat.   Pemakaian  Kulcapi atau balobat  sebagai pembawa melodi dilakukan secara terpisah dalam upacara yang berbeda.  Sedangkan  Keteng-keteng dan  mangkok merupakan alat musik pengiring yang menghasilkan pola-pola ritem yang bersifat konstan dan repetitif. Jika  Kulcapi digunakan sebagai pembawa melodi, dan  keteng-keteng  serta mangkok sebagai alat musik pengiringnya, maka istilah  Gendang telu sendalanen sering disebut   Gendang Lima Sendalanen Plus Kulcapi ,  dan jika balobat sebagai pembawa melodi, maka istilahnya  tersebut  menjadi  gendang balobat.  Masing-masing alat mu

Kumpulan Teks dan Terjemahan Lagu-lagu Karya Djaga Depari (bagian 2)

8. Mari Kena Mari turang geget ate mari kena Sikel kal aku o turang kita ngerana Aloi, aloi kal aku Kena kal nge pinta-pintangku Mari turang iah mari kena Mari turang iah mari kena Tebing kal kapen o turang ingandu ena Nipe karina i jena ringan i jena Tadingken kal ingandu ena Mari ras kal kita jenda Mari turang iah mari kena Mari turang iah mari kena Tertima-tima kal kami kerina gundari Kalimbubu, anak beru ras seninanta merari Mulih kal gelah kena keleng ate Ras kal kita jenda morah ate Ula lebe meja dage Mari turang iah mari kena Mari turang iah mari kena (sumber : Henry Guntur Tarigan, Piso Surit tahun 1990 halaman : 132) Mari Kena (Marilah mari) Mari adinda sayang marilah mari Ingin daku kita berbicara Dengar, dengarkanlah daku Dikaulah yang sangat kurindukan Mari, marilah sayang Mari, marilah sayang Sangat terjal jalan ke rumahmu sayang Ada banyak ular pula di situ Tinggalkanlah rumahmu itu Mari kita bersama di si